Arigato KRL, Mengenang Kereta Listrik Asal Jepang yang Resmi Pensiun

RATUSAN penggemar kereta api yang tergabung dalam berbagai komunitas serempak menyerukan "Arigato KRL" saat Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Asdo Artrivianto menekan klakson KRL seri Tokyu 8500. Bunyi klakson itu menandakan kereta listrik itu resmi pensiun setelah beroperasi pada 2006.
Saat pertama kali diimpor dari Jepang, ini diberi nama Jalita atau akronim dari Jalan-jalan Lintas Jakarta. Ahmad Nurfikri, salah satu di antara kerumunan tersebut, menceritakan pengalaman pertamanya sebagai pelanggan setia kereta listrik.
Bermukim di Kota Bogor, Jawa Barat, pensiunan salah satu bank swasta ini sudah mengandalkan kereta api untuk bekerja di Jakarta sejak tahun 2004. Ahmad mengatakan kehadiran KRL Jalita dengan seri Tokyu 8500 adalah angin segar bagi penumpang yang mengandalkan moda transportasi tersebut.
Meskipun didatangkan dalam keadaan bekas, Ahmad mengingat saat itu kondisi si ular besi bekas Tokyu Railway itu terbilang bagus. "Ini adalah rangkaian ber-AC pertama yang melayani penumpang commuter," kata Ahmad saat ditemui di Stasiun Jakarta Kota, Selasa, 11 November 2025.
Ketika itu, Ahmad mengatakan PT KAI baru mengimpor satu rangkaian kereta listrik dari Jepang. Tiga tahun setelahnya atau pada 2009, seri yang sama kembali didatangkan dari Negeri Sakura. Dua tahun setelahnya, PT Kereta Commuter Jabodetabek (KCJ), kembali mendatangkan dua rangkai KRL berpenyejuk udara, yakni KRL TM 700 dan JR 203.
KRL seri 8500 sebenarnya tidak memiliki perbedaan mencolok dengan dua saudaranya yang pernah beroperasi di Tokyo, Jepang. Dari ketiga seri kereta itu, hanya KRL 8500 yang diberi nama JALITA. Papan nama itu terpampang di dahi lokomotif bagian depan ketika kereta melaju. "Ini adalah rangkaian kereta listrik yang pertama kali dimiliki PT KCJ," kata Ahmad.
Bagi Rabhika, 45 tahun, pengalaman pertama naik kereta api di Jakarta tidak mengenakan. Pengalaman terburuk yang pernah dialami ibu empat anak ini yaitu mendapatkan kekerasan seksual saat menaiki kereta ekonomi non-AC saat baru saja naik di stasiun Pasar Minggu. Itu sekitar tahun 2005, saat penumpang masih berduyun-duyun bergelantungan di pintu dan memanjat atap gerbong.
Menurut Rabhika, fenomena itu terjadi karena sistem keamanan yang buruk. Belum lagi kondisi gerbong tanpa AC membuat penumpang gerah dan memilih memanjat atap. "Sekarang pelayanan sudah mulai baik. Sudah ada gerbong khusus perempuan," katanya.
Kondisi ini mulai berangsur membaik saat PT Kereta Commuter Jabodetabek mendatangkan kereta listrik bekas dari Jepang. Ular besi bernomor seri Tokyu 8500 itu adalah kereta listrik pertama milik PT Kereta Commuter Jabodetabek. Anak usaha PT Kereta Api Indonesia ini didirikan untuk mengelola kereta perkotaan di Indonesia.
Direktur Utama PT KCI, Asdo Artrivianto, mengatakan kehadiran KRL seri Tokyu 8500, TM 7000, dan JR 203 menjadi simbol persahabatan Indonesia–Jepang dalam pengembangan sistem perkeretaapian perkotaan. Sebagai bentuk penghormatan atas kontribusi tersebut, ketiga rangkaian akan ditetapkan sebagai cagar budaya.
"Pemerintah Jepang telah banyak membantu pengembangan ekosistem perkeretaapian di Indonesia," ujar Asdo.
Menurut dia, ketiga seri KRL tersebut merupakan rangkaian ber-AC pertama yang menandai titik awal peningkatan kualitas layanan KRL di Jabodetabek. "Ketiga seri ini adalah agen perubahan yang berperan besar dalam membentuk layanan commuter line seperti yang kita kenal sekarang," kata Asdo.
Pelepasan ketiga rangkaian dilakukan melalui acara Last Run bertajuk “Arigato KRL” di Stasiun Jakarta Kota, Selasa, 11 November 2025. Acara ini diinisiasi oleh komunitas Indonesian Railway Preservation Society (IRPS).
Ketua IRPS, Ricki Dwi Agusti, mengatakan tradisi Last Run terinspirasi dari budaya penggemar kereta di Jepang, yang menggelar acara serupa sebagai bentuk penghormatan terakhir sebelum rangkaian memasuki masa pensiun.
“KRL 8500 atau yang dikenal dengan KRL Jalita adalah ikon commuter. Last Run ini menjadi bentuk penghormatan bagi pelanggan dan pengguna yang telah menemani perjalanan warga Jabodetabek selama bertahun-tahun,” ujar Ricki.
KRL seri 8500, khususnya rangkaian 8613F, berasal dari Tokyu Railway, operator kereta swasta di Jepang. Rangkaian ini merupakan bagian dari generasi kedua KRL 8500 yang menggunakan teknologi field chopper control, dan mulai beroperasi di Jepang sejak 1975 pada Jalur Den-en-toshi, yang berarti “kota kebun”.
Ketiga seri KRL tersebut diimpor pada masa PT KAI membenahi layanan kereta perkotaan Jabodetabek. Kehadirannya sekaligus menandai berdirinya KAI Commuter sebagai anak perusahaan yang fokus pada layanan KRL komuter. Sebelum itu, operasional KRL perkotaan ditangani langsung oleh PT KAI.
Posting Komentar untuk "Arigato KRL, Mengenang Kereta Listrik Asal Jepang yang Resmi Pensiun"
Posting Komentar