Hidup Bukan Sekadar Angka: Kekuatan Tekad di Balik Kisah Sukses

Menjadi ahli keuangan itu menyenangkan sekali...

Berbicaranya selalu tenang, menggunakan grafik dan tabel serta persamaan-persamaannya lalu diakhiri dengan frasa kuat: "Menggunakan taktik ini, Anda dapat mencapai masa pensiun yang makmur." Semuanya rapih dan terstruktur seperti halaman dari sebuah slideshow presentasi seorang profesor ilmu keuangan.

Namun seperti yang telah disebutkan sebelumnya, semua hal tersebut tampak logis pada kertas.

Permasalahannya adalah bahwa kehidupan banyak orang tidak tercatat dengan rapi. Penghasilan yang didapatkan sering kali hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan, bahkan tak jarang hingga akhir bulan uang sudah habis duluan. Ingin mengikuti formula 20-30-50 seperti yang diajarkan dalam seminar-seminar tersebut? Padahal, jika pengeluaran sampai 100 persennya pun mungkin masih dirasakan kurang!

Faktanya, banyak warga negara ini menghadapi kehidupan yang rumit seperti benang kusut. Sulit untuk dilacak dengan grafik. Terkadang uang datang dan segera pergi begitu saja. Sebelum membayar sewa tempat tinggal, sudah mendapat undangan pesta perkawinan. Masih belum menerima gaji, tetapi kendaraan bermotor telah mogok. Ingin menabung, namun mesin ATM selalu memberikan kesulitan.

Namun begitu, tetap saja tidak bisa menerima.

Kita tidak dapat menunggu hingga tersedia sisa uang untuk mulai menyimpan. Sebab kondisinya selalu berupa kekurangan setiap bulannya. Oleh karena itu, solusi terbaik ialah dengan memaksakan diri sendiri. Baik itu dengan menabung koin-koin kecil, membeli emas secara bertahap, atau lebih rasional lagi: mendaftar dalam program BPJS Ketenagakerjaan.

Serius, ini bukan iklan.

Justru karena langsung terpotong secara otomatis dari gaji, kita tidak sempat merasa kekurangan uang. Namun ketika memeriksa kembali 10-15 tahun kemudiann, saldo tersebut dapat membuat bernapas lega. Terlebih lagi jika bekerja di perusahaan yang tepat dan semua iuran disetorkan dengan baik.

Bawa saja surat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau berhenti dengan baik-baik (resign), nanti uang jaminan hari tua (JHT) akan segera dicairkan.

Sederhana saja. Tanpa dramatis. Tidak butuh salesman yang manis-manis tapi sulit dijangkau saat ingin mengklaim sesuatu.

Jika dihitung, pegawai yang memiliki pendapatan tiga angka dan pengalaman bekerja lebih dari sepuluh tahun dapat menarik miliaran rupiah. Ini sangat menguntungkan. Uang tersebut cukup untuk memulai bisnis skala kecil, membayar biaya pendaftaran anak masuk sekolah, atau sekedar bertahan hingga mendapatkan pekerjaan baru.

Ceritanya berbeda jika gajimu melebihi 25 juta.

Mau main saham? Silakan.

Ingin membeli aset untuk di sewaikan? Keren.

Anda dapat mengikuti seluruh formula dari perencana keuangan terbaik. Namun bagi sebagian besar karyawan dengan pendapatan pas-pasan dan gaya hidup berombak-rombak seperti roller coaster, maka program Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) menjadi solusi yang sangat masuk akal.

Sejujurnya saja, terkadang kehidupan ini bukan tentang kemampuan mengelola uang dengan baik. Melainkan ketahanan dalam menegaskan pendirian sendiri.

Terkadatidak hanya tentang memahami rumus keuangan, tetapi juga mengetahui kapan harus berani mengambil risiko dan kapan perlu untuk berhenti atau bersikap hati-hati.

Dan di antara semuanya, kita memerlukan sebuah sistem yang dapat membantu kita menabung tanpa disadari. BPJS ini mirip dengan "tabungan diam-diam" yang menjadi penyelamat di akhir jalannya.

Maka jika seseorang bertanya, "mengapa perlu ikut BPJS, mengapa tidak berinvestasi saja?", demikian pertanyannya.

Benar sekali jawapannya: alasannya adalah tidak setiap orang memiliki kesempatan, energi, serta konsistensi untuk memikirkan mengenai investasi.

Terkadang hal terbaik yang dapat kita lakukan hanyalah bertahan, dan berdo'a semoga pada masa pensiun nanti, kita memiliki cukup untuk menjalani kehidupan secara sederhana---tidak mewah, setidaknya mencukupi dahulu.

Karena kehidupan ini... tak sekadar seperti lembar kerja Excel.

Terkadang kita hanya memiliki dua kategori:

Tekad dan akal-akalan.

Dan itu sudah termasuk luar biasa jika masih dapat tertawa saat tanggal miskin.

Posting Komentar untuk "Hidup Bukan Sekadar Angka: Kekuatan Tekad di Balik Kisah Sukses"