Mengenal Suryadi Suryadarma

Mengenal Suryadi Suryadarma

Reiza D. Dienaputra

Dosen FIB Unpad, Ketua TP2GD Provinsi Jawa Barat

 

Kehadiran matra udara dalam tubuh Tentara Nasional Indonesia (TNI) tidaklah langsung seketika setelah institusi tentara berubah dari Badan Keamanan Rakyat (BKR) menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada tanggal 5 Oktober 1945. Matra udara dalam tubuh TNI pada dasarnya baru hadir kurang lebih dua bulan setelah terbentuknya TKR.  

Hal ini ditandai dengan dibentuknya TKR Jawatan Penerbangan oleh Urip Su­moharjo pada tanggal 12 Desember 1945, sekaligus meng­angkat Suryadi Suryadarma sebagai Ke­pala TKR Jawatan Penerbangan. Kurang lebih satu bulan kemudian TKR Jawatan  Pe­nerbangan beru­bah menjadi Angkatan Udara seiring de­ngan perubahan organisasi Tentara Keselamatan Rakyat (TKR) menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) pada tanggal 24 Januari 1946. Keberadaan matra udara dalam tubuh TRI barulah benar-benar terjadi pada tanggal 9 April 1946, yang ditandai dengan diangkatnya Kepala Staf Angkatan Udara TRI (AURI) yang pertama, yakni Suryadi Suryadarma, melalui Penetapan Pemerintah No.6/ S.D Tahun 1946 tertanggal 9 April 1946 tentang KASAU TRI. Saat diangkat menjadi Kastaf AURI, usia Suryadi Suryadarma baru 34 tahun.

Sebagai KSAU

Selama 16 tahun menjadi Kepala Staf AU TRI (TNI) atau dari tanggal 9 April 1946 hingga 19 Januari 1962, Suryadi Suryadarma memiliki peran dan kiprah besar dalam mendirikan dan mengembangkan Angkatan Udara, ba­ik berkaitan dengan sumber daya manusia (SDM), pra­sarana dan sarana, maupun alutsista. Dalam upaya meningkatkan kualitas SDM, banyak hal dilakukan Suryadi. Beberapa di antaranya adalah, membuka Sekolah Teknik Udara pada tanggal 2  Desember 1946, bertempat di Maospati, Madiun,  merintis pengiriman kadet ke Sekolah Penerbangan di Kota Luck­now dan Allahabad India pada bulan Mei 1948, mengi­rim­kan 60 orang kadet ke Taloa Academy of Aeronautics,  Amerika Seri­kat, untuk mengikuti pen­di­dikan penerbang pada 16 November 1950, membuka Se­kolah Penerbang Lanjutan di Pang­kalan Andir pada tahun 1950, dan mengirimkan 46 kadet ke Czech Flying College, Ceko­slowakia, pada Oktober 1956,  untuk dididik menjadi penerbang fighter.

Seiring dengan pemba­ngun­an di bidang SDM, Suryadi juga melakukan upa­ya-upaya strategis dalam mem­bangun prasarana dan sarana. Selain itu, Suryadi juga melakukan nasionalisasi pangkalan-pang­kalan udara, seperti, Pangkalan Udara Cililitan pada 20 Mei 1950, Pangkalan Udara Andir pada 12 Juni 1950, dan yang terpenting nasionalisasi Gedung Hoofdkwartier Militaire Luch­t­vaart pada tanggal 27 Juni 1950.

Untuk alutsista, pada awalnya Suryadi  banyak mengandalkan pesawat-pesawat ting­galan Jepang, seperti, Yokosuka K5Y (Shinsitei) “Cu­reng”, Mitsubishi Army 98 “Guntei”, Nakajima KI-43-II “Hayabusha”, dan Nishikoren, serta pesawat hasil hibah rakyat Aceh, yakni, pesawat angkut jenis Dakota dengan  nomor registrasi RI 001 de­ngan nama Seulawah. Alutsista AURI menjadi semakin kuat saat Suryadi melakukan nasionalisasi terhadap pesawat-pesawat tinggalan Belanda pada Juni 1950, seperti, P-51 Mustang, AT-16 Harvard, Auster Mark II, B-25 Mit­chell, L-4 J Piper Cub, PBY-5A Catalina, C-47 Dakota, dan BT-13 Valiant. Di luar nasionalisasi, Suryadi me­leng­­kapi alutsista AURI me­la­lui pembelian. Alutsista  yang diperoleh melalui pembelian, di antaranya, 25 pesawat AT-6, 40 pesawat BT-13 Valiant, 6 pesawat PBY Catalina, dan 6 helikopter Hiller 360 pada tahun 1950;  4 pesawat pancar gas DH-115 “Vampire” pada 3 Desember 1955; 21 pesa­wat  Ilyusin II-14 Avia (Il-14) pada 24 Januari 1957; pesawat pancargas jenis Mig 17 PF pada awal tahun 1960; 4 pe­sawat Hercules pada 9 Fe­bruari 1961; dan pesawat jet pembom TU-16 dan TU-16 KS  pada tahun 1961. Kebe­rada­an pesawat TU-16 dan TU-16 KS  dalam alutsista AURI menjadikan AURI sebagai institusi yang disegani di Asia.

Kiprah lain

Kiprah Suryadi  bagi bang­sa dan negara tidak ­hanya tam­pak saat Suryadi Sur­ya­darma menjadi KSAU akan tetapi juga terlihat saat Suryadi tidak lagi menjadi KSAU. Beberapa posisi penting yang pernah diduduki Suryadi setelah tidak menjabat K­SAU, di antaranya adalah Menteri Penasehat Urusan Militer Presiden Republik Indonesia, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI di Kuba, Menteri Pos dan Tele­ko­mu­nikasi, serta Panglima Ter­tinggi (Pati) yang diperbantukan pada Menteri/­Pang­lima Ang­katan Udara.

Memasuki masa purnabakti dari TNI AU, mulai 1 Juli 1969,  Suryadi Suryadarma ti­dak lantas kehilangan aktivitas untuk berkontribusi bagi negara. Suryadi tampak tetap berupaya memberikan kontribusi bagi negara melalui berbagai aktivitas positif yang dijalaninya, hingga menjelang wafat pada 16 Agustus 1975.

Keteladanan yang diting­gal­kan Suryadi bagi TNI menjadi alasan kuat TNI AU untuk mengangkat  Suryadi Surya­darma sebagai Bapak AURI pa­da tanggal 20 Juni 2000, se­bagaimana tertuang dalam SK Kepala Staf TNI AU No. Skep/68/VI/2000 tentang Ba­pak Angkatan Udara Republik Indonesia.

Dari rekam jejak yang di­mi­liki Suryadi  dalam panggung sejarah Indonesia, tidak pelak lagi betapa besar peran yang te­lah dimainkan Suryadi Sur­ya­darma bagi bangsa dan negara, khususnya dalam membangun TNI AU.

Me­ng­ingat jasa dan kontribusinya tersebut, sudah pada tempatnya kepada Suryadi Surya­darma, tokoh kelahiran Ba­nyu­wangi, 6 Desember 1912, diberikan penghargaan sebagai pahlawan nasional. Terlebih bila mengingat bahwa para pendiri TNI di masa-masa awal pendirian TNI, ter­masuk para kepala staf da­ri dua matra lainnya, sebagi­an besar telah memperoleh ge­lar pahlawan nasional.***

Posting Komentar untuk "Mengenal Suryadi Suryadarma"