Kekerasan Sosial yang Melanda Indonesia

KORAN - PIKIRAN RAKYAT - Akhir-akhir ini, Indonesia dihadapkan pada serangkaian peristiwa kekerasan yang memprihatinkan. Mulai dari penjarahan dan perusakan fasilitas umum akibat kemarahan terhadap pemerintah dan anggota DPR yang korup dan tak empati di berbagai wilayah di Indonesia, hingga kasus pembunuhan dan mutilasi yang sangat sadis seperti yang dilakukan oleh Alvi Maulana (24) di Mojokerto. Tragedi-tragedi ini memunculkan pertanyaan mendasar: apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat kita?
Teori anomie yang dikemukakan oleh sosiolog Prancis, Émile Durkheim, seperti juga diungkap oleh Kasat Reskrim Polres Mojokerto Fauzy Pratama saat ditanya wartawan soal bagaimana menjelaskan secara ilmiah terkait perbuatan sadis Alvi Maulana, mungkin bisa memberikan titik terang. Anomie adalah kondisi ketika norma-norma sosial yang mengatur perilaku individu melemah atau hilang. Akibatnya, individu merasa kehilangan arah, tujuan, dan ikatan dengan masyarakat. Mereka tidak lagi memiliki pedoman yang jelas tentang apa yang benar dan salah, sehingga rentan melakukan tindakan di luar batas kewajaran.
Dalam konteks penjarahan dan perusakan fasilitas umum, anomie bisa muncul akibat ketidakpuasan yang mendalam terhadap pemerintah dan sistem yang dianggap tidak adil. Ketika orang merasa suara mereka tidak didengar dan tak ada jalan keluar yang konstruktif, mereka bisa melampiaskan kemarahan dengan cara yang destruktif. Aksi-aksi ini sering kali dilakukan secara berkelompok, di mana individu merasa anonim dan tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Sementara itu, kasus pembunuhan dan mutilasi (554 bagian) seperti yang dilakukan Alvi Maulana menunjukkan dampak anomie pada tingkat individu. Walaupun Alvi memiliki latar belakang pendidikan agama dan pendidikan tinggi, ia tetap melakukan tindakan yang sangat keji. Alvi, seorang lulusan S-1 Informatika yang pernah mengenyam pendidikan di pesantren di Jombang selama 3 tahun, tega membunuh dan memutilasi pacarnya sendiri yang telah tinggal bersamanya selama 5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa anomie dapat memengaruhi siapa saja, tanpa memandang latar belakang sosial atau agama. Dalam kasus ini, mungkin ada faktor-faktor lain, seperti masalah psikologis yang memperparah kondisi anomie yang dialami pelaku. Faktor lain, seperti kesulitan ekonomi karena belum mendapat pekerjaan, juga bisa menjadi penyebab stres yang memicu tindakan kriminal.
Penting untuk dipahami bahwa anomie bukanlah satu-satunya faktor penyebab kekerasan. Faktor-faktor lain seperti ketidaksetaraan ekonomi, kesenjangan sosial, dan polarisasi politik juga memainkan peran penting. Namun, memahami konsep anomie dapat membantu kita melihat akar permasalahan yang lebih dalam dan mencari solusi yang lebih komprehensif.
Beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memperkuat norma-norma sosial melalui pendidikan, kampanye sosial, dan penegakan hukum yang adil. Upaya ini harus berjalan seiring dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak negatif kekerasan dan pentingnya penyelesaian konflik secara damai.
Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan ruang dialog yang terbuka dan inklusif demi membahas masalah-masalah sosial dan mencari solusi bersama. Selain itu, sangat krusial untuk memberikan dukungan psikologis yang mudah diakses bagi korban kekerasan maupun pelaku yang berpotensi melakukan kekerasan agar mereka bisa mengatasi trauma dan masalah yang mereka hadapi.
Kekerasan yang terjadi di Indonesia adalah masalah yang kompleks dan membutuhkan penanganan yang serius. Dengan memahami akar permasalahan dan mengambil langkah-langkah yang tepat, kita bisa menciptakan masyarakat yang lebih aman, adil, dan harmonis.
Fenomena kekerasan dan penjarahan yang marak di Indonesia, serta kasus keji, seperti yang dilakukan Alvi Maulana, merupakan alarm keras bagi kita semua. Ini bukan sekadar masalah kriminalitas, melainkan juga cerminan dari kerentanan sosial yang lebih dalam. Jika kita hanya berfokus pada penegakan hukum tanpa mengatasi akar masalah, kita hanya akan memadamkan api yang akan kembali menyala di tempat lain.
Penting bagi kita untuk melihat masyarakat sebagai sebuah organisme hidup yang membutuhkan norma dan nilai-nilai yang kuat agar bisa berfungsi dengan baik. Ketika norma-norma ini terkikis—baik karena ketidakpercayaan pada institusi pemerintah, kesenjangan ekonomi yang melebar, atau krisis identitas individu—anomie pun muncul.
Dalam kondisi anomie, individu merasa terputus, tidak memiliki panduan moral, dan akhirnya rentan bertindak impulsif dan destruktif.***
Posting Komentar untuk "Kekerasan Sosial yang Melanda Indonesia"
Posting Komentar