Industri rokok masuk fase normalisasi 2026, ini proyeksi laba GGRM dan HMSP

menggapaiasa.com, JAKARTA – Emiten rokok seperti GGRM dan HMSP diramal dapat menikmati pertumbuhan laba bersih yang signifikan pada tahun buku 2026. Tahun depan, industri akan memasuki fase normalisasi pasca sepanjang 2025 ini tertekan oleh fenomena peredaran rokok ilegal, downtrading hingga tarif cukai tinggi.
Research Analyst MNC Sekuritas, Catherine Florencia menilai 2026 bisa menjadi fase normalisasi industri rokok seiring dengan kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang mengatakan akan menahan kenaikan cukai dan berkomitmen memberantas peredaran rokok ilegal.
"Kebijakan ini mengembalikan visibilitas harga, kejelasan margin, dan mengurangi risiko jangka pendek dari pass-through harga yang membebani konsumen," ujarnya dalam riset yang terbit 3 Desember 2025, dikutip Kamis (4/12/2025).
Florenica mencatat bahwa PPN dan cukai menyumbang sekitar 45%-55% dari pendapatan emiten rokok, namun berkontribusi sekitar 60%-70% dari total beban pokok penjualan.
Sebagai contoh, komponen pita cukai PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP) dalam periode Januari-September 2025 berkontribusi atas 70,18% dari beban pokok penjualan perusahaan sebesar Rp47,96 triliun. Sedangkan, bagi PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) komponen pita cukai, PPN dan pajak rokok berkontribusi atas 79,69% dari total beban pokok pendapatan sebesar Rp61,02 triliun.
Sepanjang sembilan bulan pertama 2025, HMSP membukukan koreksi penjualan bersih 5,34% YoY menjadi Rp83,74 triliun. Di sisi bottom line, laba bersih perseroan juga susut 13,65% YoY menjadi Rp4,51 triliun.
Untuk periode yang sama, GGRM berhasil mencatat kenaikan laba bersih 11,55% YoY menjadi Rp1,11 triliun. Namun dari sisi top line pendapatan GGRM terpangkas 8,89% YoY menjadi Rp67,33 triliun.
Florencia mencatat, sepanjang 2025 ini emiten rokok dihadapkan oleh fenomena downtrading yang menyebabkan penurunan volume penjualan. Kondisi ini diperparah oleh peredaran rokok ilegal.
Dalam forecast kinerja keuangan kedua emiten, Florencia meramal di akhir tahun ini pendapatan GGRM bakal mengalami koreksi 11,6% YoY dengan laba bersih yang terpangkas 4,3% YoY. Sedangkan bagi HMSP, perseroan diramal akan mengakhiri 2025 dengan koreksi pendapatan 0,5% YoY dan penurunan laba bersih 14% YoY. Kondisi ini baru akan pulih pada 2026.
"Kami melihat 2026 menjadi titik balik potensial untuk perbaikan margin dan pemulihan laba dua digit, didukung kejelasan kebijakan dan dividen yang stabil. Namun, hambatan struktural tetap ada, termasuk pembatasan kebijakan kesehatan, downtrading jangka panjang, serta risiko kembalinya penyesuaian cukai pada 2027," tandasnya.
Untuk rekomendasi, MNC Sekuritas menyematkan rating hold untuk kedua emiten, dengan target harga GGRM di Rp14.100 dan HMSP di Rp850.
Pada penutupan pasar hari ini, Kamis (4/12/2025), harga saham GGRM terkoreksi 0,66% ke Rp14.950. Sementara HMSP tidak berubah di level Rp805.
_______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. menggapaiasa.comtidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Posting Komentar untuk "Industri rokok masuk fase normalisasi 2026, ini proyeksi laba GGRM dan HMSP"
Posting Komentar