Tren bleisure dan microretirement mewakili gaya hidup baru - MENGGAPAI ASA

Tren bleisure dan microretirement mewakili gaya hidup baru

BATAS antara kerja, kehidupan pribadi, dan liburan saat ini semakin kabur. Di tengah tuntutan produktivitas dan meningkatnya kesadaran akan kesehatan mental, muncul tren gaya hidup yang mengubah cara seseorang dalam memandang karier, yakni bleisure dan microretirement. Kedua sikap tersebut mencerminkan pergeseran besar dalam dunia kerja modern, terutama di kalangan generasi muda.

Konsep bleisure merupakan gabungan dari business dan leisure yang menggambarkan kebiasaan pekerja yang menyelipkan waktu untuk liburan di sela perjalanan kerja. Alih-alih segera pulang setelah urusan bisnis selesai, banyak karyawan yang memilih memperpanjang masa tinggal untuk menikmati destinasi, bekerja jarak jauh, atau sekadar menepi untuk beristirahat sejenak. Tren ini semakin populer seiring meluasnya sistem kerja yang fleksibel dan remote.

Fenomena ini banyak didorong oleh generasi Z. Menurut laporan news.com.au melaporkan bahwa Gen Z menjadikan perjalanan kerja sebagai kesempatan eskplorasi gaya hidup, bukan sekadar kewajiban profesional. Mereka membawa laptop ke kota baru, bekerja di kafe atau hotel, dan menyeimbangkan antara rapat daring dengan menikmati lingkungan sekitar bersama sahabat maupun keluarga.

Kebiasaan ini tidak pernah dilakukan oleh generasi sebelumnya, yang lebih fokus pada pekerjaan. Namun menimbulkan risiko seperti kepercayaan atasan terhadap karwayan serta dapat memecah fokus yang berakibat pada efektivitas pekerjaan.

Microretirement respons terhadap burnout

Di saat yang sama, konsep microretirement juga mencuri perhatian. Berbeda dengan pensiun konvensional di usia senja, microretirement mendorong pekerja untuk mengambil jeda panjang dari karier, mulai beberapa bulan hingga setahun di usia produktif. Jeda ini dimanfaatkan untuk bepergian, mempelajari keterampilan baru, atau memulihkan kesehatan mental sebelum kembali bekerja.

Dilansir dari The Week tren ini muncul sebagai respons terhadap kelelahan bekerja atau burnout dan ketidakpastian masa depan. Bukan menunda kebahagiaan hingga pensiun, sebagian pekerja lebih memilih untuk mencicil waktu istirahat sepanjang hidup mereka. Pandemi Covid-19 mempercepat kesadaran bahwa stabilitas kerja tidak selalu menjamin kesejahteraan hidup.

Persoalan antara keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan sendiri bukanlah menjadi isu baru. Bahkan seiring berjalannya waktu maknanya berubah. Aktris Jennifer Aniston, dalam wawancara dengan People Juni 2025, mengakui bahwa menjaga work-life balance bukan hal mudah, bahkan bagi mereka yang telah sudah berkucupan secara finansial. Pengakuan ini mencerminkan bahwa tekanan kerja dapat dirasakan oleh siapa pun, terlepas dari status maupun profesi.

Sementara itu, menurut laporan dari CBS News, perusahaan dan pekerja di berbagai negara masih berjuang mencari titik temu antara produktivitas dan kehidupan pribadi. Jam kerja yang cukup panjang, ekspektasi selalu daring, dan budaya kerja yang kompetitif mendorong banyak orang untuk mencari alternatif yang lebih manusiawi.

Bleisure dan microretirement hadir sebagai jawaban atas keresahan tersebut. Keduanya menjadi penanda perubahan paradigma bahwa pekerjaan tak lagi dipandang sebagai pusat kehidupan, melainkan salah satu bagian dari hidup yang perlu diseimbangkan dengan kesehatan mental, relasi sosial, serta pengalaman personal.

Pada akhirnya bleisure dan microretirement mencerminkan satu hal krusial, yakni generasi masa kini semakin berani mendefinisikan ulang makna sukses. Bukan hanya soal jabatan atau penghasilan, tetapi bagaimana seseorang menjalani hidup, bekerja, beristirahat, dan menikmati dunia dengan cara yang lebih seimbang.

Hesti Dwi Arini

Posting Komentar untuk "Tren bleisure dan microretirement mewakili gaya hidup baru"