Intervensi nutrisi tepat turunkan risiko penyakit infeksi pada anak - MENGGAPAI ASA

Intervensi nutrisi tepat turunkan risiko penyakit infeksi pada anak

PENELITIAN yang dipimpin oleh Associate Professor dari Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Akbar Bahar menunjukkan bahwa pemberian intervensi nutrisi medis berupa Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK) selama tiga bulan terhadap anak-anak undernutrisi seperti stunting, underweight dan wasting yang secara produk di Indonesia terbukti klinis dan terpublikasi di Jurnal Internasional. Studi terbaru dari Indonesia INI dipresentasikan di International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research (ISPOR) 2025 di Glasgow, Skotlandia. Dengan analisis ekonomi, nutrisi medis dapat secara signifikan berpotensi menurunkan hingga hampir setengah beban biaya pengobatan penyakit infeksi seperti pneumonia, tuberkulosis (TB), dan diare pada anak-anak dengan gizi kurang.

“Masalah gizi seharusnya tidak lagi dipandang sebagai isu kesehatan semata, melainkan sebagai persoalan ekonomi nasional yang memengaruhi produktivitas dan kualitas sumber daya manusia kita," kata Akbar dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada awal Desember 2025.

Sebelumnya, masalah gizi dan penyakit infeksi masih menjadi beban ganda di Indonesia, sebab hal ini saling memperburuk satu sama lain. Data UNICEF dan Kementerian Kesehatan (2024) menunjukkan satu dari lima anak Indonesia mengalami stunting, sementara lebih dari 30 persen anak usia di bawah lima tahun pernah mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) atau diare dalam satu tahun terakhir. Selain itu, laporan Global Nutrition Report 2024 memperkirakan Indonesia kehilangan hingga 2–3 persen Produk Domestik Bruto (PDB) per tahun akibat rendahnya produktivitas dan tingginya biaya medis yang disebabkan oleh malnutrisi. Kombinasi kekurangan gizi dan infeksi berulang menciptakan lingkaran masalah yang menekan tumbuh kembang anak serta meningkatkan biaya pengobatan keluarga dan negara.

Akbar mengatakan bahwa anak-anak yang kekurangan gizi cenderung lebih sering sakit, membutuhkan waktu pemulihan lebih lama, dan membebani biaya pengobatan yang tidak kecil bagi keluarga maupun negara. "Dengan intervensi nutrisi PKMK yang tepat, kita tidak hanya memperbaiki status gizi anak, tetapi juga memutus siklus penyakit infeksi berulang yang selama ini menjadi akar dari rendahnya kualitas hidup generasi muda Indonesia,” kata Muh. Akbar Bahar.

Analisis tersebut didukung oleh penelitian klinis yang dilakukan oleh salah satu Dokter Anak Konsulen Nutrisi dan Penyakit Metabolik pada 80 anak berusia 12–60 bulan dengan kondisi undernutrisi di RS Husada Utama, Surabaya selama Oktober 2021–Juli 2022 dengan produk PKMK mampu mendorong pertumbuhan pemulihan yang signifikan. Anak-anak yang menerima intervensi nutrisi medis ini mengalami peningkatan berat badan hingga 1,5 kilogram, tinggi badan 4,35 sentimeter, serta penurunan kadar Total Lymphocyte Count (TLC) yang menandakan perbaikan sistem imun.

Selain itu, terjadi penurunan prevalensi stunting sebesar 34,5 persen, wasting 72,7 persen, dan underweight 51,7 persen, yang seluruhnya berkontribusi pada penurunan risiko infeksi. Hasil ini menegaskan bahwa pendekatan berbasis nutrisi dapat menjadi langkah preventif yang efektif untuk memutus rantai masalah gizi dan infeksi yang selama ini membebani sistem kesehatan Indonesia. Selain manfaat klinis, analisis ekonomi menunjukkan bahwa pemberian produk PKMK selama tiga bulan tidak hanya memberikan dampak kesehatan yang nyata, tetapi juga menghasilkan efisiensi biaya yang signifikan. Dengan investasi sebesar Rp 1.863.720 (USD 116,79) per anak, intervensi ini terbukti mampu menurunkan risiko dan biaya pengobatan berbagai penyakit infeksi termasuk tuberkulosis (47,2 persen), pneumonia (44,7 persen), ISPA (47,2 persen), dan diare (48,9 persen).

Dari sisi ekonomi kesehatan, hasil analisis menggunakan QALY (Quality Adjusted Life Year) dan ICER (Incremental Cost-Effectiveness Ratio) memperlihatkan bahwa intervensi senilai Rp1,86 juta (US$116,79) per anak memberikan manfaat ganda. Tidak hanya meningkatkan kualitas hidup anak, tetapi juga secara substansial menghemat biaya rumah sakit akibat penyakit infeksi terkait gizi buruk. Dengan demikian, setiap rupiah yang diinvestasikan untuk nutrisi anak menghasilkan nilai ekonomi dan sosial yang jauh lebih besar, menjadikan produk PKMK sebagai bentuk investasi kesehatan yang efektif, berkelanjutan, dan berdampak luas bagi masa depan anak-anak Indonesia.

Temuan analisis ekonomi ini juga membuka peluang kebijakan baru, khususnya terkait potensi penanggungan PKMK oleh BPJS Kesehatan untuk penanganan anak stunting. Hasil studi memberikan dasar kuat bahwa integrasi PKMK dalam paket manfaat BPJS Kesehatan dapat meningkatkan efisiensi anggaran nasional. Jika PKMK masuk ke dalam layanan promotif–preventif maupun kuratif bagi anak berisiko tinggi, akan berpotensi mengurangi beban klaim jangka panjang dari kasus pneumonia, diare, dan infeksi berulang yang umum pada anak dengan malnutrisi. Hasil analisis farmakoekonomi memperkuat bahwa intervensi nutrisi ini layak dipertimbangkan dalam kebijakan jaminan kesehatan, sekaligus mendukung percepatan penurunan stunting secara berkelanjutan.

Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM, Rita Endang pernah menyebutkan bahwa PKMK merupakan pangan olahan yang diproses atau diformulasi secara khusus untuk manajemen diet bagi orang/pasien dengan penyakit atau gangguan kesehatan tertentu. Pasien tersebut memerlukan makanan dengan komposisi zat gizi tertentu, baik sebagai makanan pengganti maupun makanan tambahan. Penggunaan PKMK bersifat khusus hanya diperlukan oleh pasien sesuai indikasi dokter dan/atau di bawah pengawasan dokter. “Oleh karena itu, PKMK hanya dapat diedarkan di apotek, rumah sakit, dan/atau Puskesmas. Penggunaan PKMK di luar pengawasan dokter dikhawatirkan tidak tepat sasaran dan tidak sesuai aturan penggunaan. Sebagai contoh, penggunaan PKMK secara berlebihan dan/atau dalam jangka panjang, berisiko memperburuk kondisi kesehatan pasien,” kata Rita dalam membuat diskusi pemahaman dan persepsi terkait regulasi PKMK seperti dilansir laman resmi BPOM pada Oktober 2021.

Pada kesempatan itu perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia, Damayanti Rusli Sjarif menyampaikan terkait pentingnya PKMK, terutama dalam menangani stunting pada anak. Salah satu contohnya, terdapat kasus anak yang tidak mengonsumsi Air Susu Ibu (ASI) akibat alergi tertentu, maka PKMK diperlukan sebagai pengganti nutrisi. Namun, orang tua diiimbau untuk tidak melakukan diagnosis sendiri serta perlu berkonsultasi dan memperoleh pengawasan dari dokter dalam pemberian PKMK tersebut.

Senada dengan penjelasan tersebut, Dewan Pertimbangan Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Ari Fahrial Syam menjelaskan lebih lanjut bahwa pengawasan dokter dalam pemberian PKMK kepada pasien bertujuan agar PKMK yang dikonsumsi oleh pasien aman, bermutu, dan sesuai tujuan konsumsi. Misalnya, pada kasus pasien diabetes, maka PKMK yang diberikan harus memiliki standar gizi yang tepat, terutama dari segi kandungan karbohidrat dan glukosa.

Nutricia Sarihusada menegaskan komitmennya untuk mendukung perbaikan gizi anak Indonesia melalui inovasi berbasis ilmu pengetahuan serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan, institusi penelitian, dan pemerintah.

Penerimaan hasil penelitian di ISPOR 2025, forum internasional terkemuka dalam bidang Health Economics and Outcomes Research (HEOR), menjadi pencapaian penting bagi Indonesia. “Untuk pertama kalinya, Indonesia berhasil menunjukkan bahwa produk PKMK memiliki bukti klinis dan nilai ekonomi yang kuat dalam konteks lokal. Temuan ini menegaskan bahwa intervensi nutrisi PKMK tidak hanya berperan dalam penanganan stunting dan infeksi, tetapi juga memperkuat ketahanan ekonomi nasional di masa depan,” Muh. Akbar Bahar.

Posting Komentar untuk "Intervensi nutrisi tepat turunkan risiko penyakit infeksi pada anak"