Insiden drone berujung serangan WNA China terhadap personel TNI di tambang Kalbar

Warta Bulukumba - Semula lengang di kawasan tambang emas PT Sultan Rafli Mandiri, Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, mendadak menjadi perhatian publik. Sejumlah foto yang beredar luas—meski belum dapat diverifikasi secara independen—memperlihatkan situasi kacau, termasuk gambar yang diduga menunjukkan personel TNI dikejar oleh sejumlah warga negara asing di area tambang. Potongan-potongan visual itu menyebar cepat, memicu pertanyaan dan kekhawatiran.
Di balik foto-foto yang simpang siur tersebut, aparat mengonfirmasi telah terjadi insiden serius pada Ahad, 14 Desember 2025 sore, bermula dari aktivitas drone di kawasan terbatas dan berujung pada bentrokan yang melibatkan 15 WNA asal China dan personel TNI.
Kawasan tambang tersebut merupakan area terbatas yang tidak memperbolehkan aktivitas penerbangan tanpa izin resmi. Kecurigaan bermula ketika petugas keamanan internal perusahaan mendapati adanya drone yang beroperasi di sekitar area tambang.
Pengejaran drone berujung bentrokan
Sekitar sepuluh menit setelah drone terdeteksi, tim pengamanan PT SRM bersama lima personel TNI yang tengah menjalani Latihan Dalam Satuan (LDS) bergerak menuju titik asal drone, sekitar 300 meter dari gerbang utama perusahaan.
Di lokasi tersebut, petugas mendapati empat WNA China yang diduga tengah mengoperasikan drone. Ketegangan meningkat ketika aparat turun dari kendaraan untuk meminta klarifikasi. Situasi berubah drastis saat 11 WNA China lainnya tiba-tiba muncul dan bergabung.
Menurut keterangan sementara, kelompok tersebut diduga membawa senjata tajam, airsoft gun, serta alat kejut listrik. Bentrokan pun tak terhindarkan.
Personel TNI diserang, fasilitas rusak
Dalam insiden itu, lima prajurit TNI dari Yonzipur 6/Satya Digdaya Anjungan bersama satu petugas keamanan sipil menjadi sasaran penyerangan. Mengingat jumlah yang tidak seimbang dan untuk mencegah eskalasi lebih besar, aparat dan petugas keamanan memilih mundur ke dalam area perusahaan.
Akibat kericuhan tersebut, dua kendaraan operasional PT SRM—satu unit mobil dan satu sepeda motor—mengalami kerusakan cukup parah. Pihak keamanan perusahaan juga mengamankan satu bilah senjata tajam yang diduga digunakan dalam peristiwa tersebut.
Chief Security PT SRM, Imran Kurniawan, menyatakan hingga kini belum diketahui secara pasti tujuan penerbangan drone maupun motif penyerangan.
“Kejadian berlangsung cepat setelah pengejaran terhadap operator drone. Situasinya sempat sangat tegang,” ujar Imran.
Aparat kepolisian dari Polsek Tumbang Titi segera turun ke lokasi untuk melakukan langkah awal penyelidikan. Kapolsek memastikan situasi telah kembali kondusif dan tidak terdapat korban jiwa dalam kejadian tersebut.
Meski demikian, hingga Ahad malam, manajemen PT SRM disebut belum mengajukan laporan resmi ke kepolisian. Perusahaan masih berkonsultasi dengan tim kuasa hukum untuk menentukan langkah hukum lanjutan.
Peristiwa ini kembali menyedot perhatian publik terhadap persoalan keamanan kawasan pertambangan strategis, khususnya terkait pengawasan tenaga kerja asing, penggunaan drone di area terbatas, serta pengamanan objek vital nasional yang melibatkan unsur sipil dan militer.***
Disclaimer: Artikel ini telah tayang sebelumnya Seputarcibubur.pikiran-rakyat.com berjudul "15 WNA China Serang Anggota TNI di Tambang Emas Ketapang".
Posting Komentar untuk "Insiden drone berujung serangan WNA China terhadap personel TNI di tambang Kalbar"
Posting Komentar