Ada Makna Filosofis,Bupati Eman Suherman Jelaskan Visi di Balik Majalengka Langkung Sae - MENGGAPAI ASA

Ada Makna Filosofis,Bupati Eman Suherman Jelaskan Visi di Balik Majalengka Langkung Sae

Ada Makna Filosofis,Bupati Eman Suherman Jelaskan Visi di Balik Majalengka Langkung Sae

menggapaiasa.com, MAJALENGKA - Bupati Majalengka, Eman Suherman, mengungkap Majalengka Langkung Sae merupakan satu visi yang menjadi roh utama arah pembangunan Kota Angin Majalengka. 

Dia menjelaskan, frasa tersebut seringkali disalahartikan sebagai bentuk perbandingan antara pemerintahannya dan pemerintahan sebelumnya. Padahal, maknanya jauh lebih filosofis.

Menurut Eman, langkung sae merupakan ajakan untuk terus memperbaiki diri, baik secara individu maupun sebagai masyarakat Majalengka. 

“Kalau ini dianggap perbandingan, saya juga bagian dari masa lalu. Jadi tidak mungkin saya membandingkan diri saya sendiri,” kata Eman saat podcast bersama Tribun. 

Eman mengakui masih ada sebagian masyarakat yang menafsirkan langkung sae sebagai pembanding kinerja antara periode pemerintahan. Dia menilai perlu memberikan penjelasan secara terbuka agar tidak menimbulkan salah persepsi.

“Supaya tidak ada lagi diskusi yang mengarah ke salah pengertian. Ini bukan soal siapa lebih baik dari siapa, tetapi bagaimana kita membuat Majalengka lebih baik dari hari kemarin,” ucapnya.

Dia menjelaskan, konsep langkung sae didasarkan pada sebuah hadis riwayat Al-Hakim. Hadis tersebut menjelaskan tiga kategori manusia, yakni mereka yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang beruntung, yang sama adalah orang rugi, dan yang lebih buruk adalah orang tercela.

“Ini nilai dasar yang menjadi harus menjadi teladan bagi kita semua. Bila ingin menjadi manusia yang beruntung, kita harus berubah menjadi lebih baik dari hari kemarin,” kata Eman.

Pria 56 tahun ini menuturkan, ajaran itu kemudian diterapkan dalam pembangunan Majalengka sebagai dorongan moral agar masyarakat tidak berhenti bertumbuh dan selalu bergerak menuju kondisi yang lebih baik.

Selain makna filosofis, langkung sae juga memiliki makna strategis. Eman mengungkapkan, akronim SAE (Sahabat Akang Eman), merupakan simbol kedekatan antara dirinya, pemerintah daerah, dan seluruh warga Majalengka.

Konsep sahabat ini dihadirkan untuk menekankan pemerintahan yang terbuka, tidak berjarak, dan mudah diakses. 

“Masyarakat tidak boleh merasa canggung. Semua saya posisikan sebagai sahabat. Melalui kedekatan itu, pembangunan bisa dirangkul bersama,” jelasnya.

Menurut Eman, pendekatan ini penting terutama ketika Majalengka membutuhkan partisipasi masyarakat dalam berbagai program pemberdayaan. Dengan hubungan setara seperti sahabat, komunikasi dan kolaborasi diyakini dapat berjalan lebih efektif.

Pembangunan inklusif

Dalam kesempatan tersebut, Eman menegaskan, langkung sae dirancang untuk menjadi pemersatu, bukan pemecah. Pemerintah, ASN, dan masyarakat diposisikan dalam hubungan yang setara sebagai sahabat yang saling mengisi, saling menguatkan, dan saling mendukung.

“Ketika pemerintah dan masyarakat berjalan bersama, pembangunan bukan lagi beban satu pihak. Majalengka bisa melangkah lebih cepat karena semuanya bergerak satu tujuan,” ujarnya.

Dengan pendekatan ini, Eman meyakini bahwa visi Majalengka Langkung Sae bukan hanya slogan, tetapi dapat menjadi budaya kerja dan sikap hidup yang melekat dalam keseharian masyarakat.

Dia berharap penjelasan yang disampaikan dapat menghentikan perdebatan soal makna langkung sae. Menurutnya, ketika makna sudah dipahami dengan tepat, fokus semua pihak dapat kembali diarahkan pada pembangunan yang lebih efektif dan kolaboratif.

“Kalau maknanya dipahami benar, maka tujuan kita sama, yaitu bagaimana Majalengka bisa lebih baik dari sebelumnya. Itulah Langkung Sae,” tegasnya.

Dengan pemahaman yang lebih utuh ini, Eman berharap masyarakat dapat ikut mengambil peran aktif dan bersama-sama mendorong terwujudnya Majalengka yang semakin maju dan sejahtera lagi. (*)

Posting Komentar untuk "Ada Makna Filosofis,Bupati Eman Suherman Jelaskan Visi di Balik Majalengka Langkung Sae"