Motor listrik murah vs realita lapangan: Gesits, Alva, Viar, hingga United dievaluasi

menggapaiasa.com - Popularitas motor listrik meningkat pesat dalam dua tahun terakhir. Merek seperti Gesits, Alva Cervo, Viar Q1, United T1800, Rakata NX8, hingga Smoot Zuzu bermunculan sebagai alternatif motor bensin. Pemerintah bahkan memberi subsidi Rp7 juta per unit. Namun, di balik euforia itu, banyak pengguna mulai mengungkap fakta bahwa motor listrik murah tidak sepenuhnya “tanpa masalah”.
Salah satu keluhan terbesar berasal dari pengguna Gesits G1 dan G2, yang melaporkan penurunan performa baterai setelah satu hingga dua tahun pemakaian. Jarak tempuh yang awalnya mencapai 50–70 km turun menjadi 30–40 km saja. Penurunan ini membuat pengguna harus mengecas lebih sering, terutama ketika digunakan harian untuk jarak jauh.
Masalah serupa juga ditemukan pada beberapa model Viar Q1 generasi lama. Pengguna menyebutkan bahwa baterai tipe lead-acid yang dipakai sebelumnya memiliki usia pakai pendek dan membutuhkan penggantian lebih cepat dibanding baterai lithium-ion pada model baru. Biaya penggantian baterai lithium dapat mencapai Rp3–6 juta—angka yang tidak kecil untuk motor listrik kelas entry.
Di sisi lain, motor listrik merek Alva (One dan Cervo) mendapat apresiasi karena performanya relatif stabil dan fiturnya lengkap. Namun, pengguna tetap mengeluhkan infrastruktur pengisian yang belum merata. Alva mengandalkan sistem swapping melalui mitra tertentu, tetapi titik swap belum tersedia di banyak kota di luar Jabodetabek. Pengguna daerah harus mengandalkan pengisian rumah yang memakan waktu 4–6 jam.
Motor listrik lain seperti United T1800 dan Rakata NX3 juga menghadapi kritik terkait bengkel resmi yang terbatas. Jika motor mengalami kerusakan serius, pengguna sering harus mengirim unit ke kota besar. Hal ini tentu tidak praktis untuk pengguna di daerah.
Dari sisi performa, tes lapangan yang dilakukan berbagai komunitas menunjukkan bahwa motor listrik entry-level cenderung lemah saat di tanjakan panjang. Contohnya, Gesits G1 dan United MX1200 kerap melambat ketika membawa beban di atas 120 kg. Sebaliknya, motor listrik premium seperti Alva Cervo menunjukkan performa lebih stabil karena memakai motor 3.000W.
Fakta lain yang mengemuka adalah masalah nilai jual kembali. Hingga kini, motor listrik bekas dari berbagai merek dijual dengan harga yang jauh lebih rendah daripada motor bensin. Banyak pembeli ragu membeli motor listrik kondisi bekas karena faktor baterai yang tidak terprediksi.
Meski demikian, motor listrik tetap memiliki keunggulan: biaya operasional rendah, suara halus, dan tidak perlu ganti oli. Namun ekosistem motor listrik di Indonesia masih perlu penguatan besar-besaran. Produsen harus memperbaiki layanan purnajual, memperluas jaringan servis, dan menjamin ketersediaan baterai jangka panjang. Jika tidak, motor listrik hanya akan menjadi tren sesaat, bukan solusi mobilitas masa depan.*
Posting Komentar untuk "Motor listrik murah vs realita lapangan: Gesits, Alva, Viar, hingga United dievaluasi"
Posting Komentar