Kenali Tanda Tanda Gangguan Psikologis, Unusa Bersama Kemenkes Gelar Kampanye P3LP

jatim.menggapaiasa.com, SURABAYA - Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) bersama Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan, dan Center for Public Mental Health (CPMH),menggelar Kampanye Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis (P3LP).

Kegiatan tersebut menyasar 5 pondok pesantren di Kabupaten Sidoarjo, antara lain Pondok Pesantren Al Hidayah, Pondok Pesantren As-Syafi’iyah, Pondok Pesantren Jabal Noer, Pondok Pesantren Burhanul Hidayah, dan Pondok Pesantren Mambaul Ulum Panjunan.

Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan, dr. Imran Pambudi mengatakan kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan warga pesantren, baik santri, pengasuh, maupun tenaga pendidik, dalam mengenali tanda-tanda gangguan psikologis.

“Kami harap pihak pondok pesantren bisa memberikan pertolongan awal, bagi santri yang mengalami tekanan emosional,” ujar dr Imran, Sabtu (8/11).

Dia mengatakan kesehatan jiwa merupakan aspek krusial yang berpengaruh langsung terhadap, kualitas hidup dan produktivitas masyarakat.

Berdasarkan data yang dia himpun, populasi usia produktif di Indonesia, yakni kelompok usia 15 hingga 64 tahun, mencapai 69,51 persen dari total penduduk.

“Sebagian besar kelompok usia produktif berada di lingkungan pendidikan, termasuk sekolah dan lembaga khusus seperti pesantren. Kondisi itu berpotensi menimbulkan tekanan psikologis atau distress apabila tidak dikelola dengan baik,” tuturnya.

Pihaknya berharap, program ini dapat menjadi momentum kolaborasi yang luar biasa antara Kementerian Kesehatan dengan institusi pendidikan, dalam memperkuat upaya peningkatan kesehatan jiwa di kalangan pelajar dan santri.

Di tempat yang sama Dosen Fakultas Kedokteran Unusa dr Paramita Sari, M.Sc, menyampaikan memahami dinamika psikologis remaja sangat penting, apalagi berada dalam masa pencarian jati diri, sekaligus menghadapi tekanan akademik dan sosial di lingkungan pesantren.

"Remaja di pesantren punya tantangan khas, seperti adaptasi terhadap kehidupan komunal, tuntutan akademik, serta keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan mental,” terang dr Paramita.

Karena itu, lanjut dia, perlu ada pendekatan yang sesuai dengan nilai-nilai pesantren untuk membekali mereka kemampuan mengelola stres dan emosi.

Menurutnya, luka psikologis sering kali tidak tampak secara kasat mata, namun dapat berdampak panjang terhadap perilaku, prestasi belajar, bahkan relasi sosial seseorang.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Dr Handayani, dr., M.Kes., menambahkan, selain seminar dan kampanye edukatif, juga diadakan Simulasi penanganan awal kasus psikologis bagi santri dan pengasuh, pelatihan konselor sebaya di lingkungan pesantren, dan pembentukan jejaring pendamping kesehatan mental pesantren.

“Ini upaya nyata dalam pencegahan gangguan psikologis, khususnya di lingkungan pondok pesantren yang berperan penting dalam membentuk karakter dan nilai-nilai moral generasi bangsa,” ucap Handayani.

Unusa menginginkan para santri memiliki mental yang sehat dan tangguh. Mengingat, kesehatan mental merupakan pondasi utama dalam menjalani kehidupan.

“Unusa berkomitmen menjadi kampus yang tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga hadir di tengah masyarakat. Kesehatan mental adalah bagian integral dari kesehatan manusia yang utuhi,” pungkasnya. (mcr23/jpnn)

Posting Komentar untuk "Kenali Tanda Tanda Gangguan Psikologis, Unusa Bersama Kemenkes Gelar Kampanye P3LP"