Muhammad Ali Taher: Dermaan Palestina yang Rela Korbankan Segalanya untuk Kemerdekaan Indonesia

Warta Bulukumba - Di lembaran sejarah Palestina dan dunia Arab, namanya ditulis dengan tinta emas. Namun di kelas-kelas sekolah Indonesia, namanya nyaris tak pernah disebut, meski perannya menempel erat pada inti perjuangan kemerdekaan bangsa ini.

Dialah Muhammad Ali Taher, atau Mohamed Ali Eltaher—seorang penerbit, aktivis, dan dermawan yang memilih mengabdikan hidupnya untuk membela keadilan dan kemerdekaan, termasuk bagi Indonesia.

Bagi rakyat Indonesia, ia bukan sekadar orang asing yang bersimpati. Ia adalah inisiator, fasilitator, katalisator, sekaligus penggerak dalam rentetan peristiwa penting yang mengantarkan Republik ini berdiri.

Seluruh kekayaan untuk Indonesia

Seperti dicatat M Zein Hassan Lc Lt dalam buku Diplomasi Revolusi di Luar Negeri, pada tahun 1944 Eltaher menyampaikan sebuah janji yang tak banyak orang berani ucapkan:

"Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia."

Janji itu bukan sekadar kata-kata. Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II pada 1948, Eltaher kembali mengulangi tekadnya, menyerahkan seluruh harta demi membantu Indonesia mempertahankan kemerdekaan.

Presiden Sukarno bahkan merencanakan penghargaan khusus untuk Eltaher pada 1965, tetapi situasi politik kala itu membuat rencana itu terhenti.

Pejuang lewat pena

Lahir pada 1896 di Palestina dari keluarga suku Jaradat, Eltaher tidak menempuh pendidikan formal. Ia belajar dari sekolah Al-Qur’an tradisional dan pengalaman hidup di kafe Jaffa. Dari sanalah ia menyerap pengetahuan dan membentuk pandangan dunia.

Melalui surat kabar seperti Al-Shura, ia menjadi suara perlawanan terhadap imperialisme dan pembela nasionalisme Arab.

Larangan terbit dan perampasan karya pada 1926 dan 1936 tak menghentikannya. Pena adalah senjata, prinsip adalah peluru, dan keberanian adalah bentengnya.

Sahabat Indonesia di Timur Tengah

Eltaher tidak hanya mendukung dari jauh. Ia hadir di momen bersejarah, termasuk penandatanganan perjanjian Indonesia-Mesir pada 1947. Ia juga aktif di Panitia Komite Pembela Indonesia, memastikan dukungan politik dan moral dari dunia Arab terus mengalir.

Bagi Eltaher, kemerdekaan Indonesia adalah bagian dari perjuangan global melawan penindasan. Itulah sebabnya ia menanggapi dukungan Syekh Muhammad Amin Al-Husaini, mufti besar Palestina, dengan membalasnya lewat aksi nyata.

Nama Muhammad Ali Taher kembali menggema di Indonesia saat kekerasan Zionis memuncak di tengah genosida di Gaza sejak Oktober 2023 hingga hari ini.

Ceritanya menjadi pengingat, bahwa di balik kemerdekaan Indonesia ada jejak tangan-tangan yang tulus dari saudara di tanah jauh.

Sejarah tak pernah benar-benar membungkam namanya—ia tetap hidup di hati mereka yang mengerti bahwa solidaritas tak mengenal batas negara.***

Posting Komentar untuk "Muhammad Ali Taher: Dermaan Palestina yang Rela Korbankan Segalanya untuk Kemerdekaan Indonesia"