Spesifikasi Jet Tempur Gripen yang Dikerahkan Thailand Hantam Posisi Artileri Kamboja di Phu Ma Kua
/vidio-media-production/uploads/video/image/7595914/spesifikasi-calon-pesawat-tempur-canggih-indonesia-jet-tempur-rafael-ri-c4056d.jpg)
menggapaiasa.com, BANGKOK - Militer Thailand mengkonfirmasi pengerahan jet tempur Saab JAS39/C Gripen dalam konfrontasi militer dengan Kamboja di perbatasan kedua negara.
Dengan demikian, Thailand dipastikan menerjunkan dua jenis pesawat tempur generasi 4.5: Gripen dan F-16.
Pesawat-pesawat tersebut melakukan misi serangan terhadap target darat di dekat perbatasan.
Serangan tersebut menargetkan aset Kamboja yang terletak di dekat Phu Ma Kua dan kuil Ta Muen Thom, yang keduanya telah menjadi fokus serangan artileri dan roket lintas batas baru-baru ini yang mengakibatkan banyak korban sipil dan militer.
Phu Ma Kua adalah wilayah perbukitan strategis yang terletak di provinsi Si Sa Ket, Thailand, dekat perbatasan dengan Kamboja.
Lokasinya dinilai strategis karena posisinya yang tinggi dan dekat dengan situs bersejarah serta jalur logistik penting.
Keterlibatan Gripen sendiri dalam operasi militer Thailand ini sekaligus menandakan "debut" jet tempur buatan Swedia itu di medan perang.
Selama ini, Gripen yang dioperasikan oleh Swedia, Republik Ceko, Afrika Selatan, Thailand, Brasil, dan Hongaria, hanya digunakan dalam misi internasional tanpa menyerang target musuh.
Militer Thailand telah mengakuisisi dua belas jet JAS 39C/D Gripen, yang dikirimkan pada tahun 2016, dengan sebelas unit saat ini beroperasi setelah satu unit hilang dalam kecelakaan tahun 2017.
Pada bulan Juni tahun ini, pemerintah Thailand mengumumkan kontrak dengan Saab untuk dua belas pesawat tempur JAS 39E/F Gripen yang lebih baru.
Pesawat tempur Gripen
Jet tempur Saab Gripen dirancang pada era Perang Dingin. Versi perdana terbang pada 1988 dan mulai dioperasikan Angkatan Udara Swedia pada 1996.
Jet tempur itu dirancang agar bisa lepas landas dan mendarat di jalan raya. Cuma perlu landasan 800 meter untuk lepas landas.
Pengoperasiannya juga mudah, cuma perlu enam awak darat untuk penyiapan. Untuk perbekalan ulang, rata-rata cuma perlu 10 menit saja.
Kalau dipersiapkan untuk menyerang sasaran di darat, persiapannya cuma 20 menit.
Biaya operasional Saab Gripen per jam terbang sebesar 4.600 dollar AS, jauh lebih hemat dibandingkan F-16 Fighting Falcon sebesar 7.000 dollar AS.
Jangkauan terbang Gripen memang kalah daripada F-16, yakni hanya sejauh 3.200 kilometer, sedangkan F-16 Viper mampu menjelajah sejauh 4.220 kilometer.
Pada tahun 2008, Thailand menandatangani kontrak untuk mengakuisisi pesawat JAS-39 Gripen C/D yang diproduksi oleh Saab Swedia sebagai langkah diversifikasi aset tempur dan mengurangi ketergantungan pada Amerika Serikat.
Sebanyak 12 unit Gripen saat ini ditempatkan di Wing 7, Surat Thani dan telah menggantikan pesawat F-5E/F yang telah lama bertugas.
Gripen Thailand juga terintegrasi dengan sistem kendali perang Peringatan Dini Udara (AEW) Erieye dan jaringan C2 (Komando dan Kendali), menjadikan keseluruhan sistem lebih terintegrasi dan efektif.
Pesawat ini mampu melakukan operasi "perang yang berpusat pada jaringan" yang memungkinkan pertukaran informasi secara real-time antara platform udara, laut, dan darat.
Gripen Thailand dilengkapi dengan radar PS-05/A, rudal IRIS-T, dan AIM-120 AMRAAM, selain mampu membawa rudal antikapal RBS-15 dan bom pintar berpemandu GPS.
Perang Thailand dan Kamboja
Pemicu perang Thailand dan Kamboja pada Juli 2025 merupakan akumulasi dari konflik perbatasan yang telah berlangsung selama puluhan tahun, terutama terkait sengketa wilayah di sekitar kuil kuno Preah Vihear dan Ta Moan Thom2.
Sengketa Candi Preah Vihear, disebut sebagai pemicu utama konflik.
Pada 1962, Mahkamah Internasional (ICJ) memutuskan candi ini milik Kamboja.
Thailand memang menerima putusan, tapi batas wilayah sekitar candi tidak jelas, sehingga memicu sengketa di area seluas 4,6 km⊃2;.
Pada Juli 2025 konfrontasi militer pecah. Kamboja menuduh militer Thailand menyerang lebih dulu, sementara Thailand menyebut Kamboja melanggar batas.
Update dari medan perang
Laporan terbaru menyatakan bahwa Komandan Divisi ke-7 Angkatan Darat Kamboja, Mayor Jenderal Duong Somneang, tewas dalam serangan artileri di wilayah Chong Ta Thao–Phu Ma Kua.
Pertempuran antara pasukan Thailand dan Kamboja dikabarkan masih berlanjut sepanjang hari di wilayah perbatasan yang disengketakan.
Pada 26 Juli, para jurnalis mengonfirmasi bahwa pertempuran antara pasukan Thailand dan Kamboja pecah dini hari di sekitar wilayah Phu Ma Kua dan Chong Ta Thao.
Pasukan Thailand berhasil mempertahankan posisi mereka di Phu Ma Kua dan mengusir pasukan Kamboja dari wilayah tersebut.
Pasukan Kamboja kemudian melancarkan serangan balasan untuk merebut kembali wilayah tersebut, tetapi banyak pasukan mereka yang tewas.
Tentara Thailand tidak hanya menggunakan jet tempur F-16 A/B dan JAS39 Gripen untuk mengebom posisi dan aset militer Kamboja di sepanjang perbatasan kedua negara yang bermasalah, tetapi juga menggunakan pesawat tanpa awak (drone) untuk melancarkan serangan.
Video yang dirilis oleh Tentara Thailand menunjukkan drone bersenjata buatan lokal menjatuhkan bom mortir M261 dan M472 ke posisi militer Kamboja dan depot senjata milik militer negara tetangganya.
Bom mortir yang dijatuhkan oleh drone bersenjata Tentara Thailand telah menghancurkan posisi dan aset militer Kamboja di wilayah perbatasan kedua negara.
“Drone bersenjata milik Angkatan Darat Thailand dilaporkan berhasil mengidentifikasi beberapa target utama, termasuk depot senjata, pusat peluncuran artileri, dan kendaraan peluncur roket, termasuk unit RM-70 GRAD yang sedang dimuat dan siap diluncurkan kembali," ujar perwakilan militer Thailand seperti dikutip media lokal.
“Dalam serangan menggunakan drone tersebut, unit drone bersenjata Angkatan Darat Thailand berhasil menghancurkan depot senjata utama Kamboja yang diyakini sebagai lokasi penyimpanan roket 122 mm dan sistem pendukung peluncuran lainnya.”
Keberhasilan menghancurkan RM-70 GRAD Kamboja yang dalam kondisi "aktif dan terisi" menunjukkan akurasi dan efisiensi operasi udara tak berawak Thailand, sehingga mengurangi potensi ancaman serangan berulang di wilayahnya.
Sementara itu, laporan media lokal menyatakan bahwa Angkatan Darat Kamboja telah melancarkan serangan roket besar-besaran terhadap posisi militer Thailand menggunakan sistem peluncur roket ganda RM-70 GRAD buatan Cekoslowakia.
Menurut laporan intelijen yang diperoleh dari sumber militer regional, sistem peluncur roket RM-70 GRAD Kamboja dilengkapi dengan roket artileri 9M22U, yang juga dikenal sebagai SHE-40, yaitu sistem roket tanpa pemandu kaliber 122 mm dengan jangkauan tembak efektif hingga 20 kilometer.
Roket 9M22U/SHE-40 memiliki hulu ledak seberat 18,4 kilogram dan dirancang khusus untuk misi penghancuran area luas seperti benteng infanteri, depot logistik, dan kendaraan lapis baja ringan. Serangan ini tidak hanya provokatif tetapi juga berbahaya bagi keamanan teritorial Thailand.
Para analis militer meyakini bahwa penggunaan sistem RM-70 GRAD oleh Kamboja merupakan sinyal yang jelas bahwa negara tersebut telah meningkatkan kesiapan tempurnya dan siap menggunakan kekuatan artileri berat untuk mempertahankan atau merebut kembali wilayah sengketa.
RM-70 GRAD adalah sistem peluncur roket ganda (MRLS) yang dikembangkan oleh Cekoslowakia selama era Perang Dingin, dan didasarkan pada desain BM-21 GRAD Soviet yang terkenal.
Sistem ini dilengkapi dengan 40 peluncur roket 122 mm, mampu menembakkan semua roketnya dalam waktu kurang dari 30 detik, dan memiliki tingkat jangkauan kerusakan yang luas, menjadikannya senjata penghancur wilayah yang ditakuti dalam konflik darat.
Posting Komentar untuk "Spesifikasi Jet Tempur Gripen yang Dikerahkan Thailand Hantam Posisi Artileri Kamboja di Phu Ma Kua"
Posting Komentar