Banjarmasin Menyongsong 500 Tahun: Refleksi, Sungai, dan Masa Depan Peradaban Kota

Banjarmasin Menyongsong 500 Tahun: Refleksi, Sungai, dan Masa Depan Peradaban Kota

Oleh: Noorhalis Majid

PIKIRAN RAKYAT KALSEL - Memasuki usia ke-499, bahkan “maintil” genap 500 tahun, idealnya sebuah kota menampilkan kematangan peradaban. Ukurannya tercermin dari kualitas pelayanan publik yang diberikan kepada warganya. Mulai dari tata ruang hunian, pengelolaan limbah dan sampah, transportasi publik yang mudah dan nyaman, layanan pendidikan serta kesehatan yang bermutu, hingga terciptanya lapangan ekonomi yang adil bagi seluruh warga.

Namun, bila pelayanan publik masih menjadi keluhan, maka momentum usia 499 tahun ini layak dijadikan cermin refleksi: sedang berada di mana Banjarmasin, dan akan dibawa ke arah mana kota ini dalam menyongsong masa depan penuh tantangan?

Tantangan Kota Banjarmasin bukan hanya menyangkut penduduk yang sudah lama tinggal, tetapi juga gelombang migrasi yang terus bertambah setiap hari. Semua itu menuntut perhatian serius dalam bentuk pelayanan publik yang inklusif.

Banjarmasin memiliki potensi unik. Di tengah kota, mengalir sungai yang membelahnya—sebuah kemewahan yang jarang dimiliki kota lain. Jika ditata dengan estetika, sungai ini dapat menghadirkan kecantikan yang menyaingi kota-kota terindah di dunia. Sebaliknya, jika dibiarkan tanpa perawatan, sungai justru bisa berubah menjadi simbol kekumuhan: penuh sampah, terkontaminasi E.coli, dan tidak layak konsumsi.

Padahal, sungai ini bukanlah tempat sampah terpanjang. Ia adalah wajah warga kota dan para pemimpinnya, saksi sejarah perdagangan sejak masa kolonial, serta jalur kehidupan yang menghubungkan anjir, handil, saka, antasan, dan kanal—menghidupi warga sejak zaman kerajaan. Betapa meruginya bila sungai yang kaya nilai sejarah ini gagal dijadikan mahkota kebanggaan kota.

Kini, di bawah kepemimpinan sosok muda yang terbuka dan enerjik, momentum perbaikan harus dimanfaatkan. Tidak ada ruang untuk berleha-leha, apalagi hanya sibuk bermain TikTok, sebab tantangan membangun kota yang lebih beradab bukanlah perkara mudah. Banyak persoalan menunggu pembenahan, terutama komitmen serta keterbatasan sumber daya manusia yang tulus dan berintegritas.

Banjarmasin, menjelang 500 tahun usianya, semestinya bukan hanya kota tua dengan cerita sejarah, tetapi kota masa depan yang mampu menjawab tantangan zaman dengan peradaban yang matang.

Posting Komentar untuk "Banjarmasin Menyongsong 500 Tahun: Refleksi, Sungai, dan Masa Depan Peradaban Kota"