Perbandingan Dampak Kenaikan Suhu 1,5 dan 2 Derajat Celcius

PENELITI Research Center for Climate Change Universitas Indonesia (RCCC-UI), Riko Wahyudi, mengatakan perbedaan kenaikan suhu global sebesar 1,5 derajat dan 2 derajat Celsius dapat membawa konsekuensi besar terhadap ekosistem Bumi.
Berdasarkan kajian para ilmuwan dan laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), dampak pemanasan 2 derajat Celsius jauh lebih parah bagi keanekaragaman hayati dan kehidupan manusia.
“Para ilmuwan sudah coba melakukan analisis bagaimana dampaknya bila kenaikan suhu itu 1,5 dan bagaimana ketika suhu itu 2 derajat Celcius,” kata Riko dalam diskusi yang digelar secara daring oleh JustCOP, Jumat, 7 November 2025.
Ia menjelaskan berbagai studi menunjukkan peningkatan suhu global sebesar 2 derajat Celcius akan mengancam kelangsungan hidup banyak spesies di Bumi. “Bahkan kalau kenaikan suhu 2 derajat Celsius, dampaknya 8 persen spesies di Bumi ini punah. Mungkin ada beberapa spesies yang mungkin kita waktu kecil masih bisa melihatnya, nanti kalau kenaikan suhu sampai 2 derajat Celsius, banyak spesies-spesies atau biodiversitas yang punah, termasuk terumbu karang dan sebagainya,” tuturnya.
Selain kehilangan keanekaragaman hayati, perbandingan antara kenaikan 1,5 dan 2 derajat Celcius juga menunjukkan lonjakan risiko ekstrem lainnya.
Pada tingkat 1,5 derajat, sekitar 4 persen spesies daratan terancam punah dan 70–90 persen spesies laut atau terumbu karang dapat hilang. Sementara pada 2 derajat, ancaman meningkat menjadi 8 persen spesies daratan dan lebih dari 99 persen terumbu karang musnah.
Frekuensi gelombang panas ekstrem juga naik tajam, dari satu kali dalam 20 tahun menjadi satu kali setiap lima tahun. Kenaikan permukaan laut diproyeksikan bertambah dari 0,26–0,77 meter pada pemanasan 1,5 derajat menjadi 0,36–0,87 meter pada 2 derajat.
Jumlah orang yang berisiko mengalami kekurangan air meningkat dari 350 juta menjadi 411 juta jiwa. Sementara itu, luas wilayah hutan yang terbakar diprediksi berubah dari tingkat “moderate” pada 1,5 derajat menjadi “parah” pada 2 derajat.
Riko menegaskan bahwa perubahan iklim tidak terlepas dari aktivitas manusia. “Kalau kita bicara perubahan iklim, ini sebenarnya juga didukung oleh aktivitas manusia, antroposentris. Jadi kegiatan-kegiatan kita, industri dan lain-lain yang melepaskan emisi gas rumah kaca, CO2, metan, SO4 dan sebagainya,” katanya.
Ia menambahkan bahwa aktivitas ekstraktif yang menghasilkan emisi memperparah pemanasan global, sedangkan kegiatan protektif seperti menanam pohon dapat membantu menangkap emisi.
Terbaru, Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) memperingatkan bahwa Bumi akan melampaui ambang batas pemanasan global 1,5 derajat Celsius di atas tingkat praindustri dalam sepuluh tahun ke depan. Temuan itu disampaikan dalam laporan Emissions Gap 2025 yang dirilis Selasa, 4 November, hanya beberapa hari sebelum KTT iklim COP30 dimulai di Brasil.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa suhu rata-rata global akan melampaui 1,5 derajat Celsius sebelum 2035. Untuk tetap berada di bawah ambang batas tersebut, dunia harus memangkas emisi gas rumah kaca tahunan sebesar 55 persen dari tingkat tahun 2019 pada 2035. Namun, UNEP menilai peluang untuk mencapai target itu sangat kecil mengingat aksi mitigasi yang masih jauh dari cukup.
Posting Komentar untuk "Perbandingan Dampak Kenaikan Suhu 1,5 dan 2 Derajat Celcius"
Posting Komentar