Motif Tenun Sasak: Transformasi Budaya Sebelum dan Sesudah Islam Masuk ke Lombok

Motif Tenun Sasak: Transformasi Budaya Sebelum dan Sesudah Islam Masuk ke Lombok

WARTA LOMBOK - Lombok dikenal sebagai salah satu Daerah yang kaya akan tradisi budaya, salah satunya melalui kain Tenun Sasak.

Tenun ini bukan sekadar kain, melainkan identitas budaya masyarakat Sasak yang diwariskan secara turun-temurun.

Namun, seiring dengan masuknya Islam ke Lombok, motif pada kain Tenun Sasak mengalami perkembangan dan penyesuaian.

Untuk lebih jelasnya, dilansir Warta Lombok dari Instagram @syiarbudayaislam pada Selasa, 16 September 2025, berikut perkembangan Tenun Sasak sejak sebelum hingga sesudah Islam masuk ke Pulau Lombok.

Motif Tenun Sasak Sebelum Islam Masuk

Sebelum datangnya Islam, motif Tenun Sasak sangat dipengaruhi oleh kepercayaan Animisme dan Dinamisme.

Terlihat dari bentuk-bentuk yang muncul, di mana banyak berkaitan dengan simbol-simbol kepercayaan lama, yang dianggap mampu membawa kemakmuran bagi masyarakat. Hal ini tercermin jelas dalam corak kain yang dihasilkan.

Motif Tumpal, yang menyerupai deretan gunung, mendominasi Tenun Sasak pada masa itu. Di mana, gunung dipandang sebagai simbol kesuburan dan kehidupan.

Motif ini juga kerap dikaitkan dengan Dewi Sri, Dewi Kesuburan dan Kemakmuran dalam kepercayaan masyarakat setempat.

Selain itu, ragam hias berupa makhluk hidup seperti manusia dan hewan juga banyak ditemui pada Tenun Sasak.

Motif-motif tersebut diyakini membawa kekuatan magis serta perlindungan bagi yang mengenakan atau menyimpannya.

Motif Tenun Sasak Sesudah Islam Masuk

Setelah agama Islam masuk ke Pulau Lombok, perubahan besar terjadi dalam motif Tenun Sasak.

Ajaran Islam yang melarang penggambaran makhluk hidup membawa dampak langsung pada pola dan corak yang digunakan.

Hal ini membuat para Penenun menyesuaikan karya mereka agar tetap sejalan dengan nilai-nilai ke-Islaman.

Motif Bunga Bersudut Delapan yang menyerupai bintang, mulai mendominasi. Corak ini dianggap selaras dengan nilai estetika Islam sekaligus memiliki makna filosofis yang dalam.

Unsur-unsur tumbuhan seperti sulur serta pola geometris juga menjadi pilihan utama bagi para Penenun.

Ragam hias makhluk hidup pun perlahan mulai dihindari. Sebagai gantinya, ornamen abstrak dan simbolis dengan nuansa islami terus berkembang, mencerminkan perpaduan antara budaya lokal dengan ajaran agama.

Salah satu motif kuno yang cukup populer hingga kini adalah motif Subahnale. Motif ini terinspirasi dari lafaz Subhanallah, yang menunjukkan betapa kuatnya pengaruh Islam dalam Seni Tenun masyarakat Sasak.

Subahnale bukan hanya sekadar motif pada Tenun Sasak, tetapi juga wujud ekspresi keagamaan dalam karya budaya.

Perubahan motif ini menunjukkan bahwa Tenun Sasak mampu beradaptasi tanpa kehilangan nilai tradisi yang melekat.

Seni Tenun tidak hanya menjadi sarana ekonomi, tetapi juga media dakwah dan refleksi spiritual masyarakat Sasak.

Fenomena ini membuktikan bahwa budaya dan agama bisa berjalan beriringan. Tenun Sasak adalah contoh nyata bagaimana kearifan lokal dapat berkembang sejalan dengan nilai-nilai Islam, sekaligus menjaga identitas budaya masyarakat Lombok hingga saat ini.***

Posting Komentar untuk "Motif Tenun Sasak: Transformasi Budaya Sebelum dan Sesudah Islam Masuk ke Lombok"