Kumpulan 10 Puisi Hari Pahlawan, Ada Karya Chairil Anwar hingga WS Rendra

menggapaiasa.com, JAKARTA - Hari Pahlawan adalah hari nasional yang bukan hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia, dan diperingati pada tanggal 10 November setiap tahunnya di Indonesia.

Hari ini untuk memperingati Pertempuran Surabaya yang terjadi pada tahun 1945, di mana para tentara dan milisi indonesia yang pro-kemerdekaan berperang melawan tentara Britania Raya dan Belanda yang merupakan bagian dari Revolusi Nasional Indonesia.

Hari nasional ini ditetapkan melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.

Salah satu cara memperingati hari pahlawan bagi sebagian orang terutama pujangga adalah menciptakan puisi bagi para pahlawan tersebut.

Di Indonesia ada beberapa puisi soal pahlawan yang terkenal bahkan dibuat oleh para pujangga besar.

Berikut 10 puisi pahlawan yang layak dibaca di hari Pahlawan 10 November 

1. Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang Oleh W.S. Rendra

Tuhanku,

WajahMu membayang di kota terbakar

dan firmanMu terguris di atas ribuan

kuburan yang dangkal

Anak menangis kehilangan bapa

Tanah sepi kehilangan lelakinya

Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini

tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

Apabila malam turun nanti

sempurnalah sudah warna dosa

dan mesiu kembali lagi bicara

Waktu itu, Tuhanku,

perkenankan aku membunuh

perkenankan aku menusukkan sangkurku

Malam dan wajahku

adalah satu warna

Dosa dan nafasku

adalah satu udara.

Tak ada lagi pilihan

kecuali menyadari

-biarpun bersama penyesalan-

Apa yang bisa diucapkan

oleh bibirku yang terjajah?

Sementara kulihat kedua lenganMu yang capai

mendekap bumi yang mengkhianatiMu

Tuhanku

Erat-erat kugenggam senapanku

Perkenankan aku membunuh

Perkenankan aku menusukkan sangkurku

2. Museum Perjuangan Oleh: Kuntowijoyo

Susunan batu yang bulat bentuknya 

berdiri kukuh menjaga senapan tua 

peluru menggeletak di atas meja 

menanti putusan pengunjungnya.

Aku tahu sudah, di dalamnya 

tersimpan darah dan air mata kekasih 

Aku tahu sudah, di bawahnya 

terkubur kenangan dan impian

Aku tahu sudah, suatu kali 

ibu-ibu direnggut cintanya 

dan tak pernah kembali

Bukalah tutupnya 

senapan akan kembali berbunyi 

meneriakkan semboyan 

Merdeka atau Mati.

Ingatlah, sesudah sebuah perang 

selalu pertempuran yang baru 

melawan dirimu.

3. Diponegoro Oleh: Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini

Tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti

Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali

Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati

Maju

Ini barisan tak bergenderang-berpalu

Kepercayaan tanda menyerbu

Sekali berarti

Sudah itu mati

Maju

Bagimu negeri

Menyediakan api

Punah di atas menghamba

Binasa di atas ditindas

Sungguhpun dalam ajal baru tercapai

Jika hidup harus merasai

Maju.

Serbu.

Serang.

Terjang.

4. Panglima Besar Jenderal Sudirman Oleh: Sides Sudyarto DS

Panglima Besar Sudirman

Ketika kau angkat senjata semua pemuda Indonesia siaga

Ikut bersamamu menyandang senapan

Mengawal Revolusi 17 Agustus 1945

Jendral yang perwira

Ketika kau mengembara bergerilya

Segenap putra-putri Indonesia terpanggil

Untuk mengantarmu maju ke medan laga

Mengobarkan api perjuangan, merebut kemerdekaan

Sudirman pahlawan agung

Dengan paru-paru sebelah kau atur komando

Perjuangan nasional semesta Nusantara

Dari atas tandu tergolek badanmu

Mengatur siasat ke segala penjuru

Demi kebebasan tanah air nan satu

Panglima Revolusi nan utama

Seluruh Rakyat Indonesia bernaung

Di bawah bayanganmu setia sepenuh hati dan jiwa

Meneruskan tekad juangmu

Mengawal Revolusi Pancasila

Hingga akhir dunia

5. Maju Tak Gentar Oleh: Mustofa Bisri (Gus Mus)

Maju tak gentar

Membela yang mungkar.

Maju tak gentar

Hak orang diserang.

Maju tak gentar

Pasti kita menang!

Simak 10 Puisi Hari Pahlawan, Ada Karya Chairil Anwar hingga WS Rendra

6. Atas Kemerdekaan Oleh: Sapardi Djoko Damono

kita berkata: jadilah 

dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut 

di atasnya: langit dan badai tak henti-henti

di tepinya cakrawala

terjerat juga akhirnya 

kita, kemudian adalah sibuk 

mengusut rahasia angka-angka 

sebelum Hari yang ketujuh tiba

sebelum kita ciptakan pula Firdaus 

dari segenap mimpi kita 

sementara seekor ular melilit pohon itu: 

inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah

7. Dongeng Pahlawan Oleh: W.S. Rendra

Pahlawan telah berperang dengan panji-panji 

berkuda terbang dan menangkan putri. 

Pahlawan kita adalah lembu jantan 

melindungi padang dan kaum perempuan.

Pahlawan melangkah dengan baju-baju sutra. 

Malam tiba, angin tiba, ia pun tiba pula. 

Adikku lanang, senyumlah bila bangun pagi-pagi 

karna pahlawan telah berkunjung di tiap hati.

8. Prajurit Jaga Malam Oleh: Chairil Anwar

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?

Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,

bermata tajam

Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya

Kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini

Aku suka pada mereka yang berani hidup

Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam

Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu…

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!

9. Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini Oleh: Taufiq Ismail

Tidak ada pilihan lain 

Kita harus 

Berjalan terus 

Karena berhenti atau mundur 

Berarti hancur 

Apakah akan kita jual keyakinan kita 

Dalam pengabdian tanpa harga 

Akan maukah kita duduk satu meja 

Dengan para pembunuh tahun yang lalu 

Dalam setiap kalimat yang berakhiran “Duli Tuanku ?”

Tidak ada lagi pilihan lain 

Kita harus 

Berjalan terus 

Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan 

Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh 

Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara 

Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama 

Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka 

Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan 

Dan seribu pengeras suara yang hampa suara 

Tidak ada lagi pilihan lain 

Kita harus 

Berjalan terus

10.  Pahlawan Tak Dikenal  Oleh: Toto Sudarto Bachtiar

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring 

Tetapi bukan tidur, sayang 

Sebuah lubang peluru bundar di dadanya 

Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang

Dia tidak ingat bilamana dia datang 

Kedua lengannya memeluk senapan 

Dia tidak tahu untuk siapa dia datang 

Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang

Wajah sunyi setengah tengadah 

Menangkap sepi padang senja

Posting Komentar untuk "Kumpulan 10 Puisi Hari Pahlawan, Ada Karya Chairil Anwar hingga WS Rendra"