Kisah perempuan adat Yenbuba merestorasi terumbu karang Raja Ampat yang rusak akibat insiden Caledonian Sky tujuh tahun lalu

Tujuh tahun setelah insiden kapal pesiar Caledonian Sky yang menghancurkan terumbu karang di Raja Ampat, proyek pemulihan dengan melibatkan perempuan masyarakat adat setempat telah dimulai.
Para perempuan adat Yenbuba di Raja Ampat, Papua Barat Daya, dilibatkan secara langsung dalam restorasi terumbu karang, bekerja sama dengan para ilmuwan dan menggunakan teknologi transplantasi karang untuk memulihkan ekosistem laut yang rusak.
Keterlibatan perempuan adat ini dianggap penting karena mereka adalah penjaga pengetahuan tradisional mengenai lingkungan dan ekosistem laut di wilayah tersebut.
Insiden kandasnya Caledonian Sky pada 2017 silam telah merusak salah satu ekosistem laut dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, sehingga menimbulkan kecaman internasional dan sorotan atas lemahnya perlindungan terhadap kawasan konservasi di Indonesia.
"Karang-karang di sekitaran lokasi itu hancur karena kandas kapal dan minyak dari kapal itu, sehingga di lokasi itu kerusakan karang banyak," ujar Aleksina Unpain, salah satu perempuan Yenbuba, suku yang menempati Pulau Mansuar, Raja Ampat.
Kerusakan karang semakin parah saat alat-alat digunakan untuk mendorong kapal raksasa itu keluar dari lokasi kandas, kata perempuan berusia 30 tahun itu.
"Terumbu karang kalau rusak, dan ekosistem yang ada di Raja Ampat, khususnya di Pulau Mansuar, di Kampung Yenbuba, kalau rusak memang kami tidak bisa buat apa-apa, karena dari laut kami juga menikmati hasil dari terumbu karang," tutur Aleksina kepada wartawan Abd Rahman Muchtar yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Insiden Caledonian Sky terjadi pada 4 Maret 2017 saat kapal mewah itu membawa 102 wisatawan dan kandas di perairan dangkal Pulau Kri, menyebabkan kerusakan yang diperkirakan merugikan Indonesia hingga miliaran rupiah.
Kapal pesiar yang membawa wisatawan berlayar ke perairan Raja Ampat yang dilindungi, kandas saat air surut, menghancurkan spesies karang langka dan memorak-porandakan kehidupan laut.
Usai insiden yang diklaim merusak terumbu karang seluas 1.600 meter persegi—seluas tiga kali lapagan bola—warga setempat berjibaku menjaga karang yang masih ada, menurut Aleksina.
"Kami menjaga, merawat karang yang ada, sehingga karang itu tidak mati dan kami tidak membiarkan punah."
Pejabat Direktorat Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Laut di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Djanuar Arifin, mengatakan insiden Caledonian Sky menyebabkan kerusakan terumbu karang yang "sangat masif".
"Jadi memang diperlukan harus segera dilakukan pemulihan atau restorasi terkait dengan lokasi yang rusak tadi," kata Djanuar.
Setelah mendapat data nilai kerusakan—baik dalam hal luasan wilayah terdampak dan dampak sosial—dilakukan penyelesaian sengketa di luar pengadilan dengan pihak kapal, kata Djanuar.
"Negosiasi ini ternyata berjalan sangat lama. Jadi berdasarkan negosiasi yang sudah terjadi, baik di luar pengadilan maupun di pengadilan, akhirnya ditemukan kesepakatan."
Merujuk dokumen persetujuan kesesuaian pemanfaatan ruang laut yang didapat BBC, pemilik kapal dan perusahaan asuransi sepakat mendanai proyek restorasi terumbu karang selama dua tahun yang bernilai jutaan dolar.
Perjanjian tersebut—yang dicapai setelah negosiasi yang panjang—mencakup bantuan teknis dan pemulihan kerusakan yang dipimpin oleh ilmuwan kelautan Indonesia dan mitra konservasi lokal.
Proyek restorasi yang dijadwalkan berlangsung hingga akhir 2026 ini akan difokuskan pada rehabilitasi terumbu karang berdasarkan kontrak sekitar 3.797 meter persegi yang merupakan area terdampak kerusakan secara langsung dan total area seluas 19.232 meter persegi yang mengalami kerusakan tidak langsung di kawasan di sekitar Pulau Kri.
Restorasi terumbu karang ini dilakukan menggunakan metode transplantasi karang yang canggih, meliputi sistem bintang terumbu struktur heksagonal baja yang digunakan untuk menambatkan fragmen karang ke dasar laut.
Selain itu, juga digunakan metode mikro fragmentasi, yakni teknik yang mempercepat pertumbuhan karang dengan membagi koloni karang menjadi potongan-potongan kecil.
Restorasi ini dilakukan oleh sebuah tim ilmiah yang dipimpin oleh Departemen Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin (Unhas), yang bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kawasan Konservasi Perairan Raja Ampat, dan perusahaan jasa konstruksi PT Jorindo Agung.
"Kami berharap karang-karang yang ditanam pada Reefstar ini akan tumbuh dengan cepat, tumbuh untuk menutupi dan mengembalikan fungsi terumbu karang sebagaimana mestinya," ujar Syafyudin Yusuf, peneliti dan ahli biologi terumbu karang dari Unhas yang terlibat langsung dalam upaya restorasi.
Menurut Syafyudin, biasanya dibutuhkan waktu puluhan agar terumbu karang itu pulih. Tapi dengan metode ini, hasil restorasi bisa dilihat dalam jangka waktu satu hingga tiga tahun.
"Itu karang akan cepat tumbuh pada kondisi arus yang cukup bagus dan kecerahan yang cukup baik. Kemudian kita menempatkan karang-karang itu di atas substrat aslinya sehingga mereka tumbuh dengan leluasa."
"Dalam jangka waktu sekitar dua, tiga atau empat tahun, sudah kelihatan bahwa karang-karang yang rusak tadi itu sudah tertutupi oleh karang-karang yang sudah hidup dari metode yang kita terapkan ini.
Lebih jauh Syafyudin menjelaskan bahwa upaya restorasi ini bukan sekadar perbaikan ekologi, tapi juga apa yang ia sebut sebagai "inklusi sosial", yakni melibatkan warga setempat dalam proses restorasi.
"Bentuk kerja samanya adalah mereka berpartisipasi dalam proses perencanaan, dalam proses implementasi dan proses evaluasi terhadap kegiatan restorasi terumbuh karang ini.
Dalam proses perencanaan, kata Syafyudin, masyarakat setempat dilibatkan dalam menentukan lokasi induk karang untuk ditanam, lokasi pembibitan, dan lokasi restorasi terumbu karang yang dilakukan di bekas kerusakan Caledonian Sky.
Langkah berikutnya, tambah Syafyudin, masyarakat dilibatkan dalam proses aksi penanaman karang, dengan dibagi dalam beberapa kelompok dan menempatkannya di laut secara bersama-sama dengan tim teknis dari Universitas Hasanuddin dan BLUD Raja Ampat.
"Dengan melibatkan mereka, tentu kita bisa pastikan bahwa terumbu karang bisa terjaga karena mereka terlibat langsung dan terus menjaga dalam proses atau bahkan perkembangan dari restorasi ini," jelasnya.
Syafyudin mengklaim sekitar 80% perempuan dilibatkan dalam proses penanaman terumbu karang di perairan Raja Ampat.
"Tujuannya bukan hanya perbaikan ekologi, tetapi juga inklusi sosial," cetusnya.
"Kami mengintegrasikan sistem pengetahuan masyarakat adat Papua dan memastikan kompensasi ekonomi mencapai masyarakat Yenbuba, yang wilayah lautnya terkena dampak."
Selain pemulihan lingkungan, perjanjian tersebut mencakup ganti rugi finansial bagi masyarakat adat Yenbuba.
- Kisah perempuan Papua di balik peristiwa viral Save Raja Ampat – 'Biarpun ditangkap, saya tetap berjuang'
- Bahlil hentikan sementara operasi tambang nikel di Raja Ampat, Greenpeace sebut hanya 'akal-akalan' untuk meredam protes
- Izin empat perusahaan di Raja Ampat dicabut – Apa untung-rugi menambang di pulau-pulau kecil?
Kompensasi akan diberikan melalui skema campuran pembayaran langsung, lapangan kerja dalam proses pemulihan, dan investasi dalam program ekowisata dan pengelolaan laut berbasis masyarakat.
Pemantauan berkala menggunakan pemetaan drone dan survei bawah air akan dilakukan untuk menilai pertumbuhan kembali karang dan stabilitas ekologi, dengan temuan yang akan dibagikan dengan badan konservasi internasional.
Salah satu perempuan Yenbuba yang berpartisipasi dalam upaya restorasi terumbu karang adalah Elisabet Kikio.
"Saya senang dan merasa bahagia sekali karena seakan-akan kebun yang sudah rusak itu dibantu oleh orang lain untuk membantu kita untuk coba menumbuhkan kembali," kata Elisabet.
"Mudah-mudahan berhasil dan bisa berguna, bertumbuh baik untuk masa depan," ujar perempuan berusia 52 tahun ini.
Terumbu karang, yang dianggap Elisabet sebagai "berkat" tersebut sangat berguna, tak hanya warga di kampungnya, tapi juga generasi di masa mendatang.
"Sehingga kita perlu untuk kita harus menanam kembali atau berusaha bagaimana untuk dia harus hidup kembali lagi."
Dia berharap ke depan, warga atau wisatawan yang datang untuk lebih peduli dengan pelestarian terumbu karang, dengan tidak berjalan sembarangan di atas akrang.
"Begitu juga dengan perahu-perahu yang sedang mencari [ikan] dilarang tau dikasih ingat untuk seputar karang itu tidak boleh untuk dekat karena takut nanti karang itu dirusak," ujar Elisabet kemudian.
Wisatawan asing asal Belanda yang tengah berkunjung di Raja Ampat, Anique Van Tol, mengapreasi pelibatan—tak hanya warga lokal, tapi juga wisatawan—dalam proyek restorasi terumbu karang ini.
"Saya pikir sebagian besar turis yang datang ke sini peduli tentang lingkungan."
Hingga Mei 2025, tim gabungan telah berhasil menanam lebih dari 2.000 unit reef star, masing-masing berisi 10 fragmen karang di lokasi yang sebelumnya rusak parah.
"Para turis yang datang ke sini, mereka peduli tentang sampah, mereka peduli tentang pemutihan karang. Jadi, saya pikir bagus juga untuk mengajak wisatawan mau terlibat," ujar perempuan berusia 30 tahun itu.
"Seperti sekarang, saya baru saja datang. Tapi saya pikir ini bisa berhasil dengan menggabungkan pengetahuan lokal, juga [pengetahuan] tentang lingkungan dan tentang karang," ujarnya kemudian.
Selain itu, pelatihan selam dan edukasi konservasi diberikan kepada masyarakat lokal, termasuk kelompok perempuan dan pemuda adat.
Restorasi ini dinilai sebagai langkah penting untuk memulihkan kerusakan ekologis sekaligus memperkuat peran masyarakat adat dalam perlindungan sumber daya laut.
Para ahli menyatakan bahwa keterlibatan komunitas lokal, khususnya perempuan, menjadi kunci keberlanjutan jangka panjang proyek konservasi di kawasan ini.
Aleksina Unpain—salah satu perempuan Yenbuba yang juga turut dalam upaya restorasi terumbu karang—berharap proyek ini bisa mengembalikan kekayaan terumbu karang Raja Ampat seperti sedia kala.
"Saya mau karena saya ingin anak cucu saya juga menikmati terumbu karang seperti saya, sehingga saya harus menjaga dan melindungi laut," tuturnya.
"Harapan saya, jaga terumbu karang di laut dengan baik-baik. Kita rawat terumbu karang dengan baik-baik. Jaga mata, jaga hati, jangan merusak laut dengan sembarangan, karena itu adalah harapan dan itu adalah masa depan anak cucu."
- Pemerintah Indonesia didesak 'segera bertindak' dalam kasus Raja Ampat
- RI tuntut pertanggungjawaban perusak terumbu karang di Raja Ampat
- Kerusakan terumbu karang di Raja Ampat lebih besar dari yang 1.600m2?
- Menyelamatkan terumbu karang dengan mutasi genetik
- Indonesia destinasi selam terbaik dunia, namun pendapatan kalah jauh dari Malaysia
- Regu penyelamat cari kru kapal yang karam secara misterius
- Kapal Inggris rusak terumbu karang di Raja Ampat
- Kasus Raja Ampat, Menko Maritim panggil dubes Inggris di Jakarta
- Usai insiden di Raja Ampat, RI evaluasi kebijakan kapal wisata di daerah konservasi
Posting Komentar untuk "Kisah perempuan adat Yenbuba merestorasi terumbu karang Raja Ampat yang rusak akibat insiden Caledonian Sky tujuh tahun lalu"
Posting Komentar