Penyebab Tewasnya Diplomat Arya Daru Terkait Rahasia Keluarga,Lakban Kuning Jadi Bukti Penting
menggapaiasa.comPemicu kematian diplomat Kementerian Luar Negeri, Arya Daru Pangayunan, mulai terungkap.
Polisi menyebut Daru tewas karena kehabisan napas akibat wajahnya ditutup plastik dan dililit lakban kuning.
Sementara pemicu kematiannya diduga berkaitan dengan rahasia pribadi yang melibatkan istri dan keluarga.
Kasus ini disinyalir tak berkaitan dengan tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
Selain motif, penyebab kematian Arya Daru Pangayunan juga mulai terungkap.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi mengungkap bahwa Daru ditemukan dalam kondisi wajah tertutup plastik pada Selasa (8/7/2025).
Menurut Ade, wajah dan kepala Daru juga terlilit lakban kuning.

"Korban ditemukan dalam kondisi wajah tertutup plastik kemudian terlilit lakban berwarna kuning di tempat tidurnya. Kemudian tertutup selimut," jelasnya.
Saat ditemukan oleh penjaga kos, S dan penghuni kamar lain, FM, kondisi jasad Daru dalam keadaan memakai kaos dan celana pendek.
"Korban di atas tempat tidur dengan menggunakan kaos dan celana pendek," katanya.
Setelah melakukan olah tempat kejadian perkara (olah TKP), menurut Ade, kondisi kamar kos nomor 105 di Gondia International Guesthouse, Jalan Gondadia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, dalam keadaan terkunci dari dalam.
"Kondisi kamar 105 dalam keadaan terkunci dari dalam, ada kunci manual dari dalam," ," jelas Ade Ary Syam Indradi.
"Ada kunci slot dari dalam, di pintu ada kunci ketiga adalah kunci akses yang dipegang korban. "
"Kawasan depan ada kunci lagi satu yang dipegang semua penghuni kos, gerbang paling akhir luar kos adalah kunci gembok."
Bukan hanya pintu, menurutnya jendela kamar kos Daru juga terkunci dari dalam.
"Pintu dan jendela ditemukan dalam keadaan terkunci dari dalam," katanya.
Motif Kematian Diplomat Arya Daru Pangayunan
Jamin Ginting Guru Besar Fakultas Hukum UPH berpendapat soal dugaan motif Daru mengakhiri hidupnya sendiri.
Jika seperti itu menurutnya perlu dikaitkan dengan kondisi kejiwaan korban.
"Ada latar belakang forensik psikoligis terkait dengan kejiwaan seseorang yang ingin melakukan bunuh diri. Apa ada tanda-tanda ke arah sana?" katanya.
"Seperti pembicaraan melaui WA atau ancaman menakutkan seperti terlilit utang atau berantam dengan keluarganya, pacarnya, frustasi."
Apabila tanda tersebut tidak ditemukan, menurut Hamin Ginting patut juga dipertimbangkan soal tugas Arya Daru Pangayunan sebagai diplomat.
Menurutnya ada jejak digital ketika Daru menjadi saksi persidangan di Jepang terkait dengan kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
"Kalau itu tidak ada, yang ada rekam jejak dia menjadi saksi di Jepang dalam pesidangan dimana itu terkiat perlindungan perdagangan oranng atau TPPO," katanya.
Sebagai diplomat berprestasi menurut Jamin Ginting semestinya Daru akan menjaga kredibiltas.
"Dia juga punya prestasi gemilang. Pasti dia menjaga kredibilitas untuk karirnya lebih tinggi lagi, tidak ada untuk megkahiri hidup," katanya.
Dua fakta soal jejak pekerjaan dan prestasi kata Jamin Ginting mematahkan dugaan motif kematian Daru karena mengakhiri hidup sendiri.
"Ini sebuah dikotomi atau pertentangan cukup signifikan bagi seseorang yang akan bunuh diri," katanya.
"Satu sisi prestasi berjuang dan menjadi saksi di Jepang."
"Saya kira penyidik tidak boleh terlalu cepat menyimpulkan bahwa ini kasus bunuh diri."
"Lebih harus dipastikan lagi hubungan antara pekerjaan."
Ketua Harian Kompolnas Arief Wicaksono Sudiutomo menerangkan hasil dari mendatangi kamar kos Daru didapati tidak ada kerusakan pada jendela atau plafon.
"Memastikan dari dalam sistem kunci yang kami lihat ada slot dengan rantai dan satu kunci paai kartu akses tadi.
Termasuk kondisi plafon, baik kamar mandi maupun kamar dan saluran air yang tidak ada kerusakan," katanya.
Dengan temuan tersebut, Arief memastikan bahwa tidak ada orang lain yang masuk ke dalam kamar Daru.
"Jadi tidak ada orang lain yang bisa masuk dan keluar ketika itu sudah dislot dari dalam," katanya.
Fakta lain berdasarkan hasil olah TKP kata Arief, tidak ditemukan sidik jari dan DNA selain milik Arya Daru Pangayunan.
"Dalam kamar tersebut sudah dilaksanakana olah TKP tidak ditemukan sidik jari lain daripada almarhum, begitu juga DNA. Itu bisa dipastikan," katanya.
Arief Wicaksono Sudiotomo merupakan seorang purnawirawan Polri jenderal bintang dua.
Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris NCB Interpol.
Selain itu Arief pernah menjadi Deputi Hukum dan Kerja Sama BNN.
Ia mengungkap bahwa penyebab kematian diplomat Arya Daru Pengayunan karena kehabisan napas.
"Penyebab kematian adalah karena kehabisan napas yaitu kepala ditutup plastik sebelum ditutup lakban," katanya.
Sedangkan motif kematian Arya Daru, kata Arief berkaitan dengan kerahasiaan pribadi antara korban dengan istri dan keluarga.
"Nah motif ini karena menyangkaut privasi daripada korban dengan keluarga, kami serahkan pada penyidik karena itu menjadi ranah penyidik," kata Arief.
Disclaimer
Berita di atas tidak bertujuan menginspirasi siapapun melakukan tindakan serupa.
Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.
Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup.
Anda tidak sendiri. Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.
Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:
https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/
(*/ menggapaiasa.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Posting Komentar untuk "Penyebab Tewasnya Diplomat Arya Daru Terkait Rahasia Keluarga,Lakban Kuning Jadi Bukti Penting"
Posting Komentar