Festival Hantu Kelaparan 2025: Mengenal Budaya Bulan Hantu, Pantangan, dan Kisah di Balik Perayaan

menggapaiasa.com - Setiap negara, budaya, ras, dan suku bangsa memiliki sejarah mereka sendiri-sendiri. Dari sejarah itu, mereka juga memiliki berbagai perayaan atau festival mereka masing-masing. 

Pada budaya yang sangat menghargai nilai keluarga dan meninggikan peran orang tua, kakek nenek, hingga leluhur, tentunya mereka akan memiliki hari untuk merayakan mereka. Terutama mereka yang sudah tidak lagi bersama kita. 

Bulan Hantu

Dilansir dari Lingopie, teman-teman Tionghoa merayakan Festival Hantu (Zhong Yuan Festival) atau Bulan Hantu (gui yue) pada bulan ketujuh kalender Tiongkok setiap tahunnya. 

Tahun ini Bulan Hantu dimulai pada tanggal 23 Agustus hingga 21 September 2025 kalender gregorian. 

Periode ini dianggap sebagai periode paling horor atau menakutkan oleh orang-orang Tionghoa. Karena pada bulan ini Gerbang Neraka terbuka lebar dan para hantu leluhur dan hantu kelaparan dapat masuk ke alam kita. 

Para leluhur akan pulang kembali ke rumah dan mengunjungi keluarganya. Sedangkan para hantu yang tidak memiliki tempat untuk kembali dan kelaparan akan berburu makanan dan korban. 

Bulan ini akan diakhiri dengan para pendeta membacakan doa yang juga mengirim tanda bagi para hantu bahwa Gerbang Neraka akan ditutup. Dan memaksa mereka kembali ke neraka hingga tahun depan ketika gerbang terbuka lagi. 

Festivalnya diadakan pada hari ke limabelas pada bulan tersebut. Hari tersebut disebut Hari Hantu atau Pudu di Taiwan. 

Pantangan

Dilansir dari Miss Panda Chinese, ada beberapa pantangan yang wajib dilakukan oleh orang-orang yang merayakan perayaan ini. 

Pada umumnya, pantangan yang diketahui oleh masyarakat Tiongkok adalah: jangan berenang di sungai, danau atau laut; jangan bersiul atau menggantung lonceng angin; jangan menikah pada bulan ini; jangan pindah rumah atau membeli rumah pada bulan ini. 

Dilansir dari Your Chinese Astrology, ada pula pantangan lain yang sebaiknya tidak kita lakukan. Seperti: 

  1. Jangan menangis di malam hari, karena akan mengundang hantu; 
  2. Jangan menepuk pundak seseorang, karena api pada tubuh mereka dapat dimatikan sehingga rawan dirasuki oleh hantu; 
  3. Jangan memanggil orang lain dengan nama mereka, karena hantu dapat mendengarnya; 
  4. Jangan keluar pada malam hari, karena mudah untuk diganggu oleh hantu; 
  5. Jangan membicarakan tentang hantu pada malam hari, karena dapat mengundang mereka; 
  6. Jangan menggantung baju di luar pada malam hari, karena dapat tersentuh oleh hantu dan membawa sial;
  7. Jangan naik bus atau kereta terakhir pada malam hari, karena biasanya dipenuhi oleh hantu;
  8. Jangan mengambil uang dipinggir jalan, karena bisa jadi uang tersebut adalah uang hantu atau diperuntukan untuk hantu;
  9. Jangan memakan makanan di meja persembahan, karena makanan tersebut bukan untuk kita dan akan membawa sial kalau dimakan. 

Biasanya orang-orang disarankan untuk membawa jimat, tasbih, garam kasar, dan lain-lain untuk melindungi diri mereka dari hantu jahat. 

Legenda dan Asal-usul

Dilansir dari Commonwealth Magazine, terdapat cerita bahwa Ksitigarbha Bodhisattva, tokoh penting dalam Buddhisme Taiwan, akan membukakan Gerbang Neraka agar para roh dapat mengunjungi keluarga mereka.

Walaupun begitu, dalam sejarah Tiongkok, dipercaya perayaan ini sudah ada sejak Dinasti Shang (1600-1046 SM). Pada saat itu orang-orang akan mengajukan pertanyaan pada leluhur mereka dengan mengukir aksara-aksara di cangkang kura-kura atau tulang hewan. 

Cangkang dan tulang-tulang tersebut kemudian dipanaskan, lalu bekas-bekas retakan akibat panasnya akan diinterpretasikan oleh peramal. 

Pada budaya penganut agama atau pengikut ajaran Konghucu sangat menghormati para roh. Namun mereka menjaga jarak antara roh dengan diri fisik mereka. 

Maka dari itu, kita dapat menemukan banyak sekali altar-altar untuk para leluhur di rumah-rumah pengikut Konghucu. 

Altar-altar itu biasanya berisikan berbagai macam makanan dan minuman untuk persembahan, mangkok tembaga untuk membakar uang, serta tempat untuk dupa.

Hantu Kelaparan

Sebenarnya konsep atau istilah "hantu kelaparan" berasal dari mitologi India karena adanya hubungan dengan karma. 

Dikatakan orang-orang yang berlaku jahat atau memiliki karma jahat akan dikutuk memiliki perut besar dan mulut serta tenggorokan yang kecil. Hal tersebut membuat mereka kesulitan untuk makan karena tidak dapat makan. 

Sedangkan orang-orang yang berlaku cukup baik atau karmanya cukup baik hanya akan tinggal di salah satu alam neraka orang Buddha. 

Di Taiwan, legenda ini mulai tercampur ke agama asli Tiongkok, dan terinterpretasi sebagai roh-roh yang tidak memiliki keluarga. Sehingga mereka tidak mendapatkan persembahan. 

Posting Komentar untuk "Festival Hantu Kelaparan 2025: Mengenal Budaya Bulan Hantu, Pantangan, dan Kisah di Balik Perayaan"