Dewi Purwati, ikon dangdut 90-an yang tetap hidup dalam ingatan pecinta musik Indonesia
PR JATENG - Nama Dewi Purwati menempati ruang tersendiri dalam ingatan pencinta musik Indonesia, khususnya mereka yang tumbuh besar di era 1980–1990-an. Sosoknya dikenal sebagai penyanyi dengan suara khas, pembawaan ceria, serta kemampuan beradaptasi lintas genre yang jarang dimiliki penyanyi perempuan pada masanya.
Dari pop hingga dangdut, Dewi Purwati membuktikan bahwa konsistensi dan karakter kuat adalah kunci bertahan di industri hiburan Tanah Air.
Awal Karier dan Lagu yang Mengantar Popularitas
Perjalanan karier Dewi Purwati dimulai sejak akhir 1980 an.
Namanya mulai mencuri perhatian publik ketika pada 1989 ia merilis album perdana berjudul Bangku Tua Jadi Saksi.
Lagu ciptaan Benny Azhar tersebut langsung mendapat sambutan hangat dan kerap diputar di berbagai media, menandai lahirnya talenta baru yang patut diperhitungkan.
Popularitas Dewi kian menguat memasuki awal 1990 an.
Ia sempat menjajal duet pop bersama Muchlas Adi Putra, sebuah langkah yang menunjukkan fleksibilitas musikalitasnya.
Namun, keputusan penting diambil pada 1992. Dewi memilih beralih ke genre dangdut sebuah pilihan yang justru mengantarkannya ke puncak popularitas.
Deretan Lagu Dangdut Hits dan Masa Keemasan
Sejak terjun ke dangdut, nama Dewi Purwati melesat.
Sejumlah lagu hits lahir dan melekat di telinga masyarakat, di antaranya Asmara, Warung Tegal, Makan Hati, Jimmy, Nehi Nehi Dhandy, hingga Setali Dua Tali.
Puncak popularitasnya terjadi pada 1993 lewat lagu Pak Pos yang meledak di pasaran dan mengukuhkan Dewi Purwati sebagai salah satu ikon dangdut perempuan paling dikenal pada era tersebut.
Dalam unggahan Facebook Kenangan Era 80 dan 90’an, disebutkan bahwa Dewi Purwati merupakan “salah satu penyanyi dangdut perempuan yang lagunya sangat akrab di telinga masyarakat pada era 90 an dan masih dikenang hingga kini.”
Produktivitasnya terus terjaga hingga awal 2000-an.
Lagu Gopek Lagi menjadi penanda eksistensinya di tengah perubahan selera musik.
Secara keseluruhan, Dewi Purwati tercatat telah merilis sekitar 15 album, sebuah pencapaian yang mencerminkan dedikasi dan konsistensinya di industri musik.
Karya Abadi dan Kehidupan Pribadi
Sejumlah lagu lain seperti Dirimu Adalah Diriku, Gara Gara AA, dan Kutu Kupret hingga kini masih dapat dinikmati melalui berbagai platform musik digital.
Karya-karya tersebut menjadi bukti bahwa musik Dewi Purwati tak lekang oleh waktu.
Di luar panggung, Dewi dikenal sebagai pribadi yang hangat dan humoris.
Ia pernah membina rumah tangga dengan Afwan Surya Hendra, seorang manajer di PT Sarijaya Permana Sekurita, dan dikaruniai dua putri, Fasha dan Fania.
Kepergian sang suami pada 2009 menjadi duka mendalam, namun tidak memadamkan semangatnya sebagai seorang seniman.
Jejak yang Tak Terhapus Zaman
Bagi Dewi Purwati, dunia musik bukan semata soal popularitas.
Ia menyimpan kenangan berharga bisa berkeliling Indonesia hingga mancanegara, bertemu langsung dengan para penggemar yang setia mendukungnya dari masa ke masa.
Ia pun berharap industri musik Indonesia terus berkembang dan memberi ruang luas bagi musisi untuk terus berkarya dan berinovasi.
Meski kini tak selalu hadir di layar kaca, Dewi Purwati tetap tercatat dalam sejarah musik Indonesia sebagai penyanyi dangdut perempuan yang mampu bertahan melewati zaman, dengan karakter kuat, karya membekas, dan ketulusan dalam bermusik.***
Posting Komentar untuk "Dewi Purwati, ikon dangdut 90-an yang tetap hidup dalam ingatan pecinta musik Indonesia"
Posting Komentar