Film Pangku Karya Reza Rahadian Angkat Kisah Perempuan dan Kopi Pangku

FILM Pangku karya sutradara Reza Rahadian bersama produser Arya Ibrahim dan Gita Fara mengangkat kisah perempuan pelayan kopi pangku di jalur Pantura. Bukan sekadar soal pekerjaan, film ini menyoroti perjuangan seorang ibu yang rela berkorban demi memenuhi kebutuhan hidup anaknya. Kisah tentang perempuan, perjuangan, dan pengorbanan ini menghadirkan isu yang relevan secara global. Film Pangku tayang mulai 6 November 2025 di bioskop.

Kisah Perempuan Pelayan Kopi Pangku

Film Pangku resmi merilis teaser trailer dan poster yang mengangkat kisah getir perempuan di jalur Pantura. Ceritanya berpusat pada Sartika (Claresta Taufan), seorang perempuan muda yang tengah hamil. Ia meninggalkan kampung halaman demi masa depan anaknya. Kemudian, ia bertemu Maya (Christine Hakim), pemilik kedai kopi yang merawatnya hingga proses persalinan, namun kemudian merayunya untuk bekerja menyuguhkan kopi sambil memangku pelanggan.

Fenomena kopi pangku menjadi inspirasi utama film ini. Warung kopi di jalur Pantura (Pantai Utara) dahulu dikenal bukan hanya menjual minuman, melainkan juga menawarkan layanan teman duduk bagi pelanggan. Fenomena tersebut kini mulai jarang ditemukan, tetapi masih menyisakan jejak sosial.

“Film Pangku membawa kisah tentang perjuangan perempuan yang bertahan hidup dengan menjadi pelayan kopi pangku tanpa memiliki banyak pilihan. Di film ini, kita akan melihat perjuangan dua perempuan, Sartika dan Maya, yang sama-sama saling ‘memangku’ meski masing-masing berada dalam kesusahan hidup mereka,” kata Reza Rahadian yang untuk pertama kalinya duduk di kursi sutradara.

Produser Arya Ibrahim menekankan bahwa kopi pangku sering dipandang negatif, padahal bagi sebagian perempuan hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk bertahan. “Hidup hadir dengan ruang-ruang tanpa pilihan dan menyisakan keputusan-keputusan yang kadang terasa salah di mata orang lain. Padahal, keputusan tersebut adalah upaya untuk terus melanjutkan hidup,” ujarnya.

Bagi Claresta Taufan, perjalanan Sartika menjadi cermin bagi banyak perempuan yang berjuang dalam diam. “Ada beberapa situasi dalam hidup yang sering hadir tanpa menyisakan pilihan selain bertahan. Pangku bercerita tentang perempuan, pengorbanan, dan perjalanan menghidupi kehidupan,” ucapnya.

Relevansi Global

Tidak berhenti di level cerita yang terasa lokal karena lokasi geografis yang dipilih, film ini juga menghadirkan refleksi sosial tentang posisi perempuan di manapun berada, global sekalipun. Christine Hakim menilai Maya, karakter yang ia mainkan, sebagai sosok kompleks yang dalam keterbatasannya tetap saling “memangku” Sartika. Hubungan keduanya digambarkan rumit, penuh ketergantungan, namun tetap manusiawi.

Sementara itu, Nai Djenar Maisa Ayu menyebut naskah Pangku seperti surat cinta untuk para ibu dan perempuan tangguh. Ia menilai film ini berhasil menampilkan perempuan bukan sebagai korban yang dieksploitasi kesedihannya, melainkan sebagai survivor yang menghadapi beban domestik, nafkah, hingga persoalan reproduksi dengan ketangguhan luar biasa. “Kecerdikan penulisan skripnya adalah menghadirkan perempuan sebagai pejuang tanpa menjual kesedihan,” ungkapnya.

Dengan berbagai perspektif tersebut, Pangku hadir bukan hanya sebagai drama personal, tetapi juga refleksi sosial yang relevan secara global tentang bagaimana perempuan bertahan hidup di tengah ruang-ruang yang nyaris tanpa pilihan.

GEOFANNY ELIZABETH

Posting Komentar untuk "Film Pangku Karya Reza Rahadian Angkat Kisah Perempuan dan Kopi Pangku"