Cloudflare: Indonesia Sumber Serangan DDos Terbesar di Dunia Setahun Terakhir

INDONESIA kembali menjadi sumber serangan siber Distributed Denial-of-Service (DDoS) terbesar di dunia, menurut Laporan Ancaman DDoS Triwulanan Cloudflare edisi ke-23 yang merangkum data kuartal ketiga 2025. Indonesia dengan demikian telah menempati peringkat pertama sumber serangan DDoS global selama setahun penuh sejak kuartal ketiga 2024.
Serangan DDoS biasa digunakan untuk melumpuhkan sebuah website. Caranya, dengan mengirimkan jutaan permintaan (request) ke server secara bersamaan dari berbagai sumber agar tampak seperti berasal dari pengguna sah.
Dalam lima tahun terakhir sejak kuartal pertama 2021, Cloudflare mencatat persentase permintaan serangan HTTP DDoS dari Indonesia meningkat hingga 31.900 persen. Berdasarkan laporan yang dirilis pada 3 Desember 2025 tersebut, Indonesia kerap berada di posisi dua besar, termasuk pada kuartal kedua 2024 setelah naik dari peringkat yang lebih rendah pada tahun-tahun sebelumnya.
Secara keseluruhan, Cloudflare telah memitigasi 36,2 juta serangan DDoS global sepanjang 2025 sejauh ini, atau setara 170 persen dari total serangan yang ditangani sepanjang 2024. Pada kuartal ketiga 2025 saja, ada 8,3 juta serangan yang otomatis terdeteksi dan dimitigasi, meningkat 15 persen secara kuartalan (QoQ) dan 40 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Serangan pada lapisan jaringan mendominasi pada periode ini, mencapai 71 persen atau 5,9 juta serangan, dengan kenaikan 87 persen QoQ dan 95 persen YoY. Sementara itu, serangan DDoS HTTP yang menyumbang 29 persen atau 2,4 juta serangan justru menurun 41 persen secara kuartalan dan 17 persen secara tahunan.
Meski sebagian besar serangan berukuran relatif kecil, Cloudflare mencatat peningkatan tajam pada serangan berintensitas tinggi. Jumlah serangan yang melampaui 100 juta paket per detik melonjak 189 persen QoQ, dan serangan di atas 1 Tbps naik 227 persen. Di lapisan HTTP, empat dari setiap 100 serangan tercatat melebihi satu juta permintaan per detik.
Dari sisi target, industri pertambangan, mineral & logam mengalami kenaikan serangan seiring meningkatnya tensi global terkait tarif kendaraan listrik, ekspor logam tanah jarang, dan isu keamanan siber menjelang KTT perdagangan Uni Eropa–Cina ke-25.
Industri otomotif mencatat kenaikan paling drastis, naik 62 peringkat dalam satu kuartal hingga menempati posisi enam sebagai industri paling banyak diserang. Sektor keamanan siber juga terdampak, naik 17 peringkat dan kini berada di peringkat ke-13.
Serangan terhadap perusahaan AI generatif turut melonjak. Cloudflare mencatat peningkatan hingga 347 persen pada September 2025, seiring memanasnya diskusi publik soal risiko ekonomi AI dan tinjauan penggunaan AI oleh pemerintah Inggris.
Pada daftar negara yang menjadi target serangan paling banyak, Cina tetap berada di posisi pertama, disusul Turki dan Jerman. AS menunjukkan peningkatan signifikan, naik 11 peringkat ke posisi kelima, sementara Filipina mencatat lonjakan terbesar dalam 10 besar dengan kenaikan 20 peringkat.
Posting Komentar untuk "Cloudflare: Indonesia Sumber Serangan DDos Terbesar di Dunia Setahun Terakhir"
Posting Komentar