Presiden Sri Lanka Umumkan Status Darurat Akibat Banjir, Hampir 200 Orang Tewas

PRESIDEN Sri Lanka Anura Kumara Dissanayake mengumumkan keadaan darurat pada Sabtu, 29 November 2025 dan meminta bantuan internasional. India segera merespons dengan pasokan bantuan dan helikopter penyelamat, sementara Pakistan dan Jepang juga telah menjanjikan dukungan.
Banjir dahsyat telah melanda sebagian ibu kota Kolombo saat Sri Lanka terguncang akibat Siklon Ditwah. Jumlah korban tewas mencapai 193 dan 228 orang masih hilang, menurut Pusat Manajemen Bencana (DMC) yang dilansir dari Al Jazeera.
Hujan deras yang turun selama seminggu akibat siklon tersebut memicu banjir besar dan tanah longsor di seluruh pulau. Tingkat kerusakan di wilayah tengah baru terlihat jelas saat pekerja bantuan membersihkan jalan yang tersumbat.
"Meskipun siklon telah berlalu, hujan lebat di hulu kini membanjiri daerah dataran rendah di sepanjang tepian Sungai Kelani," kata seorang pejabat DMC, sementara wilayah utara ibu kota menghadapi peningkatan banjir.
Siklon tersebut telah menghancurkan lebih dari 25.000 rumah, memaksa 147.000 orang mengungsi ke tempat penampungan sementara, sementara 968.000 lainnya membutuhkan bantuan setelah mengungsi. Personel militer bekerja sama dengan warga sipil dalam upaya bantuan besar-besaran ini.
Ini menandai bencana alam paling mematikan di Sri Lanka sejak 2017, ketika banjir dan tanah longsor menewaskan lebih dari 200 orang. Banjir terburuk di negara ini abad ini terjadi pada Juni 2003, menewaskan 254 orang.
Di Wennawatte, sebuah daerah pinggiran kota Kolombo, Selvi yang berusia 46 tahun melarikan diri dari rumahnya yang terendam banjir sambil membawa barang-barang yang masih bisa diselamatkan. "Rumah saya benar-benar terendam banjir. Saya tidak tahu harus ke mana, tetapi saya berharap ada tempat berlindung yang aman untuk membawa keluarga saya," ujarnya.
Bencana ini telah menciptakan kebutuhan medis yang mendesak, dengan persediaan darah yang sangat terbatas. Lakshman Edirisinghe, kepala bank darah, melaporkan hanya menerima 236 unit pada hari Sabtu, dari kebutuhan harian sebanyak 1.500 unit. "Karena banjir dan hujan lebat, kami tidak dapat melakukan kegiatan pengumpulan darah keliling," ujarnya, seraya mengimbau para pendonor untuk mengunjungi bank darah.
Para pejabat memperingatkan risiko tanah longsor karena lereng gunung masih tergenang air hujan diperkirakan masih berlanjut.
Publikasi Daily Mirror Sri Lanka melaporkan pada hari Minggu bahwa di antara mereka yang hilang adalah lima personel Angkatan Laut. Mereka terlihat terakhir kali saat mencoba memotong luapan air di gardu induk Angkatan Laut di Chalai Lagoon, timur laut negara itu.
Posting Komentar untuk "Presiden Sri Lanka Umumkan Status Darurat Akibat Banjir, Hampir 200 Orang Tewas"
Posting Komentar