Cerita Pilu Mak Oyeh: Dekat dengan Ketua Dewan, Jauh dari Bantuan

Cerita Pilu Mak Oyeh: Dekat dengan Ketua Dewan, Jauh dari Bantuan KABAR PRIANGAN - Tubuh renta dan kaki yang tak lagi kuat membuat Mak Oyeh (75) harus ngesot setiap kali hendak ke toilet di luar rumahnya. Tinggal di rumah sederhana bersama seorang anaknya yang menderita epilepsi, ia melewati hari-hari penuh penderitaan tanpa pernah tersentuh bantuan pemerintah.

Ironisnya, meski hidup dalam keterbatasan, Mak Oyeh tidak tercatat dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Padahal, jika melihat kondisinya, ia sangat layak menjadi penerima bantuan.

Lebih menyedihkan lagi, rumah Mak Oyeh berada di wilayah yang sama dengan Ketua DPRD Kota Tasikmalaya.

Namun kedekatan geografis itu tidak membawa perubahan apa pun bagi kehidupannya. Faktanya, Mak Oyeh tetap terabaikan dari perhatian wakil rakyat.

Pemerintah dan DPRD mestinya hadir mengadvokasi warganya yang miskin agar mendapatkan haknya. Namun, hingga kini, Mak Oyeh seolah tidak pernah masuk dalam radar kebijakan pemerintah kota.

Kondisi memilukan ini akhirnya mengundang kepedulian Yayasan Padi Nusantara Sejahtera. Lembaga sosial tersebut menyalurkan bantuan berupa beras, bingkisan, dan sejumlah uang tunai pada Minggu 7 September 2025.

Bantuan itu diharapkan dapat menjadi penyambung hidup bagi Mak Oyeh dan anaknya yang setiap hari berjuang dalam keterbatasan.

Dengan mata berkaca-kaca, Mak Oyeh mengaku, tidak pernah sekalipun menerima bantuan sosial.

“Emak mah teu acan kantos nampi bantosan sapertos nu sanes. Saurna mah tos diusulkeun tapi teu acan kenging wae (Emak belum pernah menerima bantuan seperti yang lain. Katanya sudah diusulkan, tapi tidak pernah dapat)," ucapnya lirih. 

Anaknya yang mengidap epilepsi pun hanya bisa bekerja sebagai buruh bantu pengrajin dompet ketika penyakitnya tidak kambuh. Penghasilan serabutan itu tentu tidak cukup untuk menopang kebutuhan sehari-hari mereka.

Dewan Pembina Yayasan PNS, Iwan Restiawan, menyebut bahwa kisah Mak Oyeh adalah potret nyata ketidakpedulian pemerintah terhadap warganya.

“Mak Oyeh dalam setahun terakhir kondisinya tidak bisa berjalan. Jika hendak ke toilet di luar rumah, harus ngesot. Andai pemerintah bisa hadir memberi solusi, mungkin bebannya lebih ringan,” ungkapnya.

Negara Harus Hadir

Iwan menegaskan, negara seharusnya hadir untuk membantu warganya yang kurang mampu.

“Kalau sistem pendataan dan distribusi bantuan berjalan dengan baik, maka warga miskin seperti Mak Oyeh seharusnya diprioritaskan. Ini bukan soal belas kasihan, tapi soal hak dasar warga negara,” tegasnya.

Ia juga mengkritik para pemangku kebijakan di Kota Tasikmalaya yang kerap hanya hadir saat membutuhkan suara rakyat. “Wakil rakyat jangan cuma datang membawa janji. Saat rakyat butuh, mereka justru menghilang tanpa jejak,” tambahnya.

Lebih jauh, Iwan menilai perhatian pemerintah kalah dibandingkan kepedulian aparat kepolisian. Polres Tasikmalaya Kota, kata dia, selama ini konsisten mendukung aksi sosial yang dijalankan yayasan.

“Terima kasih Pak Kapolres Tasikmalaya Kota atas bantuan yang sudah diberikan. Kepedulian seperti ini nyata dirasakan masyarakat,” tuturnya.

Kisah Mak Oyeh menjadi peringatan keras bahwa program pengentasan kemiskinan belum menyentuh akar masalah.

Selama pendataan buruk dan distribusi tidak tepat sasaran, akan selalu ada warga miskin yang luput dari perhatian, bahkan ketika mereka tinggal tak jauh dari rumah para pejabat.***

Posting Komentar untuk "Cerita Pilu Mak Oyeh: Dekat dengan Ketua Dewan, Jauh dari Bantuan"