5 Grup Wanita dengan Risiko Tertinggi terhadap Kanker Rahim: Apakah Anda Termasuk?

menggapaiasa.com - Kanker rahim mengacu pada tipe kanker yang berkembang di organ rahim, termasuk kanker endometrium (jenis kanker yang muncul di bagian dalam rahim) serta sarkoma uterus (kanker yang timbul dari otot rahim atau jaringan penghubungnya).
Setiap perempuan dengan rahim pasti berisiko mengalami kanker rahim. Akan tetapi, ada juga sebagian perempuan yang mungkin berhadapan dengan risiko tersebut secara lebih besar daripada yang lainnya.
Beberapa situasi atau keadaan spesifik bisa menambah risiko seorang perempuan mengalami kanker rahim.
Berikut ini merupakan sejumlah kelompok wanita dengan risiko tinggi mengalami kanker serviks:
1. Pubertas yang terjadi terlalu awal disertai dengan masa menopausa yang berlangsung lebih panjang
Umur perempuan ketika mengalami menstruasi pertama (menarche) serta usia mereka pada masa menopausa sering dikaji sebagai variabel risiko terkait dengan kanker endometrium hingga berbagai macam kanker ginekologi lainnya.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di Journal Internasional Onkologi Kandungan Usia awal menstruasi yang lebih dini serta usia terlambat pada masa menopausa berhubungan dengan peningkatan resiko terkena kanker endometrium.
Di sisi lain, menarche yang terjadi diakhir masa remaja dan menopause lebih awal justru berhubungan dengan penurunan risiko hal itu.
Usia menarche yang lebih dini berkorelasi dengan dimulainya siklus ovulasi yang lebih cepat serta paparan estrogen yang lebih lama.
Saat ditambahkan dengan masa menopause yang terjadi di usia lanjut, ini dapat menyebabkan paparan estrogen berlangsung lebih lama akibat kenaikan jumlah siklus haid.
2. Perempuan yang menderita ketidakhadiran kehamilan
Telah diketahui adanya hubungan positif di antara infertil dan kanker lapisan dalam rahim atau dikenal juga sebagai kanker endometrium. Keadaan tidak subur membuat seorang perempuan berisiko mengidap kanker tersebut saat masih cukup muda.
Banyak pasien muda yang memiliki kanker endometrium (dibawah usia 40 tahun) sering kali menghadapi siklus haid yang tak menentu atau kurangnya pelepasan sel telur secara berkala serta anovulasi jangka panjang.
Jarangnya atau ketiadaan ovulasi sama-sama berhubungan dengan peningkatan sekresi estrogen dan kekurangan progesteron.
Defisit progesteron bisa mengakibatkan hiperplasia endometrium, suatu keadaan yang dipandang sebagai situasi pra-kanker.
Dikarenakan paparan estrogen yang lebih panjang, dinding rahim mulai mengental dan bisa berkembang menjadi kanker rahim bila tak ditangani.
3. Wanita dengan PCOS
Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) merupakan gangguan ovulasi yang paling sering terjadi dan bisa mengakibatkan ketidakterbuan jangka panjang apabila tidak ditangani dengan tepat.
Pada pasien dengan PCOS, secara umum diterima bahwa anovulasi yang berkepanjangan dan pelepasan estrogen yang tidak ditentang dapat meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan kanker endometrium, terutama pada wanita muda.
Penelitian menyatakan bahwa perempuan yang menderita PCOS berisiko 3 kali lebih besar terkena kanker endometrium.
Di samping itu, studi menyatakan bahwa wanita dengan sindrom polikistik ovarium (PCOS) serta ada nya tumor yang memproduksi estrogen memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker endometrium, terutama selama periode reproduksinya.
4. Mempunyai bobot tubuh lebih dari normal atau mengalami obesitas
Menurut Cancer Research UK Kira-kira 34% dari kasus kanker rahim yang terjadi di Inggris disebabkan oleh kegemukan dan obesitas.
Organisasi Internasional untuk Penelitian tentang Kanker (IARC) serta Dana Global untuk Riset Kanker atau Institut Nasional Amrik terkait Riset Kanker (WCRF/AICR), telah menetapkan hubungan antara kelebihan berat badan dengan peningkatan risiko penyakit kanker.
Studi meta-analisis mengungkapkan bahwa risiko terkena kanker endometrium bertambah hingga 54 persen untuk setiap pertambahan indeks massa tubuh (IMT) sebanyak 5 satuan.
Risiko terkena kanker endometrium meningkat sebesar 16 persen untuk setiap tambahan 5 kilogram berat badan saat sudah memasuki usia dewasa.
Resiko tersebut juga 29% lebih tinggi untuk setiap kenaikan 10 cm pada lingkar pinggul dan 27% lebih tinggi untuk setiap pertambahan 10 cm pada lingkar pinggang.
Kenaikan lemak dalam tubuh terhubung ke meningkatnya tingkat hormon seks serta naiknya kadar leptin, hal ini bisa memperjelas ikatan antara pertambahan massa lemak dan resiko timbulnya kanker pada lapisan rahim bagian dalam atau endometrium.
5. Perempuan dengan tingkat aktivitas fizikal yang rendah
WCRF/AICR juga menetapkan bahwa kurangnyaaktivitas fisik dapat dikategorikan sebagai salah satu faktor yang kemungkinan memiliki efek perlindungan terhadap kanker rahim endometrium.
Risiko terkena kanker endometrium ternyata 15-27 persen lebih rendah pada wanita yang paling sering beraktivitas fisik jika dibandingkan dengan mereka yang kurang aktivitasnya.
Risiko terkena kanker endometrium juga berkurang sebesar 5 persen untuk setiap tambahan satu jam/ minggu aktifitas fisik di waktu senggang.
Risiko tersebut berkurang sebesar 32 persen pada wanita yang menghabiskan waktu minimal untuk duduk jika dibandingkan dengan mereka yang menghabiskan waktu duduk paling lama.
Sangat penting untuk dipahami bahwa kejadian salah satu atau beberapa kondisi yang disebutkan sebelumnya pada diri Anda belum tentu berarti Anda menderita kanker rahim. Faktanya, kondisi-kondisi itu hanya bersifat sebagai faktor risiko saja.
Oleh karena itu, Anda harus mengkonsultasikan hal ini kepada dokter guna memastikan bahwa keadaannya aman atau mungkin diperlukan tindakan medis tambahan.
Posting Komentar untuk "5 Grup Wanita dengan Risiko Tertinggi terhadap Kanker Rahim: Apakah Anda Termasuk?"
Posting Komentar