Menanam Mint,Urban Farming di Tengah Kepadatan Banda Aceh

Menanam Mint,Urban Farming di Tengah Kepadatan Banda Aceh

menggapaiasa.com, BANDA ACEH- Lahan seluas sekitar 500-an meter yang berada di tengah pemukiman padat kawasan Neusu Aceh, Banda Aceh, dulunya adalah lahan tidur berupa semak-semak. Saat ini lahan itu sudah diubah menjadi areal untuk taman mint hingga peternakan.

Adalah Teguh Budi Santoso (40), pria yang dulu karyawan swasta banting stir menjadi petani. Ia tak memiliki latar belakang pertanian, karena lulusan akutansi ini lebih banyak berkutat di balik meja kerja.

Teguh yang dulu bekerja di luar kota, memilih resign agar bisa kembali ke Banda Aceh dan dekat dengan keluarga. Lalu pada 2017, ia pun memilih bertani dengan memanfaatkan lahan milik orang tuanya.

Saat itu, Teguh langsung fokus dengan tanaman mint yang ditanam secara hidroponik, tanaman herbal serbaguna dengan berbagai manfaat untuk kesehatan tubuh. Daud mint ini sedang mendapatkan permintaan, seiring tumbuhnya café-café dan coffeshop dengan minuman kekinian seperti squash, blue ocean dan mojito membutuhkan daun mint.

Teguh menceritakan, jika dulunya hanya sekedar coba-coba, kini ia sudah bisa menopang kehidupan keluarganya dari perkebunan itu. Tak hanya mint, ia juga menanam pakcoy, bayam Brazil, kale hingga cincau.

Ia juga memproduksi sejumlah minuman siap saji dari hasil perkebunannya, seperti cincau hijau. Minuman segar itu dititipkan ke sejumlah outlet. Selain itu, ia juga membudidayakan ayam petelur, ikan nila hingga lele.

Katanya, saat ini ia memproduksi sekitar 3 kilogram daun mint dalam sehari, dengan harga per kg Rp 170 ribu. Daun itu ada yang dijual ke grocery atau pembeli yang datang langsung ke kebunnya. Dari hasil urban farming itu, Teguh sudah meraih omzet Rp 1 juta hingga 500 ribu dalam sehari. "Dengan omzet sekarang, kebun ini sudah jadi mata pencaharian lah," ujarnya.

Dikunjungi Ketua DPRK

Ketua DPRK Banda Aceh, Irwansyah ST menyambangi areal kebun mint tersebut pada, Sabtu (19/7/2025) siang. Oleh Teguh, Irwansyah diajak berkeliling melihat tanaman mint, pakcoy, dan kale yang ditanam secara hidroponik. Kemudian mereka juga area peternakan milik Teguh.

Bahkan Irwansyah juga memborong minuman cincau hijau yang diproduksi oleh Teguh, dari bahan dasar sendiri, cincau diolah menjadi minuman segar siap saji.

Irwansyah menyampaikan, langkah Teguh yang menyulap lahan tidur jadi lahan pertanian menjadi inspirasi bagi yang lainnya. Apalagi ia melakukannya di tengah kota, yang dianggap oleh orang lain mustahil untuk bertani.

"Pak Teguh ini mampu mengubah lahan yang dulu bukan apa-apa, menjadi lahan produktif, dengan tanaman mint dan berbagai tanaman lainnya. Sekarang Alhamdulillah menjadi penyokong ekonomi rumah tangga," ujarnya.

Dikatakan Irwansyah, dari areal pertanian itu mampu memenuhi kebutuhan sebagian warga kota. Bahkan ia mampu ke masuk ke outlet-outlet terkenal, seperti Simpang Lima Grocery, hingga Dapur Arini.

Kepada pihak Dinas Pangan, Pertanian, Kelautan dan Perikanan (DP2KP) Banda Aceh yang ikut mendampingi kunjungannya, Irwansyah berharap agar pemerintah dapat mendukung untuk hal-hal yang masih dibutuhkan oleh petani seperti Teguh.(mun)

Posting Komentar untuk "Menanam Mint,Urban Farming di Tengah Kepadatan Banda Aceh"