Cerita Berto, Mengejar PhD di Malaysia meski Harus Jauh dari Keluarga - MENGGAPAI ASA

Cerita Berto, Mengejar PhD di Malaysia meski Harus Jauh dari Keluarga

menggapaiasa.com - Selama dua tahun Berto Mulia Wibawa rela hidup terpisah dari istri dan dua putranya demi meraih gelar PhD di Monash University Malaysia.

Berto berasal dari Bandung. Setelah menyelesaikan studi sarjana di Universitas Padjadjaran (Unpad) dan magister di IPB University (Institut Pertanian Bogor), ia menjadi dosen penuh waktu di ITS Surabaya (Institut Teknologi Sepuluh Nopember).

Untuk naik ke jenjang akademik lebih tinggi, gelar doktor bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan.

Tahun pertama studi sempat berjalan secara daring karena pandemi Covid-19. Namun setelah situasi kembali normal, sistem perkuliahan berubah.

Pada 2022 Berto dan keluarga mulai menjalani hubungan jarak jauh demi masa depan keluarga yang lebih baik.

“Selama PhD, kami tinggal terpisah. Meskipun Surabaya dan Kuala Lumpur hanya terpisah satu penerbangan singkat, jaraknya tetap terasa berat,” ujar Berto mengenang, dikutip dari siaran pers yang diterima menggapaiasa.com, Minggu (30/11/2025).

Kakak tertua di ruang kelas

Dalam lingkup perkuliahan, Berto menjadi sosok “kakak tertua” di antara sesama kandidat PhD. Sebab hanya Berto yang sudah berkeluarga dan memiliki dua anak.

Namun ia melihat status itu sebagai kekuatan.

Dengan latar belakangnya sebagai ayah dan suami, Berto dalam melakukan pendekatan kepada rekan-rekan sekelasnya dengan lebih sabar, disiplin, dan memahami.

“Saya sering berbagi kepada teman-teman bahwa pendidikan tidak punya tanggal kedaluwarsa,” ujarnya.

Terpisah yang menantang

Selama terpisah Berto hanya bisa menatap keluarganya dari layar panggilan video. Ia menyaksikan anak-anaknya tumbuh, mengerjakan PR, hingga merayakan ulang tahun tanpa dirinya.

Kembali menjadi mahasiswa setelah bertahun-tahun bekerja juga bukan hal mudah bagi Berto.

Tak berhenti pada jarak. Di tengah proses penelitian, Berto kehilangan ayah dan pamannya yang merupakan inspirasi utamanya menempuh studi doktoral.

“Itu salah satu masa paling berat,” katanya.

Keduanya adalah motivasi utama Berto mengejar PhD. Maka itu Berto mempersembahkan gelarnya kepada kedua.

Tak ada kedaluwarsa

Ketika hari wisuda tiba, keluarga Berto hadir.

“Rasanya seperti mimpi,” katanya.

Bagi Berto pencapaian ini adalah milik keluarganya bersama. Sebuah penutup sempurna dari perjalanan panjang dan emosional.

“Saat ini saya menjabat sebagai Associate Professor di bidang Entrepreneurial Marketing,” katanya.

Sebelum menjalani studi S3, Berto juga banyak bekerja sebagai pelatih bisnis bagi pengusaha perempuan untuk mengembangkan usaha mereka.

Disertasinya membahas perempuan wirausaha di Indonesia, termasuk tantangan ibu tunggal dan dampak pelatihan kewirausahaan dari waktu ke waktu.

Ia sering menekankan kepada teman-temannya bahwa pendidikan tidak punya tanggal kedaluwarsa.

Posting Komentar untuk "Cerita Berto, Mengejar PhD di Malaysia meski Harus Jauh dari Keluarga"