Mengapa Israel Ingin Caplok Negara-negara Tetangganya?

MENTERI Luar Negeri Turki Hakan Fidan menuding Israel tengah berusaha memperluas wilayahnya ke sejumlah negara tetangga demi mewujudkan proyek politik yang disebut sebagai Greater Israel atau Israel Raya.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera pada Ahad, 13 September, Fidan mengatakan ada dua alasan utama di balik ekspansionisme Israel. “Pertama adalah memperluas wilayahnya dan membentuk Israel Raya. Kedua adalah menjaga negara-negara di kawasan tetap lemah, tidak efektif, dan terutama membuat negara tetangga Israel tetap terpecah,” ujarnya.
Pernyataan itu ia sampaikan di Doha, Qatar, saat menghadiri KTT darurat bersama Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Liga Arab. Pertemuan digelar setelah serangan Israel ke Doha yang menargetkan Hamas pekan lalu.
Peringatan Turki ke Kawasan
Dilansir dari Anadolu, Fidan menyebut rencana Israel pada mulanya bermula dari pendudukan atas tanah Palestina, tetapi kini berkembang menjadi ancaman bagi negara-negara kawasan. “Hari ini, bukan hanya soal pendudukan tanah Palestina atau genosida di Gaza, tetapi juga tentang ekspansionisme Israel yang menjadi ancaman besar bagi negara-negara kawasan,” kata dia.
Ia menyoroti Suriah sebagai salah satu target utama serangan Israel. Menurut Fidan, serangan terhadap Suriah sudah berlangsung sejak era Bashar al-Assad. Meski intensitasnya menurun, serangan itu masih terus terjadi. Turki, ujarnya, menilai perkembangan di selatan Suriah sangat berbahaya. “Kami percaya bahwa memprovokasi garis patahan sosial untuk menciptakan perpecahan di Suriah tidak akan menguntungkan Suriah maupun kawasan,” ucapnya.
Fidan menekankan perlunya keamanan kawasan yang dibangun di atas fondasi kuat. Ia merinci, negara-negara Arab, negara-negara Islam, dan komunitas internasional secara keseluruhan tidak hanya akan membicarakan identifikasi masalah ini, tetapi juga bergerak melawan. “Masalah terbesar di kawasan adalah ekspansionisme Israel,” ujar Fidan.
Apa Itu Gagasan Israel Raya?
Gagasan Israel Raya kembali diperbincangkan setelah wawancara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan televisi i24 News, sebagaimana dilaporkan Middle East Eye. Dalam wawancara itu, pembawa acara Sharon Gal menunjukkan sebuah jimat yang ia sebut bergambar peta “Tanah yang Dijanjikan”.
Gal kemudian bertanya apakah Netanyahu merasa terhubung dengan visi Israel Raya. Netanyahu menjawab, “Sangat terhubung.” Ia juga menggambarkan dirinya sedang menjalankan misi historis dan spiritual. Pernyataan Netanyahu kemudian menuai kecaman dari sejumlah negara Arab yang menilai kata-katanya sebagai ancaman terhadap kedaulatan wilayah mereka.
Istilah Israel Raya telah lama digunakan kelompok ultranasionalis Israel untuk menuntut wilayah lebih luas, meliputi Yordania, Mesir, Lebanon, dan Suriah, selain Palestina yang diduduki. Tafsir yang lebih sempit merujuk pada wilayah yang direbut Israel dalam Perang 1967, yakni Tepi Barat, Jalur Gaza, Dataran Tinggi Golan di Suriah, serta Semenanjung Sinai di Mesir.
Israel Raya bukanlah konsep baru. Theodor Herzl, bapak Zionisme modern, dalam catatan hariannya menulis negara Yahudi ideal membentang dari Sungai Mesir sampai Sungai Efrat. Sumber gagasan itu diambil dari Kitab Kejadian dalam Tanakh atau Alkitab Ibrani.
Tafsiran lain menyebut Kitab Ulangan, ketika Tuhan memerintahkan Musa membawa bangsa Israel menguasai Palestina, Lebanon, serta bagian Mesir, Yordania, dan Suriah. Kitab Samuel juga menceritakan wilayah yang dikuasai Raja Saul dan Daud, meliputi Palestina, Lebanon, serta sebagian Suriah dan Yordania. Bagi sebagian kalangan religius Zionis, proyek Israel Raya dianggap sebagai mandat ilahi, bukan sekadar politik.
Perang 1967 dan Politik Ekspansi
Menurut laporan Middle East Eye, setelah berdirinya Israel pada 1948, batas wilayah negara itu tidak ditetapkan secara jelas. Perang Arab-Israel pada 1967 turut mengubah peta wilayah. Israel merebut Jalur Gaza, Tepi Barat, Dataran Tinggi Golan, dan Sinai.
Sinai kemudian dikembalikan ke Mesir dalam perjanjian damai, sementara Golan dianeksasi. Namun perang itu menumbuhkan semangat baru di kalangan Zionis religius tentang pentingnya mempertahankan wilayah yang direbut. Pasca-perang, kemudian lahir partai politik Movement for Greater Israel yang mendorong pendudukan permanen dan pemukiman Yahudi di wilayah hasil perebutan. Partai ini bertahan hingga akhir 1970-an.
Dalam dua tahun terakhir, terutama sejak pemerintahan Netanyahu berkuasa kembali pada 2022, gagasan Israel Raya semakin sering muncul di kalangan pejabat Israel. Menteri Keuangan Bezalel Smotrich tahun lalu juga mengatakan wilayah Yerusalem akan meluas sampai Damaskus. Dalam sebuah acara di Paris, ia berbicara di podium bergambar peta Israel yang mencakup Yordania. Ia juga menyatakan, “Tidak ada yang namanya bangsa Palestina”.
Posting Komentar untuk "Mengapa Israel Ingin Caplok Negara-negara Tetangganya?"
Posting Komentar