Siasat KFC (FAST) Hadapi Boikot & Gempuran Merek Ayam Goreng Lokal

menggapaiasa.com, JAKARTA — Kinerja emiten pengelola jejaring restoran cepat saji KFC, PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) tertekan oleh boikot hingga persaingan dengan merek ayam goreng lokal. FAST pun kemudian berupaya mengandalkan strategi dalam menghadapi persaingan itu.
KFC memang menghadapi tekanan boikot seiring dengan konflik di Timur Tengah. Merek KFC dinilai oleh masyarakat mendukung Israel dan memicu boikot global yang memengaruhi kinerja bisnisnya di Indonesia.
Direktur Fast Food Indonesia Wachjudi Martono mengatakan dampak boikot masih terasa sampai 2025 di beberapa daerah. Akan tetapi, tekanannya sedikit mengendur, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Di samping boikot, KFC kini menghadapi tantangan lainnya yakni persaingan seiring dengan mulai menjamurnya merek ayam goreng lokal seperti Richeese Factory, Rocket Chicken, Olive Fried Chicken, hingga Hisana Fried Chicken.
“Memang, banyak landscape berbeda saat ini, selain banyak pesaing dari luar, lokal pun banyak dan atraktif dari sisi harga. Hal ini tentu memengaruhi sales kami. Akan tetapi juga merupakan tantangan yang kami jawab,” kata Wachjudi dalam public expose pada akhir pekan lalu, Jumat (28/11/2025).
Untuk persaingan, menurutnya KFC tidak akan mengikuti harga pesaing dengan melakukan pemotongan. Namun, KFC akan lebih mengutamakan value.
“[Strategi] kami tidak hanya harga, tapi juga produk ditambah value yang kompetitif,” jelas Wachjudi.
Secara umum, menurutnya KFC mengandalkan tiga pilar dalam mengembangkan bisnisnya, di antaranya kualitas yang memiliki value, servis optimal, serta aset yang dimaksimalkan dan mempunyai tujuan agar pelanggan memiliki pengalaman menyenangkan.
KFC pun akan mulai bergeliat lagi ekspansi mulai tahun depan. Wachjudi mengatakan FAST menargetkan untuk memiliki 1.000 gerai baik KFC serta Taco Bell pada 2030. Saat ini FAST telah mengoperasikan 687 gerai KFC dan 8 gerai Taco Bell.
Untuk mencapai target 1.000 gerai, FAST menyiapkan penambahan sekitar 300 gerai hingga 2030, atau rata-rata 60 gerai per tahun.
Berdasarkan laporan keuangannya, FAST masih membukukan rugi bersih sebesar Rp239,58 miliar per kuartal III/2025, meskipun ruginya susut 56,99% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan rugi bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp557,08 miliar.
FAST sebenarnya mencatatkan penurunan pendapatan 0,76% YoY menjadi Rp3,56 triliun per kuartal III/2025, dibandingkan dengan Rp3,59 triliun per kuartal III/2024. Namun, FAST juga mencatatkan penyusutan beban pokok pendapatan 4,99% YoY menjadi Rp1,43 triliun.
Selain itu, FAST juga mencatatkan penyusutan pada sejumlah beban. Tercatat, beban penjualan dan distribusi menyusut dari Rp2,09 triliun menjadi Rp1,91 triliun. Kemudian, beban umum dan administrasi menyusut dari Rp572,03 miliar menjadi Rp523,51 miliar. Lalu, beban operasi lain menyusut dari Rp36,95 miliar menjadi Rp31,97 miliar.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. menggapaiasa.comtidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Posting Komentar untuk "Siasat KFC (FAST) Hadapi Boikot & Gempuran Merek Ayam Goreng Lokal"
Posting Komentar