Kisah Empat Bersaudara di Manggarai Timur NTT, Bertahan Hidup di Tengah Keterbatasan

Derana NTT - Di saat sebagian besar anak-anak seusia mereka menikmati masa kecil dengan bermain dan belajar, empat bersaudara di Desa Ngampang Mas, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi NTT M, harus menghadapi realitas hidup yang tak mudah.
Mereka adalah Vains Inda (Fain), Valeria Jen (Jen), dan Yosefianus Daut Jeradu (Daut) — murid kelas 3 SDN Purak — bersama sang kakak sulung, Jefrianus Jeradu (Jefri), yang menjadi tulang punggung keluarga kecil ini dalam perjuangan hidup sehari-hari.
Setiap pagi, ketiga adik itu melangkah ke sekolah dengan perut kosong. Tak jarang, satu-satunya bekal mereka hanyalah air putih, menjadi teman setia penahan lapar di tengah semangat menuntut ilmu.
Hidup Tanpa Ayah, Diasuh Ibu yang Sakit Jiwa
Ayah mereka pergi merantau ke Kalimantan dan tak pernah kembali memberi kabar. Sementara sang ibu, Elvita Dadas, mengalami gangguan jiwa dan hanya sesekali bisa membantu mereka di rumah.
Dalam kondisi ini, ketiga anak tersebut harus belajar mandiri, mengurus rumah, bahkan ikut bekerja agar bisa bertahan hidup.
Perjuangan Belajar di Tengah Kelaparan
“Sering kali kami tidak makan nasi, hanya ubi. Kalau tidak ada apa-apa, kami cuma minum air putih,” ujar Jen saat dihubungi, Sabtu (13/9).
Meski masih duduk di bangku sekolah dasar, mereka telah memahami arti perjuangan hidup.
Selain belajar, mereka juga mengurus rumah: dari memasak, mencuci, hingga menggarap sawah kecil peninggalan keluarga yang hanya menghasilkan tiga karung padi dalam setahun.
Fain menambahkan, jika tidak sekolah, mereka bekerja harian di kebun milik warga dengan upah sekitar Rp50 ribu. Uang itu kemudian digunakan untuk membeli beras dan kebutuhan harian.
Kakak Tertua Jadi Tulang Punggung Keluarga
Jefrianus Jeradu (Jefri), kakak tertua mereka, seharusnya masih bisa melanjutkan sekolah.
Namun, karena keterbatasan ekonomi, ia terpaksa berhenti setelah tamat SD dan kini menjadi satu-satunya tumpuan keluarga.
“Saya kerja apa saja, kadang angkut padi, kadang bantu di kebun. Kalau ada hasil, bisa beli beras. Kalau tidak, ya makan ubi,” tutur Jefri.
Ia pernah mencoba menghubungi ayah mereka, namun tak pernah berhasil.
“Bapak cuma sekali kirim uang lewat istri temannya, Rp500 ribu untuk lima bulan. Setelah itu, tidak ada kabar lagi,” jelasnya.
Belajar Mandiri Sejak Dini
Ketiganya telah terbiasa menjalani hari-hari tanpa bimbingan orang tua. Mereka membagi tugas rumah tangga sendiri. Daut kadang ke kebun, Fain memasak, dan Jen mencuci pakaian.
“Kalau hasil sawah tidak cukup, kami kerja di kebun orang. Kadang juga tidak ada upah, hanya makan siang,” kata Fain.
Jen menambahkan, pergi ke sekolah dalam keadaan lapar sudah menjadi hal biasa. “Kami tahan lapar sampai pulang. Kalau ada ubi dimasak, kalau tidak ada, kami minum air saja,” ucapnya pelan.
Harapan di Tengah Keterbatasan
Kisah tiga bersaudara dari Desa Ngampang Mas ini menggambarkan potret nyata perjuangan anak-anak yang hidup dalam kemiskinan.
Di tengah segala kekurangan, mereka tetap berusaha untuk bersekolah dan meraih masa depan yang lebih baik.
Semangat dan ketegaran mereka menjadi pengingat bahwa pendidikan dan harapan tetap bisa tumbuh, bahkan di tengah keterbatasan.***
Posting Komentar untuk "Kisah Empat Bersaudara di Manggarai Timur NTT, Bertahan Hidup di Tengah Keterbatasan"
Posting Komentar