TomTom Sebut Bandung Kota Termacet, Dosen Teknik Planologi Trisakti Beberkan Fakta Lain

PIKIRAN RAKYAT - Kini Kota Bandung tengah menjadi sorotan nasional bahkan dunia.

Penyebabnya bukan karena eksotiknya Bandung, dinginnya Bandung, ramahnya warga Bandung, dan aneka kulinernya.

Kini Bandung disorot karena kemacetannya. Ya, kemacetan di Bandung sudah menjadi sarapan pagi dan menu makan malam warganya yang beraktivitas di luar rumah.

Apalagi setelah Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengatakan (3/7) Bandung adalah kota urutan pertama termacet di Indonesia.

Apa yang diutarakan Pramono Anung mengangkat hasil laporan tahunan TomTom Traffic Index 2024.

Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa Bandung menempati peringkat ke-12 kota termacet di dunia, mengungguli kota-kota besar seperti Manila, London, bahkan Jakarta yang hanya menempati posisi ke-90.

Dari hasil laporan TomTom Tingkat kemacetan mencapai 48%, dengan kerugian waktu hingga 108 jam per tahun bagi para pengemudi yang terjebak macet di kota Bandung.

Masih menurut TomTom, rata-rata waktu tempuh di Bandung untuk jarak 10 kilometer 32 menit 37 detik.

Alat Ukur Kemacetan Lalulintas di Suatu Kota

Dari informasi yang dihimpun, metode atau alat ur yang digunakan TomTom untuk menyimpulkan Bandung kota termacet di Indonesia, menggunakan data real-time dari perangkat GPS, kendaraan pribadi, dan transportasi publik.

Data dikalkulasi menggunakan waktu tempuh aktual dibandingkan dengan waktu tempuh dalam kondisi lancar.

Untuk diketahui, mengukur kemacetan lalulintas di sebuah kota tidak hanya bisa diukur dengan metode data realtime GPS. 

Itu hanya salah satu alat ukur yang bisa dilakukan. Ada metode dan alat ukur lain. Bisa dengan :

* Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk visualisasi dan analisis data lalu lintas.

* Program traffic counter dan measure untuk menghitung volume lalu lintas.

* Teknologi pemantauan jalan raya secara real-time melalui aplikasi, seperti Google Maps yang menggunakan kode warna untuk merepresentasikan kondisi lalu lintas.

* TLS alis Terrestrial Laser Scanner.

Fakta Lain Bandung Kota Termacet Menurut Dosen Teknik Planologi Trisakti

Prihal kemacetan di Bandung, menurut Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna karena Bandung kota yang kecil.

Sudah kecil kota Bandung harus menopang kendaraan dari luar daerah terutama di wilayah penyangga.

Belum lagi akses akses dari berbagai kota besar dan padat penduduk, kini semakin mudah untuk ke kota Bandug yang kecil.

Untuk diketahui, luas wilayah Kota Bandung adalah 16.729,65 Ha.

Perhitungan luasan ini didasarkan pada Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 10 Tahun 1989 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung, sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung.

Secara administratif, Kota Bandung berbatasan dengan beberapa daerah Kabupaten/Kota lainnya, yaitu:

1. sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat;

2. sebelah Barat berbatasan dengan Kota Cimahi;

3. sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung; dan

4. sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung.

"Wilayah Bandung itu kecil, semuanya tersentralisasi di pusat. Hampir semua kampus-kampus itu ada di Bandung. Sehingga mahasiswa pendatang semakin banyak yang kemudian menyebabkan kemacetan," ujar Yayat saat dihubungi Pikiran-rakyat.com, Minggu, 6 Juli 2025.

Ditambah lagi moda transportasi di Bandung yang sudah usang.

"Angkot sudah usang, orang malas naik angkot," jelas yayat Dosen Teknik Planologi Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti, menambahkan.

Prihal Transportasi Metro Bandung, jelas Yayat, faktanya tidak tidak berjalan seperti yang digaungkan pemimpin sebelumnya.

Untuk mengatasi macet Bandung, harus ada kerja sama sinergi untuk menciptakan transportasi umum yang memadai dan memiliki ongkos murah.

Kenapa Jakarta kemacetannya berukurang? "Karena orang mau naik LRT, ongkosnya murah. Cuma bayar Rp2.000 sudah bisa sampai tujuan," papar Yayat.

Tanggapan Pemerintah Kota Bandung

Sebagai respons terhadap situasi ini, Pemerintah Kota Bandung tengah mengkaji penerapan sistem integrasi transportasi publik yang lebih efektif, termasuk perluasan Bus Rapid Transit (BRT) dan rencana penerapan sistem angkot digital berbasis aplikasi.

Sementara itu Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengaku kegagalan sistem transportasi publik di Kota Bandung tercermin dari jumlah kendaraan pribadi yang hampir menyamai jumlah penduduk di Kota Bandung.

Untuk dirinya dan jajaran akan melakukan reformasi sistem transportasi publik di Kota Bandung, yang dimulai dari perubahan total terhadap sistem trayek angkot.

Hal itu, menurut dia, sebagai upaya penyelesaian persoalan kemacetan di Kota Bandung.

Menurut Farhan sistem trayek yang digunakan selama ini sudah tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat urban saat ini. Apalagi, dengan kehadiran moda transportasi berbasis aplikasi, seperti ojek daring dan taksi daring.

"Saya akan berjuang agar peraturan tentang trayek ini dibongkar total. Karena kalau masih menggunakan sistem trayek, angkot tidak akan bisa bersaing dengan ojol (ojek online) ataupun mobil daring lainnya," katanya.

Dia menilai, operasional angkot harus berubah jadi mengikuti pola layanan berbasis permintaan (on-demand) dan charter.

Kedapannya angkot angkot di kota Bandung akan diintegrasikan ke dalam sistem cerdas berbasis teknologi Internet of Things (IoT).

Bisa disebut juga "angkot cerdas", yang bisa memfasilitasi mobilitas lebih dinamis, dengan jadwal, rute, dan sistem pembayaran yang terintegrasi secara digital.

Semoga moda transportasi umum kota Bandung ke depan semakin baik. ***

Posting Komentar untuk "TomTom Sebut Bandung Kota Termacet, Dosen Teknik Planologi Trisakti Beberkan Fakta Lain"