Mengenal 6 Tradisi Pernikahan di Jepang yang Sarat Akan Makna, Ada Yuinou hingga Hikidemono

menggapaiasa.comMengenal tentang 6 tradisi pernikahan di Jepang yang sarat akan makna. Ada prosesi Yuinou hingga Hikidemono.
Pernikahan di Jepang bukan sekadar penyatuan dua insan, tetapi juga merupakan peristiwa sakral yang penuh simbol dan makna budaya. Setiap tahap dalam prosesi pernikahan tradisional di Negeri Sakura mencerminkan nilai-nilai leluhur yang dijaga turun-temurun.
Mulai dari pertemuan keluarga besar hingga pemberian suvenir bagi para tamu, ada banyak tradisi unik yang mewarnai momen istimewa ini. Berikut enam tradisi pernikahan khas Jepang yang dilansir dari Beautynesia.id.
1. Yuinou: Pertemuan Keluarga dan Pertukaran Hadiah
Sebelum upacara pernikahan dilangsungkan, calon pengantin pria dan wanita akan menjalani tradisi bernama Yuinou, yaitu pertemuan antara kedua keluarga. Tradisi ini menjadi ajang untuk saling mengenal lebih jauh dan menegaskan keseriusan dalam hubungan.
Acara biasanya berlangsung di rumah keluarga calon pengantin perempuan, dengan prosesi saling bertukar hadiah. Hadiah yang diberikan meliputi berbagai barang simbolis seperti rumput laut, kain putih, kipas lipat, hingga amplop berisi uang sekitar 5.000 dolar AS yang dibungkus dalam shugi-bukuro, amplop khusus berhias tali emas dan perak.
2. San San Kudo: Pertukaran Sake dalam Upacara Shinto
Melansir dari Kompas.com, tradisi berbagi sake merupakan bagian penting dalam upacara pernikahan di Jepang, baik dalam ajaran Buddha maupun Shinto. Prosesi ini dikenal sebagai salah satu momen paling menarik dalam pernikahan tradisional Jepang.
Dalam ritual ini, pasangan pengantin akan meminum sake dari tiga tumpuk cangkir, masing-masing dilakukan tiga kali hingga total sembilan seruput. Angka sembilan atau ku dipercaya membawa keberuntungan, sementara tiga seruput melambangkan cinta, kebijaksanaan, dan kebahagiaan, atau dalam kepercayaan lain mewakili bumi, langit, dan pikiran manusia.
3. Rokuyo: Menentukan Hari Baik Pernikahan
Mayoritas pasangan di Jepang memilih tanggal pernikahan berdasarkan kalender lunisolar yang dikenal sebagai rokuyo. Mereka mencari hari-hari dengan prediksi keberuntungan baik, khususnya jika jatuh pada akhir pekan.
Namun demikian, wedding organizer di Jepang biasanya menawarkan potongan harga untuk pernikahan yang diadakan pada hari-hari yang dianggap kurang menguntungkan. Pasangan yang tidak terlalu mempercayai takhayul biasanya memanfaatkan kesempatan ini untuk menghemat biaya.
4. Surat dan Bunga sebagai Bentuk Terima Kasih untuk Orang Tua
Di resepsi pernikahan, pengantin memberikan surat khusus dan buket bunga kepada orang tua mereka. Ini menjadi simbol penghormatan dan rasa terima kasih atas segala dukungan dan kasih sayang selama ini.
Momen tersebut kerap kali menjadi saat paling emosional dalam acara, terlebih saat mempelai perempuan membacakan isi suratnya. Dalam prosesi ini biasanya suasana haru menyelimuti seluruh ruangan dan tak jarang membuat tamu undangan menangis terharu.
5. Hikidemono: Hadiah dari Tamu dan Suvenir dari Pengantin
Dalam tradisi pernikahan di Jepang, tamu yang hadir biasanya memberikan sumbangan berupa uang tunai yang dimasukkan ke dalam amplop khusus yang disebut goshugi-bukuro, sering kali dilengkapi dengan kain pembungkus bernama fukusa. Uang yang diberikan sebaiknya dalam kondisi baru, karena dianggap membawa keberuntungan.
Sebagai bentuk balasan, pengantin juga menyiapkan hadiah bagi para tamu yang disebut hikidemono. Suvenir ini merupakan wujud penghargaan atas kehadiran tamu dan biasanya berupa barang kecil seperti permen, lilin, atau garam mandi yang diberikan saat tamu meninggalkan tempat acara. (*)
Posting Komentar untuk "Mengenal 6 Tradisi Pernikahan di Jepang yang Sarat Akan Makna, Ada Yuinou hingga Hikidemono"
Posting Komentar