Maestro Tari Sunda Irawati Durban Berpulang di Usia 82 Tahun

MAESTRO tari Sunda Irawati Durban meninggal di Bandung, Rabu malam, 10 September 2025 pada pukul 22.55 WIB. Didampingi keluarga dan sahabat terdekat, Irawati wafat di usia 82 tahun. Rencananya jenazah akan diberangkatkan dari rumah duka di Jalan Gunung Putri, Ciumbuleuit Bandung ke pemakaman San Diego Hills Memorial Park pada Kamis, 11 September 2025.

Irawati, kelahiran Bandung 22 Mei 1943, telah menggeluti dunia tari sejak anak-anak. Dia mulai belajar tari balet pada usia 12 tahun setelah menonton film di bioskop dan ingin menjadi balerina pada 1955. Tahun berikutnya ia belajar tari Sunda hingga ikut misi kesenian ke mancanegara sampai 1965. Dari sekian banyak karya gurunya, Tjetje Somantri, Irawati merombak Tari Merak yang tergolong klasik juga Tari Kupu-kupu hingga menjadi populer.

Beberapa tarian lain seperti Surengpati, Srenggana, dan paduan tradisi dengan sentuhan modern misalnya Tari Balon (1956), Tari Bambu (1961), Tari Puspa Apsari (1977), dan Tari Simbar Kembar (1979). Selain menari, Irawati juga kuliah di jurusan arsitektur interior Institut Teknologi Bandung pada 1975. Sempat mengajar di Universitas Parahyangan dan STSI yang sekarang bernama Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Irawati pensiun pada 2008.

Kecintaan terhadap Budaya Sunda

Pada 1986 Irawati Durban mendirikan Pusat Bina Tari atau Pusbitari. Salah seorang muridnya yang belajar menari sejak 1990, Antik Bintari mengatakan, Irawati merupakan sosok guru tari tegas dan disiplin. “Kecintaannya pada seni dan budaya Sunda itu luar biasa,” kata dosen Universitas Padjadjaran itu kepada Tempo, Kamis 11 September 2025.

Irawati juga mudah membagikan ilmu tarinya ke para murid. Bahkan lebih dari itu menurut Antik, Irawati menyiapkan semacam warisan ilmu bagi para penari secara luas yaitu dengan cara mendokumentasikan tarian dasar hingga karya-karya tarinya dalam bentuk buku maupun video. Beberapa di antaranya berjudul Kawit, Tari Sunda tahun 1880-1990, Tari Sunda tahun 1940-1965. Kemudian ada buku biografi, dan Irawati menyusun buku 200 Tahun Seni di Bandung. “Hebatnya lagi dia menulis dan itu menurut saya legacy beliau yang tidak dilakukan banyak seniman,” kata Antik.

Dari sekian kenangan bersama gurunya itu, dia terkenang ketika Irawati sempat melarangnya menampilkan Tari Merak pada sebuah lomba. Alasannya karena Antik ketika itu masih tergolong murid baru pada 1992, sementara dia sangat ingin membawakan karya gurunya itu yang dinilai khas dan bertenaga. Setelah diuji langsung, Antik terharu saat Irawati memakaikan kostum Tari Merak ke tubuhnya.

ANWAR SISWADI

Posting Komentar untuk "Maestro Tari Sunda Irawati Durban Berpulang di Usia 82 Tahun"