Sejarah dan Makna Suvenir Pernikahan, Ungkapan Terima Kasih Pengantin

Salah satu yang membuat pernikahan dikenang adalah suvenirnya. Selain para tamu memberikan hadiah, pasangan pengantin juga memberikan kenang-kenangan untuk tamu yang sudah menyempatkan waktunya untuk merayakan cinta mereka bersama-sama. Tapi, pernah nggak sih kamu bertanya sejak kapan tradisi ini muncul? Apakah ini wajib atau bisa dihilangkan untuk mengurangi budget?

Nah, setelah Popbela telusuri dari berbagai sumber, tradisi pemberian suvenir pernikahan bagi para tamu berasal dari Roma Kuno dan Eropa Abad Pertengahan sebagai simbol kekayaan dan ucapan selamat. Ini sebagai cara bagi pengantin untuk mengucapkan terima kasih kepada tamu-tamu mereka. Yuk, intip sejarah lengkap tradisi suvenir pernikahan di bawah ini. 

1. Sudah ada sejak era Roma Kuno

Asal-usul tradisi memberikan suvenir pernikahan di tarik kembali ke Roma Kuno, di mana para tamu akan menerima hadiah kecil atau tanda penghargaan di akhir pesta pernikahan. Hadiah-hadiah ini, yang dikenal sebagai “bomboniere,” biasanya terdiri dari 5 kacang almond yang diberi gula, yang melambangkan kesehatan, kekayaan, kebahagiaan, kesuburan, dan umur panjang.

Di Yunani, kacang almond dianggap sebagai simbol keberuntungan. Tak hanya itu, angka lima juga melambangkan angka prima yang tidak dapat dibagi, dan simbolis bagi pasangan pengantin baru. Tradisi ini diyakini berasal dari kisah Demophon, raja Athena, yang istrinya, Phyllis, bunuh diri karena mengira suaminya telah meninggal setelah tidak kembali dari perjalanan selama berbulan-bulan. 

Para dewa akhirnya memberikan Phyllis kesempatan untuk berinkarnasi menjadi pohon almond. Dari situlah, legenda almond sebagai simbol cinta abadi berasal. Kisah yang manis dan pahit ini dikatakan mewakili sifat hidup yang manis dan pahit, naik turunnya pernikahan, dan pembagian kacang almond dikatakan membawa kemakmuran, keberuntungan, dan cinta bagi para tamu dan pasangannya.

Di Inggris, catatan tertua tentang suvenir pernikahan dapat ditelusuri hingga abad ke-16 dan era Tudor. Untuk mewakili ikatan cinta pasangan pengantin sekaligus sebagai kenang-kenangan atas pernikahan mereka, setiap tamu akan diberikan simpul cinta yang terbuat dari renda dan pita. 

2. Jadi simbol kekayaan dan status di kalangan aristokrat Eropa

Pada Abad Pertengahan, bangsawan Eropa mengadopsi praktik tersebut dan mulai memberikan tamu-tamu mereka perhiasan berharga sebagai simbol kekayaan dan status mereka. Hadiah-hadiah ini berkembang mencakup barang-barang seperti patung porselen atau kristal, kacang almond yang diberi gula, dan kerajinan renda yang rumit.

Gula adalah bahan yang mahal dan dianggap memiliki sifat obat-obatan. Sejak abad ke-17, hadiah pernikahan di kalangan bangsawan Eropa berbentuk gula-gula balok atau permen yang disajikan dalam kotak terbuat dari emas, porselen, atau kristal, dan dihiasi dengan permata. Hadiah ini sering disebut bomboniere atau Bonbonnière. 

Seiring berjalannya waktu, ketersediaan gula pun semakin meningkat yang membuat harganya menjadi lebih murah. Kaum kelas menengah pun ikut mengadopsi tradisi tersebut yang akhirnya menjadi norma yang diterima secara luas di seluruh lapisan masyarakat. 

Di Norfolk, yang lebih dikenal dengan pedesaan dan pertaniannya, suvenir pernikahan bisa berupa barang-barang lokal seperti kantong kecil biji-bijian, buah, atau bahkan perhiasan buatan tangan. Ini melambangkan kemakmuran dan kelimpahan yang dapat dibawa oleh pernikahan. Suvenir pernikahan telah menjadi bagian yang abadi dari perayaan pernikahan, mencerminkan harapan pasangan akan masa depan yang cerah dan pernikahan yang sejahtera.

3. Beragam suvenir dengan maknanya di era Victorian

Era Victoria bak peradaban baru tak hanya bagi Inggris tapi juga bagi dunia. Sang Ratu membawa banyak tren, khususnya dalam pernikahan. Di zaman ini, suvenir pernikahan menjadi sangat populer dan semakin mewah serta rumit. Simbolisme memainkan peran penting di periode tersebut, di mana setiap hadiah mewakili makna tertentu. Simbol-simbol seperti simpul cinta, perhiasan perak, atau liontin ukiran menjadi pilihan populer yang melambangkan cinta abadi dan komitmen.

Bonbonniere tetap menjadi favorit sebagai suvenir pernikahan, melambangkan manisnya ikatan pernikahan. Kacang-kacang ini sering dibungkus dengan kain halus seperti sutra atau renda, menambahkan sentuhan elegan pada presentasinya.

4. Makna suvenir pernikahan

Hadiah kecil dari pasangan pengantin baru diyakini dapat membawa keberuntungan. Tergantung pada negara dan kelas sosial, pasangan pengantin baru akan memberikan tamu mereka perhiasan buatan tangan, lilin, dan barang-barang kecil lainnya sebagai simbol keberuntungan.

Suvenir pernikahan juga merupakan hadiah kecil untuk para tamu pernikahan sebagai ungkapan terima kasih atas kehadiran mereka dan sebagai pengingat dari hari spesial pasangan tersebut. Selain itu, suvenir juga melambangkan kebahagiaan dan berkah dari pernikahan.

5. Suvenir era modern yang lebih personal

Di zaman sekarang, suvenir masih menjadi salah satu printilan dalam pernikahan yang juga penting. Ketidakhadiran suvenir bisa membawa perasaan ada sesuatu yang hilang. Bedanya, suvenir saat ini lebih personal sesuai dengan keinginan para pengantin. Para pasangan cenderung memilih hadiah pernikahan yang paling mewakili kisah cinta mereka dan melengkapi tema atau dekorasi pernikahannya. Bisa juga berupa sesuatu yang sedang tren.

Itu dia sejarah tradisi souvenir pernikahan. Kalau kamu ingin memberikan suvenir apa di hari pernikahanmu?

Sejarah Tradisi Veil Pernikahan, Sebagai Bentuk Transisi Berawal dari Mesir Kuno, Ini Sejarah Tradisi Cincin Pernikahan Ini Sejarah Tradisi Pengantin Perempuan Bawa Buket Bunga di Pernikahan

Posting Komentar untuk "Sejarah dan Makna Suvenir Pernikahan, Ungkapan Terima Kasih Pengantin"