5 Pekerjaan dengan Risiko Digantikan AI

menggapaiasa.com, Jakarta - Di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan atau akal imitasi (AI), sejumlah pekerjaan kini menghadapi ancaman penggantian besar. Perkembangan AI yang signifikan saat ini secara langsung mengubah dunia kerja. AI tidak hanya menawarkan kemudahan dan efisiensi, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran yang mendalam tentang masa depan dari berbagai profesi.

Menurut laporan terbaru Goldman Sachs yang dikutip dari Newsweek, teknologi AI berpotensi mempengaruhi 300 juta pekerja penuh waktu di seluruh dunia, sehingga menciptakan perubahan besar di pasar tenaga kerja. Seiring semakin banyak perusahaan yang menerapkan AI untuk meningkatkan produktivitas, beberapa jenis pekerjaan menjadi lebih rentan terhadap otomatisasi.

Berikut beberapa pekerjaan dengan risiko digantikan oleh kehadiran AI:

1. Analis Data dan Pembukuan

Pekerjaan yang melibatkan analisis data, pembukuan, dan pelaporan keuangan dasar sangat berpotensi tergantikan oleh kehadiran AI. Aktivitas administratif yang bersifat berulang ini menjadi target utama penerapan AI untuk meningkatkan efisiensi.

Menurut matematikawan senior di RAND Corporation, Carter Price, teknologi AI lebih cenderung menggantikan tugas-tugas tertentu dalam pekerjaan daripada keseluruhan profesinya. Hal ini bisa berarti kebutuhan tenaga kerja berkurang, atau justru bertambah karena peningkatan produktivitas yang dihasilkan oleh mesin dalam menyelesaikan pekerjaan bernilai rendah.

2. Perwakilan Layanan Pelanggan

Sektor layanan pelanggan kini berubah drastis melalui hadirnya AI. Chatbot dan asisten virtual berbasis AI semakin banyak diandalkan untuk menjawab pertanyaan pelanggan, sehingga mengurangi kebutuhan akan tenaga manusia. Hal ini dapat terlihat seperti pada perusahaan IBM dan raksasa telekomunikasi Inggris, BT Group, yang menyatakan AI menjadi salah satu alasan pemutusan hubungan kerja dan penundaan perekrutan.

Carter Price menjelaskan teknologi ini sering digunakan sebagai chatbot yang terintegrasi dengan sistem pengubah teks menjadi suara. Meskipun AI mampu mencari dan mengolah informasi dari berbagai dokumen, pengawasan manusia tetap diperlukan untuk menangani kasus-kasus rumit.

3. Pembuatan Konten Media

Kemampuan AI dalam membaca, menulis, dan memahami data teks menimbulkan ancaman pada profesi di bidang media, seperti periklanan, pembuatan konten, penulisan teknis, dan jurnalisme.

Price menuturkan, meskipun teknologi model bahasa besar (LLM) terkadang kurang akurat dalam menyajikan fakta, AI sangat efektif dalam menghasilkan dan memeriksa teks, gambar, suara, dan data lainnya. Teknologi inti LLM meliputi transformer pada awalnya dikembangkan untuk penerjemahan mesin namun kemudian meluas ke berbagai aplikasi pembuatan konten.

Meski sekarang AI sudah lebih baik dalam menyampaikan informasi yang benar, alat-alat ini belum sempurna dan masih memberikan saran yang kurang tepat. Namun perkembangan terus berlangsung dan peningkatan signifikan diperkirakan akan terjadi dalam beberapa bulan dan tahun ke depan.

4. Asisten Hukum dan Paralegal

Industri hukum pun terkena dampak AI. Tugas paralegal dan asisten hukum yang mengumpulkan dan merangkum data hukum dalam jumlah besar sangat rentan otomatisasi. AI dapat mengulangi banyak tugas tersebut, tapi penilaian manusia tetap diperlukan.

Price menjelaskan bahwa walaupun LLM mampu melakukan penyaringan data teks secara luas, pekerjaan ini memerlukan ketelitian bahasa dan akurasi tinggi, sehingga penting untuk ada pengawasan manusia, sama halnya seperti pengacara senior yang meninjau hasil kerja paralegal.

5. Analis Keuangan

Analis dan penasihat keuangan pribadi menghadapi risiko serupa. Mereka memproses data numerik besar, mengidentifikasi trend, dan merekomendasikan investasi. AI dapat melakukan analisis yang sama dengan efisiensi lebih tinggi, bahkan sebelum teknologi LLM berkembang, beberapa tugas analitis telah terotomatisasi.

Dengan demikian, analis bisa lebih fokus pada interpretasi hasil dan pendalaman topik. Price mengungkapkan, karena pekerjaan ini berfokus pada pengambilan informasi akurat dari data yang kompleks, pengawasan manusia tetap krusial. Namun seiring meningkatnya keandalan sistem AI, intensitas pengawasan diprediksi akan menurun.

6. Konseling

Kepala Makroekonomi dan AI di Institut Penelitian Kebijakan Publik, Carsten Jung, mengatakan beberapa pekerjaan di bidang konseling menghadapi potensi ancaman dari otomatisasi AI, meski tingkat risikonya masih belum pasti. Jung menjelaskan, mesin AI yang kini semakin menyerupai manusia telah menjelajah wilayah yang sebelumnya belum dikenal. Ia menambahkan bahwa penggunaan AI sebagai pendamping dan terapi semakin meningkat.

Bot AI canggih di media sosial bahkan berpeluang mengubah cara orang berinteraksi secara daring secara signifikan. Menurut Jung, meskipun sebagian besar pekerjaan akan mengalami perubahan, profesi yang menuntut interaksi langsung secara tatap muka diperkirakan akan tetap bertahan dengan baik. Selain itu, sektor pekerjaan ramah lingkungan diprediksi justru akan mengalami pertumbuhan.

Posting Komentar untuk "5 Pekerjaan dengan Risiko Digantikan AI"