Jejak Diplomasi Pendidikan dan Wisata: Perjalanan Empat Hari Haji Rendy di Jordania

menggapaiasa.com  Amman, Jordania — Dalam sebuah kunjungan yang padat agenda, Ir Haji Rendy A Lamadjido MBA , tokoh pendidikan dan sosial asal Sulawesi Tengah, menutup perjalanannya ke Jordania pada 14 Oktober 2025 dengan membawa serangkaian kesepakatan yang berpotensi membuka jalan baru bagi kerja sama internasional. Selama empat hari, mulai 10 hingga 14 Oktober, ia menjalin komunikasi dengan lembaga-lembaga pendidikan dan tokoh strategis yang berpengaruh di dunia Arab dan dunia Islam.

Pertemuan pertama dilakukan bersama Lembaga Bahasa Arab online Arabiyati. Dalam kesempatan itu, Haji Rendy menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Direktur Utama Arabiyati, Mr. Bahjat. Kerja sama ini dipandang penting karena akan memperluas akses pembelajaran Bahasa Arab secara daring bagi masyarakat Indonesia, terutama generasi muda yang haus akan ilmu bahasa dan budaya Arab.

Agenda kedua tak kalah strategis. Haji Rendy berjumpa dengan pihak Lembaga Sanad Al-Qur’an, sebuah pusat yang fokus pada pelajaran tajwid dan sanad bacaan Al-Qur’an. Dalam pertemuan tersebut, kembali ditandatangani MoU antara kedua pihak. Penandatanganan ini menandai peluang baru bagi umat Muslim di Indonesia untuk mendapatkan akses pembelajaran Al-Qur’an dengan sanad resmi dari ulama-ulama Jordania.

Momentum penting hadir saat Haji Rendy bertemu dengan Wakil Rektor Universitas Islam Minnesota Amerika di Provinsi Irbid, Jordania. Dari hasil dialog, disepakati bahwa Universitas Islam Abdul Aziz Lamajido di Palu akan menerima program pendidikan Bahasa Arab selama satu semester. Bahkan, dua pengajar terkemuka, Prof. Dr. Shaleh Alu Mazhan dan Dr. Ali Al Marshad, dijadwalkan hadir di Indonesia pada November 2025 untuk langsung mengajar. Langkah ini dinilai sebagai terobosan dalam penguatan kapasitas akademik di daerah.

Selain aspek pendidikan, Ir Haji Rendy A Lamadjido juga membuka percakapan di bidang transportasi. Ia bertemu dengan Mr. Abu Anas dan Mr. Anas yang menyampaikan gagasan besar: menghadirkan penerbangan langsung Jakarta–Amman melalui maskapai Garuda Indonesia. Sebagai bentuk keseriusan, sebuah business plan diserahkan kepada Haji Rendy untuk dibawa ke tanah air sebagai bahan diskusi dengan pihak terkait.

Diplomasi wisata menjadi babak berikutnya. Haji Rendy melakukan pertemuan dengan Mr. Muhammad, Presiden Jordan Local, guna membahas potensi kerja sama wisata dua arah. Fokus utama adalah memperluas arus wisatawan Jordan ke Indonesia dan sebaliknya, termasuk paket wisata religi berupa Umrah Plus dan kunjungan ke Masjidil Aqsha di Palestina. Dialog ini disebut-sebut dapat membuka jendela baru bagi hubungan antarwarga kedua negara.

Dalam catatan perjalanannya, terlihat jelas bahwa Haji Rendy tidak sekadar menghadiri pertemuan formal. Ia membawa visi untuk menghubungkan Sulawesi Tengah, khususnya Palu, dengan jaringan pendidikan dan wisata berskala internasional. Jika direalisasikan, langkah ini dapat menempatkan daerah tersebut sebagai salah satu pusat pertukaran budaya Islam di kawasan timur Indonesia.

Para pengamat pendidikan menilai bahwa keberhasilan Haji Rendy meneken MoU dengan berbagai lembaga sekaligus menunjukkan pentingnya diplomasi nonpemerintah. “Ini contoh bagaimana aktor lokal bisa memainkan peran global, membawa manfaat bagi masyarakat tanpa harus menunggu birokrasi pusat,” ujar seorang akademisi di Amman.

Di kalangan masyarakat Sulawesi Tengah, kabar perjalanan ini segera mendapat sorotan positif. Banyak yang berharap agar kerja sama tersebut tidak hanya berhenti pada dokumen, tetapi benar-benar diwujudkan dalam bentuk program nyata yang bisa diakses oleh pelajar, mahasiswa, maupun pelaku pariwisata lokal.

Bagi Haji Rendy, perjalanan ini adalah langkah awal. “Semoga membawa keberkahan dan manfaat, tidak hanya untuk Indonesia secara umum, tetapi juga bagi masyarakat Sulawesi Tengah secara khusus,” ujarnya menutup laporan perjalanannya. Kalimat itu, menurut beberapa kolega, mencerminkan misi besarnya: menjadikan pendidikan dan wisata sebagai jembatan persahabatan lintas negara.

Empat hari di Jordania mungkin terasa singkat, tetapi hasil yang dibawa pulang oleh Haji Rendy diyakini akan meninggalkan jejak panjang. Antara pendidikan, Al-Qur’an, wisata, dan transportasi, ia merangkai satu narasi besar tentang keterhubungan dunia Islam—narasi yang kini menunggu diwujudkan di tanah air.***

Posting Komentar untuk "Jejak Diplomasi Pendidikan dan Wisata: Perjalanan Empat Hari Haji Rendy di Jordania"