Menkomdigi Perhatikan Investasi AI dengan Dampak Besar Meski Nilainya Kecil

Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid menyoroti potensi kawasan Asia dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI). Ia menilai, investasi yang relatif kecil pada AI, juga dapat menghasilkan dampak besar.

“Faktanya, sebuah model AI dari startup di Guangzhou yang diluncurkan pada Desember 2024 mengejutkan industri AI global karena berhasil menghentikan penurunan nilai pasar perusahaan teknologi di Amerika Serikat hingga US$ 590 miliar,” kata Meutya dalam forum Asia Economic Summit 2025 di Jakarta Selatan, Kamis (26/6).

Adapun startup yang dimaksud itu ialah pengembang AI asal Cina, DeepSeek dengan investasi senilai US$ 6 juta berhasil menghadirkan model AI yang mampu mengubah lanskap industri teknologi global.

DeepSeek sendiri merupakan perusahaan swasta Cina yang didirikan pada Juli 2023 oleh Liang Wenfeng. Perusahaan ini mengembangkan model bahasa besar (LLM) open-source, saingan model terkemuka seperti ChatGPT dari OpenAI.

  • Respons Kasus PDNS, Menkomdigi Meutya Hafid Akan Bentuk Tim Benahi Pusat Data
  • Bos OpenAI Ungkap Pengguna di Indonesia Pakai ChatGPT untuk Bikin Gambar

Transformasi digital dan potensi pengembangan AI ini, menurut Meutya, bukan hanya sekadar inovasi, melainkan penentu masa depan dan pemacu pertumbuhan ekonomi nasional.

“Teknologi ini membuka peluang lintas sektor, dari layanan publik hingga industri, namun harus tetap memperhatikan etika dan tanggung jawab,” ujarnya.

Merujuk pada laporan AI Index, investasi AI secara global melonjak dari US$ 3,9 miliar pada 2022 menjadi US$ 33,9 miliar pada 2024. Potensi ekonomi AI secara global ini diperkirakan mencapai US$ 7 triliun pada 2030 dan mampu menciptakan 40% jenis pekerjaan baru.

Di kawasan Asia Pasifik, adopsi teknologi Generative AI (GenAI) juga menunjukkan tren positif. Sebanyak 60% perusahaan di kawasan ini telah membuktikan nilai bisnis GenAI, 49% melihat potensinya, dan 35% sedang dalam tahap uji coba.

Adapun tingkat adopsi AI di negara-negara Asia tergolong tinggi: Tiongkok (75%), India (70%), Australia dan Selandia Baru (75%), serta Asia Timur (67%). Di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, tingkat adopsi tercatat sebesar 65%.

“Dengan ratusan juta penduduk dan ekosistem kreator yang tumbuh pesat, ASEAN memiliki potensi besar sebagai pusat transformasi digital dunia,” ujar Meutya.

Posting Komentar untuk "Menkomdigi Perhatikan Investasi AI dengan Dampak Besar Meski Nilainya Kecil"