Enam Warga Sipil Tewas, Lima Terluka di Afghanistan Akibat Serangan Militer Pakistan

KENDARI KITA-Ketegangan di perbatasan Afghanistan-Pakistan memuncak setelah militer Pakistan dilaporkan melancarkan serangan terhadap tiga rumah penduduk di distrik Spin Boldak, Provinsi Kandahar, Afghanistan, Sabtu, 8 November 2025.

Serangan tersebut menewaskan sedikitnya enam warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, sementara lima orang lainnya dilaporkan terluka.

Serangan terbaru ini terjadi di tengah putaran ketiga perundingan damai antara Afghanistan dan Pakistan di Istanbul, yang sayangnya dilaporkan berakhir dengan kebuntuan.

 

Selain kawasan pemukiman, pusat komersial di Spin Boldak juga menjadi sasaran serangan Tentara Pakistan, mengakibatkan kerusakan parah pada bisnis dan properti setempat.

Warga menilai serangan terhadap infrastruktur sipil dan komersial merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum internasional.

"Kalian selalu melakukan ini. Ini adalah tindakan agresi terhadap kami. Infrastruktur sipil dan komersial tidak boleh menjadi sasaran," kata seorang saksi mata, Najibullah, seperti dikutip TOLO News.

Ali Mohammad Haqmal, Kepala Informasi dan Kebudayaan di Spin Boldak, mengatakan Pakistan telah melanggar gencatan senjata tanpa provokasi apa pun dan melancarkan serangan terhadap warga sipil. Ia mencatat bahwa pasukan Afghanistan tidak melakukan pembalasan.

"Mereka selalu melanggar gencatan senjata, sementara pasukan Imarah Islam sebagian besar tetap berkomitmen dan tidak melanggar gencatan senjata," kata Haqmal.

Sementara itu, di ranah diplomasi, putaran ketiga perundingan perdamaian antara Pakistan dan otoritas Taliban di Istanbul yang bertujuan membangun kerangka kerja bersama untuk keamanan lintas perbatasan dan antiterorisme, kembali berakhir tanpa terobosan.

Kantor berita terkemuka Afghanistan Khaama Press melaporkan jalan buntu tersebut.

Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Muhammad Asif mengonfirmasi bahwa negosiasi telah ditangguhkan setelah mencapai jalan buntu, tanpa ada rencana segera untuk melanjutkan pembicaraan.***