91 Warga Palestina Dibunuh Pasukan Israel, Lima Anggota Keluarga Direktur RS Al-Shifa Tewas

menggapaiasa.com - Pasukan Israel telah menewaskan 91 warga Palestina di Gaza dalam satu hari, menurut petugas medis setempat, termasuk anggota keluarga seorang dokter terkemuka dan empat orang di dalam truk yang melarikan diri dari Kota Gaza utara.

Dilansir dari Aljazeera, pembunuhan pada Sabtu (20/9/2025) itu terjadi saat pasukan Israel terus menekan dengan serangan udara dan darat yang gencar untuk merebut Kota Gaza, pusat perkotaan terbesar di Palestina, dan memaksa penduduknya ke zona konsentrasi di selatan.

Pasukan Israel mengebom rumah-rumah penduduk, sekolah-sekolah yang diubah menjadi tempat perlindungan, tenda-tenda yang menampung orang-orang terlantar, dan sebuah truk yang membawa orang-orang yang mencoba meninggalkan Kota Gaza atas perintah militer.

Sabtu pagi, rumah keluarga Dr Mohammed Abu Salmiya, direktur rumah sakit terbesar di Kota Gaza, al-Shifa, diserang, menewaskan sedikitnya lima orang.

Korban termasuk saudara laki-laki Abu Salmiya, saudara iparnya, dan anak-anak pasangan tersebut. "Saya terkejut dan terpukul melihat jenazah saudara laki-laki saya dan istrinya," ujar Abu Salmiya, yang bertugas di unit gawat darurat rumah sakit, kepada kantor berita AFP.

Hamas mengutuk serangan Israel, menyebutnya sebagai pesan teroris berdarah yang ditujukan kepada para dokter untuk memaksa mereka meninggalkan kota. Disebutkan, bahwa pasukan Israel telah membunuh sekitar 1.700 petugas kesehatan dan memenjarakan 400 lainnya sejak melancarkan perang di Gaza pada Oktober 2023.

Warga Palestina yang Melarikan Diri juga Diserang

Serangan Israel lainnya menghantam sekelompok warga Palestina di atas truk yang mencoba melarikan diri dari Kota Gaza, menewaskan sedikitnya empat orang dan meninggalkan mayat-mayat berlumuran darah berserakan di jalan. Serangan itu terjadi di daerah Nasr.

Hind Khoudary dari Al Jazeera, melaporkan dari az-Zawayda di Gaza tengah mengatakan, para korban serangan itu termasuk di antara ribuan orang yang melarikan diri dari pemboman Israel yang tiada henti, penembakan artileri, dan tembakan quadcopter.

"Pasukan Israel juga telah menggunakan robot-robot bermuatan bahan peledak yang menghancurkan seluruh wilayah dan menyebabkan kerusakan tak berujung. Beberapa warga mengatakan rasanya seperti gempa bumi setiap kali robot-robot itu meledak," ujarnya.

Khoudary menambahkan, bahwa tim penyelamat dan medis tidak dapat menjangkau warga Palestina yang terjebak atau terluka karena situasinya sangat berbahaya.

Menurut Pertahanan Sipil Palestina di Gaza, serangan Israel yang dimulai pada bulan Agustus, telah memaksa lebih dari 450.000 orang mengungsi. Pada awal serangan, terdapat sekitar satu juta orang di wilayah tersebut.

Sementara itu, militer Israel memperkirakan telah menghancurkan hingga 20 blok menara selama dua minggu terakhir di Kota Gaza.

Namun, warga Palestina yang melarikan diri kesulitan mencari tempat berlindung. Khoudary menyebut peristiwa itu memilukan. "Kami melihat beberapa tenda di pinggir jalan. Orang-orang benar-benar mendirikan tenda di tempat-tempat yang tidak ada air, listrik, atau infrastrukturnya. Itu karena Palestina tidak punya pilihan lain," ujarnya.

Protes di Israel

Michail Fotiadis dari lembaga amal medis Doctors Without Borders, yang dikenal dengan inisial bahasa Prancisnya MSF, mengatakan kondisi di selatan al-Mawasi, tempat pasukan Israel memerintahkan orang-orang untuk pergi, sangat mengerikan.

"Semua orang mencari tempat untuk mendirikan tenda, tetapi bahan-bahannya tidak tersedia. Situasinya benar-benar memprihatinkan bagi penduduk. Saya melihat tenda-tenda di tepi laut, di tempat-tempat yang hanya berupa pasir," ujarnya kepada Al Jazeera melalui telepon.

"Jadi, akses air sangat sulit. Begitu pula akses ke fasilitas kesehatan dan kebersihan, yang dapat berdampak sangat buruk bagi kesehatan," tambahnya.

Hamas mengklaim, 48 tawanan yang masih berada di Gaza tersebar di seluruh wilayah Kota Gaza, dan telah memperingatkan bahwa serangan yang sedang berlangsung dapat membahayakan mereka yang masih hidup.

Sayap bersenjatanya, Brigade Qassam, merilis foto kompilasi para tawanan pada hari Sabtu, dan menyebutnya sebagai foto perpisahan.

Di Israel, ribuan orang berunjuk rasa di Tel Aviv, menuntut diakhirinya segera perang di Gaza, dan mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas dan mengamankan pembebasan tawanan yang tersisa.

Mereka juga mendesak Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menekan pemerintah Israel agar mencapai kesepakatan.

Hamdah Salhut dari Al Jazeera, melaporkan dari Amman di Yordania, mengatakan tidak ada tanda-tanda bahwa protes ini memiliki pengaruh terhadap pemerintah Israel.

"Faktanya, anggota koalisi sayap kanan Netanyahu mengecam demonstrasi ini, dengan mengatakan bahwa demonstrasi ini tidak hanya kontraproduktif, tetapi juga menguntungkan musuh-musuh Israel," ujarnya.

"Keluarga para tawanan di Gaza mengatakan, bahwa aksi militer Israel yang berkelanjutan di Gaza dan perluasannya bisa menjadi hukuman mati bagi orang-orang yang mereka cintai. Minggu demi minggu, kami menyaksikan demonstrasi-demonstrasi ini, dan kami melihatnya semakin meningkat. Beberapa protes ini bahkan mencapai rumah Netanyahu di Yerusalem Barat, mencoba menyampaikan pesan bahwa 'sudah cukup'," tambahnya.

Posting Komentar untuk "91 Warga Palestina Dibunuh Pasukan Israel, Lima Anggota Keluarga Direktur RS Al-Shifa Tewas"