Indonesia peringkat kedua kasus TB sedunia, upaya eliminasi terkendala beban sosial-ekonomi pasien
KORAN-PIKIRAN RAKYAT – Penanganan kasus tuberkulosis (TB) seperti jalan di tempat karena berdasarkan data terbaru, Indonesia tetap berada di peringkat kedua untuk kasus terbanyak di dunia. Upaya eliminasi TB dinilai terkendala faktor sosial-ekonomi. “Obatnya memang gratis, tetapi kunjungan berulang ke layanan kesehatan itu tidak gratis. Lebih dari 50% pasien kehilangan pendapatan akibat TB, dan satu orang sakit berarti satu keluarga terdampak,” kata Silvi Indriani, dari Pusat Riset Penyakit Infeksi Universitas Padjadjaran, Minggu 7 Desember 2025.
Kondisi tersebut dibahas dalam seminar daring bertajuk “Perlindungan Sosial bagi Orang dengan Tuberkulosis” beberapa waktu lalu. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Stop TB Partnership Indonesia (STPI) itu mengungkap beban terberat bagi pasien TB bukan biaya pengobatannya, melainkan biaya tak langsung dan kehilangan pendapatan.
Akibatnya, pasien TB dan keluarganya kerap terjerumus ke dalam jurang kemiskinan baru. Keberhasilan pengobatan disebut tidak hanya ditentukan oleh kepatuhan minum obat dari para pasien, tetapi juga tergantung kemampuan pasien bertahan secara ekonomi selama masa terapi yang panjang.
Tim Kerja TB dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Kementerian Kesehatan, menjelaskan langkah strategis yang ditempuh pemerintah. Salah satunya, memperkuat aspek perlindungan sosial dalam upaya eliminasi TB melalui revisi Peraturan Presiden Nomor 67/2021 tentang Penanggulangan TB.
“Revisi perpres akan mengatur lebih jelas peran kementerian lain. Jika pasien kehilangan pekerjaan, itu menjadi tugas Kemenaker. Jika pasien informal kehilangan pendapatan, Kemensos harus memikirkan skemanya. Target penyelesaian revisi ini pada 2026,” ujar Triya Novita, selaku ketua tim tersebut.
Secara terpisah, Wakil Ketua Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Putih Sari mengklaim upaya pemerintah pusat sudah cukup maksimal. Bahkan, dia menyebut program eliminasi TB tetap menjadi fokus utama di tengah efisiensi anggaran negara saat ini.
Selain itu, dia juga mendorong upaya pemeriksaan dan penemuan terduga TB oleh Kemenkes maupun Dinas Kesehatan di setiap daerah. Dengan demikian, orang dengan TB maupun anggota keluarga yang berinteraksi dengannya bisa segera menjalani pengobatan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Purwakarta Eva Lystia menyebutkan skrining pasien TB sudah mencapai 90%. Dia menyebutkan jumlah temuan kasus TB di yang mencapai lebih dari 3.000 orang tahun ini, turun dibandingkan tahun lalu.
Selain itu, Dinkes juga terus menggiatkan investigasi kontak dan melakukan terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) bagi kontak erat yang negatif. “Untuk TPT pencapaiannya kita di 30% sekian. Kenapa TPT susah diberikan? karena orang merasa sehat kenapa saya harus minum obat padahal itu adalah pencegahan,” ujarnya.***
Posting Komentar untuk "Indonesia peringkat kedua kasus TB sedunia, upaya eliminasi terkendala beban sosial-ekonomi pasien"
Posting Komentar