Iran dan Israel akan Berperang Lagi, 'Cuma Masalah Waktu'
menggapaiasa.com.CO.ID, TEL AVIV -- Perang baru antara Israel dan Iran dinilai "sekadar masalah waktu" menurut sebuah laporanNew York Times, di mana laporan itu menyebut Iran masih menyimpan stok uranium dengan kadar pemurnian tinggi dan terus memproduksi ribuan rudal. Seperti dilansir Times of Israel, laporan New York Times dipublikasikan pada Ahad (9/11/2025), meragukan perang 12 hari pada Juni lalu telah berhasil menghancurkan program nuklir Iran.
Para ahli dan pejabat di Timur Tengah meyakini bahwa serangan Israel dan AS pada Juni lalu hanya mengakibatkan kerusakan ringan terhadap fasilitas nuklir Iran, bertolak belakang dengan klaim Presiden Donald Trump. Atas dasar itu, kedua negara saat ini tengah mempersiapkan diri masuk ke dalam konflik baru dengan Iran.
"Stok uranium Iran dengan kadar pemurnian tinggi, cukup untuk membuat 11 bom nuklir, antara terkubur di reruntuhan, seperti klaim Iran, atau telah dipindah ke tempat aman, seperti yang diyakini para pejabat Israel," demikian laporan New York Times.
Ada faktor lain yang memungkinkan terjadi perang baru. Di antaranya adalah kebuntuan berlanjut antara AS dan Iran soal negosiasi program nuklir Iran. Ditambah, perjanjian 2015 yang diprakarsai AS dan negara-negara Eropa telah kedaluwarsa belakangan ini dan memicu sanksi berat terhadap Teheran.
Faktor-faktor itu, ditambah dengan upaya Iran memperbaiki fasilitas pengayaan uranium mereka dan menolak IAEA melaksanakan inspeksi, membuat akademisi Teluk yakin serangan baru Israel "hampir tak terhindarkan". Diketahui, sebagai persiapan menghadapi perang selanjutnya, Teheran telah meningkatkan produksi rudal-rudalnya dengan harapan bisa "menembakkan 2.000 rudal sekali serang untuk membuat sistem pertahanan udara Israel kewalahan, bukan 500 rudal seperti pada perang 12 hari," ujar Ali Vaez, Direktur Proyek Kelompok Krisis Internasional, kepada New York Times.
Menurut Vaez, Israel merasa belum menyelesaikan tugasnya pada perang 12 hari dan tidak memiliki alasan untuk tidak melanjutkan perang. Sehingga, Iran pun lebih mempersiapkan diri untuk perang berikutnya, meski menurutnya, belum ada tanda-tanda perang akan berlangsung dalam waktu dekat.
Meski telah terjadi beberapa kali upaya untuk membangkitkan kembali proses negosiasi antara Iran dan negara Barat, hingga kini tidak ada hasil yang signifikan. Bahkan, pada pekan lalu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei meragukan apakah mereka bisa terlibat dalam negosiasi lebih jauh.
Menurut Vaez, para pejabat Iran saat ini terbelah soal bagaimana mengatasi kebuntuan diplomasi dengan AS. Beberapa masih ingin mengejar kesepakatan nuklir dengan AS, percaya bahwa jalan itu lebih baik untuk Iran di mana 92 juta rakyatnya saat ini menghadapi lonjakan inflasi dan kelangkaan air bersih. Tetapi, Vaez melanjutkan, tidak semua pejabat Iran setuju dengan jalur diplomasi dan memilih konfrontasi, karena percaya adalah kesia-siaan bernegosiasi dengan Trump, yang dalam sejarahnya pernah secara sepihak menarik diri dari perjanjian pada 2015.
Terlepas dari adanya dua kubu di atas, menurut Vaez, para pejabat tinggi Iran percaya pada satu hal, babak baru perang dengan Israel tidak terhindarkan.
Dalam pidatonnya pada Senin (20/10/2025), Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei tegas menolak tawaran terbaru dari Presiden AS Donald Trump kepada Iran untuk bernegosiasi terkait program nuklir. Khamenei pun membantah klaim Trump selama ini yang mengatakan bahwa AS telah menghancurkan total fasilitas-fasilitas nuklir Iran lewat serangan pada Juni lalu.
"Trump bilang dia adalah seorang yang ahli membuat kesepakatan, tapi jika sebuah kesepakatan disertai dengan paksaan dan hasilnya telah ditentukan sebelumnya, itu bukanlah kesepakatan melainkan sebuah pembebanan dan perundungan," kata Khamenei dikutip media resmi pemerintah Iran dilansir Reuters.
Sebelumnya, Trump mengatakan di hadapan parlemen Israel bahwa akan bagus jika Washington bisa mengosiasikan sebuah "perjanjian damai" dengan Teheran. Harapannya itu menyusul dimulainya gencatan senjata di Gaza antara Israel dan pejuang Palestina, Hamas.
"Presiden AS dengan bangga mengatakan mereka mengebom dan menghancurkan industri nuklir Iran. Sangat bagus, teruslah bermimpi!" Khamenei menambahkan."Apa hubungannya dengan Amerika jika Iran memiliki fasilitas nuklir atau tidak? Intervensi ini tidak layak, salah dan pemaksaan."
Pada Juni, Israel melancarkan serangan mengejutkan yang manargetkan fasilitas nuklir Iran dan membunuh para jenderal militer dan ilmuwan Iran. Iran merespons serangan Israel dengan mengirim lebih dari 500 rudal balistik dan 1.100 drone.
Serangan balasan Iran membunuh 32 warga dan melukai 300 orang. Sebaliknya, lebih dari 1.000 warga Iran meninggal dunia akibat serangan Israel.
Israel mencatat 36 rudal Iran dan satu drone berhasil menghantam target di wilayah Israel. Akibatnya 2.305 rumah dan 240 gedung mengalami kerusakan di antaranya adalah dua universitas dan satu rumah sakit, dan memaksa 13 ribu warga Israel mengungsi.
Komandan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) Mayor Jenderal Mohammad Papour pada Selasa (21/102/2025) menegaskan, Iran akan melancarkan respons mematikan atas serangan apapun terhadap wilayahnya. Respons Iran, kata Pakpour, akan lebih dahsyat daripada perang 12 hari pada Juni lalu.
"Jika ada agresi dilancarkan terhadap Iran, respons kami akan lebih kuat dari perang 12 hari dan kami akan mengubah kawasan menjadi neraka bagi musuh," kata Pakpour dikutip IRIB dilansir Iran International, Selasa (21/10/2025).
Pakpour membuat pernyataan itu saat pertemuan dengan Penasihat Senior Nasional Irak Qasim al-Araji di Teheran. Menurut Pakpour, kerja sama antara Iran dan Irak sangat penting untuk mencegah intervensi asing dan memastikan keamanan perbatasan.
Menurut media Iran, Al-Araji menegaskan komitmen Irak terkait kerja sama keamanan dengan Iran dan mengatakan bahwa negaranya tidak akan membolehkan wilayahnya digunakan untuk aksi agresi terhadap Teheran.
Diketahui, pejabat tinggi militer Iran berulang kali mengingatkan bahwa mereka mengawasi musuh-musuh di kawasan dan akan merespons dengan keras jika terprovokasi. Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Abdolrahim Mousavi pada Senin (20/10/2025) mengatakan bahwa, Teheran tidak mencari perang tapi akan mengambil respons berbeda jika diserang.
Adapun seorang anggota parlemen Iran, Esmaeil Siavoshi pada Selasa juga mengingatkan, Iran akan menghancurkan pangkalan-pangkalan militer musuh di kawasan jika diserang.
"Jika musuh tidak menyerang sekarang, itu karena mereka tidak bisa," kata Siavoshi. "Mereka tahu jika mereka menyerang, kami akan menghancurkan semua pangkalan mereka di Teluk Persia."
Posting Komentar untuk "Iran dan Israel akan Berperang Lagi, 'Cuma Masalah Waktu'"
Posting Komentar