6 Alasan Utama Banyak Pengguna Media Sosial Terjebak Mencari Validasi Daring secara Terus-menerus

menggapaiasa.com–Pada era digital media sosial menjadi ruang utama bagi banyak orang untuk mencari pengakuan.

Tombol suka dan respons cepat dari warganet kerap memberi sensasi diterima serta dihargai. 

Berikut 6 alasan utama yang mendorong seseorang mencari validasi di media sosial menurut pengamatan psikologi modern, seperti dilansir dari laman New York Weekly Magazine pada Jum'at (12/9).

  1. Kebutuhan Persetujuan Sosial

Manusia pada dasarnya makhluk sosial yang membutuhkan penerimaan dari lingkungannya. Tombol suka menjadi simbol persetujuan instan yang menenangkan pikiran.

Setiap notifikasi memberi rasa bahwa keberadaan seseorang diakui. Hal ini mendorong pengguna terus mengunggah demi mempertahankan rasa diterima.

  1. Dorongan Dopamin dan Rasa Senang

Setiap like memicu pelepasan dopamin, zat kimia otak yang menimbulkan rasa bahagia. Efek menyenangkan ini membuat orang ketagihan mengunggah konten baru. Sensasi ini serupa dengan perilaku mencari hadiah seperti berjudi. Akibatnya, validasi digital menjadi kebiasaan yang sulit dihentikan.

  1. Penguatan Harga Diri Sementara

Banyaknya like sering dianggap sebagai tolok ukur nilai diri. Ketika unggahan mendapat respons positif, kepercayaan diri meningkat pesat. Namun, jumlah yang sedikit bisa menurunkan harga diri dengan cepat. Ketergantungan ini menciptakan harga diri yang rapuh dan mudah goyah.

  1. Perbandingan Sosial yang Terus-menerus

Media sosial menampilkan potongan terbaik dari kehidupan orang lain. Melihat teman mendapat lebih banyak apresiasi memicu perasaan iri dan tidak mampu. Perbandingan ini menanamkan keyakinan keliru bahwa hidup orang lain selalu lebih baik. Akhirnya, seseorang mengejar validasi demi menyaingi citra tersebut.

  1. Keinginan Menjaga Citra Diri

Banyak pengguna berusaha membangun persona ideal agar terlihat menarik. Setiap like dianggap konfirmasi bahwa citra yang ditampilkan sesuai harapan publik. Hal ini menuntun pada kebiasaan mengatur unggahan agar selalu sempurna. Dorongan menjaga citra membuat validasi digital menjadi kebutuhan konstan.

  1. Kurangnya Dukungan Nyata di Dunia Offline

Sebagian orang beralih ke media sosial karena kurangnya hubungan mendalam di kehidupan nyata. Suka dan komentar menjadi pengganti kehangatan interaksi tatap muka. Ketika dukungan offline minim, validasi daring terasa menenangkan. Kebiasaan ini memperkuat ketergantungan pada pujian virtual.

Posting Komentar untuk "6 Alasan Utama Banyak Pengguna Media Sosial Terjebak Mencari Validasi Daring secara Terus-menerus"