Ibu Harus Tinggal Bersama Jenazah Anak Selama Seminggu Karena Keliru Administratif

menggapaiasa.com Seorang wanita merasakan kesedihan yang amat sangat ketika anak laki-lakinya yang baru berumur 13 tahun menghembuskannya terakhir kali karena menderita kanker tulang, padahal sebelumnya kondisinya hanya dianggap sebagai nyeri gigi biasa.

Sedihnya, sang ibu harus tetap berada di ruangan yang sama dengan mayat anaknya selama beberapa hari karena adanya kesalahan informasi dari pihak hospice tentang layanan pemakaman pada masa libur nasional.

Korban, yang juga dikenal sebagai Kian Roban, menghembus nafas terakhirnya pada hari Paskah, tepat satu minggu sebelum perayaan ultahnya yang ke-14.

Sebagaimana dilansir Dailystar.co.uk Jumat (1/5/2025), Kian Roban didiagnosis menderita Ewing sarcoma, sebuah bentuk kanker tulang ganas yang seringkali menyerang anak-anak dan pemuda.

Semakin lama dirawat secara intensif dan menjalani sejumlah bulan kemoterapi, tetapi nyawanya akhirnya tak dapat diselamatkan usai para dokter mengidentifikasi adanya tumor otak yang tidak mungkin untuk dioperasi.

Menantang informasi dari Ibu Lianne Roban, tanda-tanda pertama penyakit Kian adalah adanya bengkak pada area wajah.

Dia sudah dibawa ke rumah sakit sebanyak lima kali dalam rentang waktu dua bulan. Tetapi, tiap periksa, diagnosis para dokter hanyalah mengatakan bahwa gejalanya adalah proses tumbuh gigi biasa.

"Mereka mengatakan, ada pasien lain di UGD yang lebih memerlukan perhatian, hal ini tidak seputar masalah nyawa," jelas Lianne, demikian dilansir dari Dailystar.co.uk.

Setelah berkali-kali periksa, barulah sang dokter menemukan ada benjolan besar di pipi Kian.

Temuan tersebut menyebabkan Kian langsung dibawa ke unit perawatan intensif dan menjalani terapi yang mendalam.

Keluarganya masih berdoa agar dia sembuh, sampai hasil pemeriksaan selanjutnya menyatakan bahwa kanker sudah menjalar ke otak.

Keadaan semakin memalukan ketika Kian menghembus nafas terakhirnya. Salah paham dengan informasi dari hospis tentang penutupan layanan kematian selama hari libur nasional membuat jasad Kian tidak langsung diambil.

Lianne hanya dapat menutupi tubuh anak laki-lakinya menggunakan kain dan menghidupkan kipas angin di dalam kamarnya agar suhunya tetap dingin.

"Ruangan menjadi hangat, tetangga saya membawa angin diper untuk menjaga badannya tetap sejuk," ucapnya.

Sampai sekarang, mayat Kian belum dikuburkan karena kematinya belum secara resmi diregistrasi.

Prosedur pengiriman pasien dari program hospice kepada dokter umum (GP) mengalami keterlambatan, sehingga perencanaan untuk upacara pemakaman masih belum dapat dijalankan.

"Sudah satu minggu Kian hilang. Kami belum dapat mengatur pemakamatannya. Segalanya ditahan karena dokumen masih belum tiba," tulis Lianne di halaman GoFundMe yang ia buat untuk membantu hari-harinya terakhir sang anak.

Lianne juga menyatakan bahwa ada berbagai hal yang mengecehkannya selama masa perawatannya serta pasca kematiannya dari Kian.

Tetapi dia memutuskan untuk tidak mengulasnya lagi. Sekarang, dia hanya ingin agar si anak bisa dikubur dengan pantas dan keluarganya diberi kekuatan untuk menjalani saat-saat sulit ini.

Casus ini mendapat perhatian besar di Inggris akibat ketidaktepatan dalam tindakan medis awal serta kurangnya kerjasama antara berbagai instansi pelayanan kesehatan dan jasa pemakaman.

(cr31/menggapaiasa.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Lihat pula berita atau detail tambahan di Faceboo k, Instagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Posting Komentar untuk "Ibu Harus Tinggal Bersama Jenazah Anak Selama Seminggu Karena Keliru Administratif"