Purbaya targetkan ekonomi RI tumbuh 6 persen di 2026, ekonom senior: Perlu kerja keras ekstra

JAKARTA, KOMPAS.TV- Ekonom Senior Raden Pardede menilai untuk meraih pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6 persen pada 2026 bukanlah perkara mudah.
Sebaliknya, menurut Raden, membutuhkan kerja keras, terutama dalam memperbaiki implementasi kebijakan di lapangan. Selain itu, ia mengatakan angka tersebut berada di atas proyeksi dasar berbagai lembaga internasional.
"Kalau kita lihat proyeksi World Bank, IMF, OECD, ADB, sampai lembaga pemeringkat seperti S&P, 5 persen itu baseline Indonesia. Lima persen relatif mudah dicapai. Tapi, untuk naik ke 6 persen, itu perlu kerja keras ekstra,” kata Raden Pardede dalam program Economic Outlook 2026: Nyalakan Mesin Pertumbuhan Baru di Kompas TV, Selasa (16/12/2025).
Menurut Raden, secara kebijakan makro, pemerintah sebenarnya sudah menyiapkan instrumen fiskal dan moneter, termasuk injeksi likuiditas. Namun, persoalan utama justru terletak pada banyaknya hambatan di tingkat implementasi.
"Kebijakan sudah ada, tapi masih banyak hambatan di lapangan. Ibarat pipa, masih banyak sampah dan lemak yang menyumbat aliran. Kalau tidak dibersihkan, arusnya tidak lancar. Inilah bottleneck yang harus diselesaikan dengan cepat,” tuturnya.
Ia menekankan konsistensi pelaksanaan kebijakan dari pusat hingga daerah menjadi kunci. Banyak aturan yang dinilai sudah baik di atas kertas, tetapi belum berjalan optimal di lapangan, khususnya terkait perizinan.
"Yang paling penting adalah implementasi. Kalau aturan benar-benar dijalankan, proses perizinan seperti IMB dan izin lingkungan akan jauh lebih cepat. Itu saja sudah sangat membantu dunia usaha," tutur Raden.
Selain itu, efektivitas belanja pemerintah juga menjadi faktor penentu. Raden mengingatkan agar anggaran yang telah dialokasikan dapat direalisasikan tepat waktu dan tidak tertahan oleh prosedur birokrasi.
"Jangan sampai anggaran sudah ada, tapi realisasinya lambat. Dampaknya ke pertumbuhan ekonomi bisa hilang," ujarnya.
Raden juga menyoroti sejumlah risiko yang perlu diantisipasi, mulai dari dampak perubahan iklim hingga perlambatan sektor swasta. Fenomena cuaca seperti La Nina, yang diprediksi terjadi di awal 2026, bisa memengaruhi infrastruktur dan produksi pangan.
Namun, faktor paling krusial tetap berada pada sektor swasta sebagai mesin utama ekonomi nasional.
"Kontribusi pemerintah hanya sekitar 9-10 persen, dengan BUMN paling tinggi 14 persen. Artinya, 85 persen perekonomian ditopang sektor swasta. Mesin ini tidak boleh macet. Likuiditas, insentif, dan kepastian harus dijaga,” ucap Raden.
Untuk mendorong pertumbuhan sekaligus menciptakan lapangan kerja, Raden menilai, sektor manufaktur harus kembali menjadi prioritas.
Ia menuturkan saat ini pemerintah terlalu fokus pada sektor padat modal berbasis sumber daya alam. Padahal, sektor tersebut menyerap tenaga kerja sangat terbatas. Manufaktur mampu menyerap lulusan SMA, SMK, bahkan SMP dalam jumlah besar.
"Ini penting agar kita tidak terjebak di sektor informal," ujarnya.
Sebelumnya, dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6 persen pada 2026. Angka tersebut sebagai tahap awal menuju target jangka menengah 8 persen.
Pencapaian target tersebut membutuhkan langkah bertahap dengan menghidupkan kembali mesin ekonomi yang sempat melambat, terutama dari sektor swasta.
"Kalau di APBN, pertumbuhan tahun depan dipatok 5,4 persen. Menurut saya itu kurang. Kalau mau ke 8 persen, kita harus bertahap. Tahun depan 6 persen, lalu naik lebih cepat di tahun berikutnya," kata Purbaya.
Posting Komentar untuk "Purbaya targetkan ekonomi RI tumbuh 6 persen di 2026, ekonom senior: Perlu kerja keras ekstra"
Posting Komentar