Israel bom tenda pengungsi Palestina di Gaza, 5 tewas terbakar hidup-hidup - MENGGAPAI ASA

Israel bom tenda pengungsi Palestina di Gaza, 5 tewas terbakar hidup-hidup

LIMA warga Palestina tewas, dua diantaranya adalah anak-anak dalam serangan Israel terbaru di Jalur Gaza selatan pada Rabu malam. Lagi-lagi sebuah pelanggaran baru terhadap gencatan senjata yang diteken pada 10 Oktober lalu.

Anadolu melaporkan dua anak termasuk di antara korban dalam serangan yang menargetkan tenda-tenda penampungan warga sipil Palestina yang terlantar di sebuah kamp pengungsi di daerah Al-Mawasi, Khan Younis, kata sumber medis.

Beberapa tenda terbakar setelah serangan tersebut, membuat para korban tewas dan luka terbakar hidup-hidup.

Warga Palestina menceritakan kembali pemandangan kekacauan. Digambarkan bahwa tenda-tenda terbakar menjadi abu, mayat-mayat berserakan di tanah, dan keluarga-keluarga diselamatkan dari reruntuhan setelah serangan drone dan rudal.

Eskalasi terbaru terjadi setelah pasukan Israel melaporkan lima tentara terluka dalam baku tembak dengan pejuang Palestina yang diduga muncul dari terowongan di Rafah timur.

Netanyahu bersumpah untuk membalas kejadian ini. Beberapa jam kemudian serangan Israel menghantam Khan Younis dan Rafah, menewaskan sedikitnya lima warga Palestina, termasuk dua anak-anak.

Para pejabat Israel mengklaim serangan tersebut menargetkan seorang pejabat senior Hamas.

Menurut laporan media Israel, terdapat sekitar 200 pejuang Hamas yang terjebak di dalam terowongan bawah tanah di Rafah.

Tel Aviv belum menanggapi tuntutan Hamas dan mediator Amerika Serikat, Mesir dan Qatar untuk mengizinkan mereka melakukan perjalanan yang aman ke wilayah yang dikuasai kelompok tersebut.

Hamas mengutuk serangan tersebut, menyebutnya sebagai "kejahatan perang yang nyata" dan "upaya nyata untuk menghindari kewajiban Israel".

Hamas menegaskan bahwa pihaknya tetap mematuhi gencatan senjata dan tidak berkomunikasi dengan para pejuang yang terjebak di Rafah.

Mereka mendesak para mediator untuk menekan Israel agar menghentikan apa yang mereka sebut sebagai "kejahatan" yang sedang berlangsung terhadap warga sipil.

Pelanggaran Gencatan Senjata

Gencatan senjata, berlaku pada 10 Oktober 2025, dimaksudkan untuk menghentikan serangan dan memungkinkan pertukaran sandera dan tahanan secara bertahap. Gencatan senjata juga bertujuan pembangunan kembali Gaza secara bertahap.

Akan tetapi, hanya dalam beberapa minggu setelahnya, Israel telah berulang kali melancarkan serangan udara dan darat, dengan justifikasi bahwa ancaman berasal dari pihak Palestina.

Penilaian militer menunjukkan bahwa Israel menguasai lebih dari separuh wilayah Gaza berdasarkan fase pertama perjanjian tersebut, seperti dilansir oleh Middle East Eye.

Di Gaza utara, pasukan Israel mengakui telah membunuh dua anak Palestina dalam insiden terpisah. Mereka menuduh para korban, berusia 11 dan 8 tahun, telah menyeberang ke wilayah yang kini berada di bawah kendali Israel berdasarkan ketentuan gencatan senjata.

Kedua korban tewas saat hendak mencari makanan dan air untuk membantu ayah mereka yang hanya bisa duduk di kursi roda.

Tentara dari Brigade Karmeli mengklaim bertindak untuk "menetralisir ancaman", sebuah alasan yang berulang kali digunakan Israel dalam pelanggaran-pelanggaran sebelumnya.

Seorang warga Palestina lainnya tewas pada hari yang sama akibat tembakan quadcopter Israel di sebelah timur permukiman Zeitoun, di luar wilayah yang telah diklaim Israel berdasarkan perjanjian tersebut.

Kelompok hak asasi manusia dan otoritas Palestina mengatakan Israel telah melakukan puluhan pelanggaran gencatan senjata, yang mengakibatkan ratusan korban jiwa, termasuk perempuan dan anak-anak.

Korban Anak Palestina

UNICEF melaporkan bahwa setidaknya 67 anak Palestina telah tewas sejak gencatan senjata dimulai. Ini termasuk bayi perempuan yang tertembak dalam serangan udara di Khan Younis dan tujuh anak lainnya yang tewas sehari sebelumnya dalam serangan terpisah Israel.

"Ini terjadi selama gencatan senjata yang disepakati. Polanya mengkhawatirkan," kata juru bicara UNICEF Ricardo Pires kepada para wartawan di Jenewa, seperti dilansir oleh Al Jazeera.

Tim medis dari Dokter Tanpa Batas (MSF) menceritakan bagaimana mereka merawat perempuan dan anak-anak dengan patah tulang terbuka dan luka tembak di tengah meningkatnya serangan.

Badan-badan PBB memperingatkan bahwa situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk akibat pembatasan bantuan yang terus dilakukan Israel, termasuk tenda dan pasokan bantuan dasar.

Ribuan anak kini tidur di tempat penampungan yang terendam banjir atau di tempat terbuka, menghadapi musim dingin tanpa pemanas atau insulasi.

UNICEF mengatakan Gaza kini menjadi rumah bagi "kelompok anak amputasi terbesar dalam sejarah modern," dengan banyak diantaranya menderita disabilitas seumur hidup akibat luka bakar dan cedera traumatis.

Genosida Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 70.000 orang dan melukai hampir 171.000 orang sejak Oktober 2023, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.

Posting Komentar untuk "Israel bom tenda pengungsi Palestina di Gaza, 5 tewas terbakar hidup-hidup"