Kritik IDI Soal Usul Menkes JadikanIndonesia Lokasi Uji Vaksin

PENGURUS Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Iqbal Mochtar mengkritik langkah Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang mengaku sudah berkomunikasi dengan perusahaan Rusia pembuat vaksin kanker. Ia menilai keputusan pemerintah yang mengirim tim khusus untuk mengkaji kemungkinan Indonesia menjadi lokasi pengujian vaksin terburu-buru dan tidak rasional.

“Saya kira menteri kesehatan tidak paham terkait uji vaksin kanker, karena itu ujuk-ujuk mengirim tim, kemudian menawarkan Indonesia menjadi (tempat) uji coba untuk vaksin kanker ini,” kata Iqbal ketika dihubungi Tempo pada Senin, 15 September 2025.

Menurut dia, vaksin kanker Entromix yang dikembangkan Rusia masih berada di tahap praklinis atau sebatas diuji pada hewan. Vaksin tersebut juga diperkirakan bersifat individual dan memang dirancang untuk genetik masyarakat Rusia. Belum lagi soal uji coba biaya vaksin yang ditaksir sangat besar.

“Tidak mungkin kemudian tiba-tiba orang yang berbeda ras, yang berbeda gen, yang berbeda genetic predisposition kemudian diikutkan dalam uji kanker ini,” kata Iqbal yang juga pengurus pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (PP IAKMI) itu.

Iqbal menekankan bahwa vaksin yang ditawarkan belakangan ini bukan untuk semua jenis kanker, melainkan hanya untuk kanker kolon, penyakit di usus besar. Dia khawatir rencana pemerintah mendatangkan cemooh, bahkan dari ranah global. “Saya kira orang Rusia akan ketawa kan melihat gerak-gerik menteri kesehatan yang tidak berbasis rasionalitas.:

Tahapan pengembangan vaksin, Iqbal mengingatkan, harus dilalui secara berurutan di Rusia. Tahapnya mulai dari uji klinis satu, dua, tiga, uji keamanan, dan seterusnya sebelum bisa dipertimbangkan untuk diuji di negara lain.

Menteri Budi Gunadi sebelumnya mengatakan bahwa Entromix, vaksin yang dikembangkan oleh Rusia, lebih tepat disebut obat. Hanya saja, kata dia, metode pengujiannya serupa dengan vaksin. "Saya sudah dengar dan juga sudah bicara dengan beberapa perusahaan yang membuatnya," kata Budi pada Selasa, 9 September 2025.

Vaksin berbasis mRNA itu diklaim bisa menyusutkan tumor kanker tanpa menimbulkan efek samping serius. David James Pinato, seorang ilmuwan klinis dan konsultan onkologi medis di Imperial College London, dalam wawancara dengan News Week, mengutarakan kekhawatirannya terkait potensi vaksin baru ini.

Menurut Pinato, vaksin ini belum terbukti ampuh sekalipun 100 persen berhasil diterapkan pada hewan. Tak jarang sistem kekebalan model hewan pengerat atau spesies lain, yang digunakan untuk menguji vaksin ini, tidak mereproduksi kompleksitas genom kanker atau sistem kekebalan manusia.

Dede Leni Mardianti berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Posting Komentar untuk "Kritik IDI Soal Usul Menkes JadikanIndonesia Lokasi Uji Vaksin"