Kisah harimau muncul di Kampung Sijudo Aceh Timur sepekan sebelum banjir bandang melanda
Ringkasan Berita:
- Banjir bandang yang melanda Aceh menyisakan kisah unik dari Dusun Sejudo, Aceh Timur.
- Warga sempat digemparkan oleh kemunculan seekor harimau yang berkeliaran di permukiman sepekan sebelum bencana.
- Meski tidak menyerang, harimau itu menunjukkan gelagat aneh
- Tak lama setelah harimau menghilang, banjir bandang menerjang pada dini hari, memaksa warga hanya menyelamatkan keluarga dan pakaian di badan.
menggapaiasa.comBanjir bandang yang melanda Aceh selama dua pekan terakhir menyisakan beragam kisah pilu dan cerita tak biasa dari warga terdampak.
Salah satunya datang dari Dusun Sejudo, Gampong Sijudo, Kecamatan Pante Bidari, Aceh Timur, yang diwarnai kemunculan seekor harimau sepekan sebelum bencana terjadi.
Warga Sijudo sempat digemparkan dengan kemunculan harimau yang berkeliaran di perkampungan.
Meski tidak menyerang atau melukai warga, kehadiran satwa buas tersebut membuat suasana mencekam.
Banyak warga memilih bertahan di dalam rumah karena takut menjadi sasaran serangan.
Kisah ini diungkapkan seorang warga melalui akun Instagram @mnztl_.
Dalam keterangannya, disebutkan bahwa harimau tersebut hanya mondar-mandir di desa tanpa menunjukkan perilaku agresif.
Warga awalnya menduga harimau keluar dari hutan karena kelaparan.
Seorang warga bahkan berinisiatif memberikan makanan berupa nasi dan lauk. Di luar dugaan, harimau itu mau memakannya.
Namun, kejadian yang paling membuat warga merinding terjadi dua hari sebelum banjir bandang melanda.
“Terus H-2 sebelum banjir, harimau itu datang lagi guys. Dan semakin hari kelakuan harimau ini semakin aneh,” ungkap warga tersebut.
Harimau itu disebut mulai mengumpulkan kardus-kardus bekas dan meletakkannya di depan rumah-rumah warga.
Awalnya, warga mengira hewan tersebut hanya bermain dengan benda-benda tersebut.
“Harimau ini udah mulai ngumpulin kardus-kardus ke setiap rumah warga. Kardus guys, kardus,” lanjutnya.
Belakangan, setelah bencana terjadi, warga menyadari perilaku harimau itu seolah menjadi pertanda akan datangnya musibah besar.
Tak lama setelah mengumpulkan kardus, harimau tersebut menghilang dan tidak pernah terlihat lagi.
Keesokan harinya, tepat sekitar pukul 01.00 dini hari, banjir bandang menerjang kawasan tersebut.
Air dengan cepat naik hingga setinggi dada orang dewasa disertai pemadaman listrik, membuat warga tidak sempat menyelamatkan harta benda.
“Yang mereka selamatkan cuma keluarga dan baju yang di badan,” tuturnya.
Harimau Bawa Jas Hujan
Banjir bandang yang melanda Kabupaten Aceh Timur, tidak hanya menyisakan kerusakan parah.
Tetapi juga meninggalkan sebuah pertanda alam. Bagi warga Desa Sijudo, dua hari sebelum banjir menerjang perkampungan mereka, tanda-tanda bencana telah diperlihatkan melalui kehadiran satwa liar, khususnya harimau Sumatera.
Menurut warga setempat, adanya keterkaitan antara turunnya satwa liar ke desa saat itu dengan mengigit jas hujan di mulutnya.
Susandi Wijaya, seorang warga Sijudo mengungkapkan kesaksiannya kepada Serambi pada, Sabtu (13/12/2025), dua hari sebelum hujan ekstrem, melanda daerah itu, seekor Harimau Sumatera yang anehnya bersikap jinak turun ke permukiman.
"Harimau itu datang dengan mengigit jas hujan yang diambil dari depan rumah warga. Dia mengigitnya di mulut dan berdiri seolah-olah menunjukkan sesuatu kepada masyarakat," tutur Susandi.
Warga yang awalnya ketakutan segera mengusir satwa tersebut. Harimau itu kemudian bergerak menuju jembatan dan menjatuhkan jas hujan yang dibawa di lokasi tersebut. Sebelum akhrinya berbalik masuk kembali ke hutan.
"Memang di sini banyak harimau, tapi yang turun hari itu sangat jinak, meskipun n warga tetap ketakutan, kita bisa lihat bahkan anjing di desa tidak menggonggong saat harimau itu turun. Tak lama setelah kejadian itu banjir tiba," tuturnya
Air bah dengan ketinggian mencapai 7 meter menghancurkan segalanya. Lima Dusun di desa-desa tersebut porak-poranda, merusak seluruh rumah warga, fasilitas umum dan merobohkan pepohonan. Hanya permukiman yang berada di tempat tinggi atau perbukitan yang tersisa.
Awalnya, warga beranggapan harimau turun hanya untuk mencari makan karena habitat atau stok makanan habis dan rusak.
Namun dengan skala bencana yang terjadi, warga kemudian menyadari bahwa kehadiran harimau kala itu memberi isyarat apalagi mengigit jas hujan dan membawanya.
"Kami baru mengingatkan kembali akan kearifan lokal dan hubungan erat antara manusia dan alam liar di pedalaman Aceh Timur," jelasnya.
Susandi melanjutkan, bahwa prilaku satwa liar seringkali menjadi pertanda alam, dan insting hewani jauh lebih tajam dalam merespon tanda bahaya.
Hujan deras yang melanda Aceh Timur juga merusak Sijudo dan Sahraja.
Update BNPB soal Banjir di Sumatera
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengumumkan data terkini dampak bencana banjir dan longsor yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Informasi terkini disampaikan oleh Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari pada Minggu (14/12/2025).
“BNPB menrilis total korban meninggal dunia akibat bencana banjir dan longsor (bansor) di tiga provinsi, Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat, mencapai 1.016 jiwa,” kata dia, dalam keterangannya pada Minggu (14/12/2025).
Pos Pendamping Nasionnal atau Pospenas yang dipimpin oleh BNPB mencatat korban meninggal tertinggi terjadi di Provinsi Aceh dengan jumlah 424 jiwa.
Sedangkan Sumatra Utara mencapai 349 jiwa dan Sumatra Barat 243 jiwa. Dalam seminggu terakhir (8-13/12) korban meninggal dunia bertambah 66 jiwa, dengan rincian Provinsi Aceh 33 jiwa, Sumatra Utara 19 jiwa dan Sumatra Barat 14 jiwa.
Sedangkan total jumlah korban hilang mencapai 212 jiwa dengan rincian di wilayah Aceh 32 jiwa, Sumatra Utara 90 jiwa dan Sumatra Barat 90 jiwa.
Terkait pencatatan korban hilang, ini tidak mesti dari data yang ditemukan di lapangan tetapi juga data penambahan identifikasi dari korban yang sebelumnya tidak ditemukan, kemudian dikonfirmasi.
“Misalnya korban tersebut bukan dari warga kabupaten A, pindah ke kabupaten B. Kondisi seperti ini masih ditemui di lapangan sehingga data yang dicatat sesuai identifikasi by name by address di kabupaten dan kota,” ujarnya.
Pemerintah kabupaten dengan basis kecamatan sudah melakukan identifikasi by name by address.
Meskipun setiap hari masih terdapat penambahan jumlah korban meninggal dunia, di beberapa kabupaten-kota hasil verifikasi dari identifikasi korban by name by address ini mempengaruhi jumlah korban meninggal.
Hal tersebut dipengaruhi beberapa situasi, seperti adanya banjir dan longsor di area pemakaman.
“Jenazah yang meninggal di area itu kemudian ditemukan oleh petugas SAR dan dihitung sebagai korban bencana,” kata dia,
Operasi pencarian di bawah Basarnas memfokuskan beberapa sektor di setiap wilayah. Provinsi Aceh, pencarian masih berlangsung di Kabupaten Aceh Utara, Aceh Tengah, Bener Meriah dan Bireuen.
Di wilayah Sumatra Utara, pencarian terbagi ke dalam 5 sektor yang ada di 3 wilayah kabupaten/kota. Operasi pencarian di Tapanuli Selatan dipersempit di wilayah Desa Garoga, Kecamatan Batang Toru.
Di Tapanuli Selatan, pencarian difokuskan pada dua sektor, yaitu di Kecamatan Sukabangun dan Aloban Bair, dan Kota Sibolga di Pancuran Gerobak, Kecamatan Sibolga Kota.
Operasi pencarian di Provinsi Sumatra Barat tertuju pada 5 sektor yaitu di Kecamatan Malalak dan Palembayan, Kabupaten Agam.
Masing-masing satu sektor di aliran Sungai Batang Anai, yang berada di wilayah Kota Padang, Padang Pariaman dan Tanah Datar
624.670 Jiwa Masih Mengungsi
Sementara itu, populasi warga yang mengungsi mencapai total 624.670 jiwa. Pospenas mencatat terjadi penurunan jumlah pengungsi dari hari sebelumnya (13/12).
Misalnya di wilayah Aceh utara, jumlah pengungsian mengalami penurunan signifikan dari hari ke hari.
Namun demikian, mereka yang pindah ke pengungsian mandiri, seperti ke rumah keluarga atau kerabat ini masih tercatat sebagai pengungsi.
Mereka tetap didukung dengan bantuan makanan karena masih dikategorikan sebagai pengungsi mandiri.
Merespons bencana tiga provinsi di Sumatra, Pemerintah Pusat melalui Kementerian dan lembaga terus bekerja sama untuk membantu dalam penanganan darurat dan pemulihan masyarakat terdampak.
“Tak hanya itu, dukungan sumber daya berbagai pihak yang terwadahi dalam klaster nasional membantu dan mempercepat pemulihan pascabencana,” tambahnya.
Berita ini sebagian sudah tayang di Grid.id dan Serambinews.com
Posting Komentar untuk "Kisah harimau muncul di Kampung Sijudo Aceh Timur sepekan sebelum banjir bandang melanda"
Posting Komentar