Lima Bekal Siap Mental dan Emosional Hadapi Tahun Ajaran Baru bagi Anak dan Orang Tua

menggapaiasa.com – Menutup masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun ajaran 2025/2026, sekolah mengadakan berbagai kegiatan menarik. Diantaranya adalah PG-TK Islam Teladan Nusa Sidoarjo yang menggelar talkshow Persiapan Mental dan Emosional Anak.
Dalam kegiatan yang berlangsung Sabtu (19/7) itu, sekolah berharap kesiapan tak hanya dimiliki anak melainkan juga para orang tua. Bertempat di aula sekolah, itu menghadirkan pemerhati anak Euis Kurniawati sebagai narasumber.
Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya sekolah dalam membangun sinergi antara “rumah” dan lembaga pendidikan. Euis Kurniawati mengajak para orang tua memahami kesiapan emosional anak dalam memasuki dunia pendidikan formal, khususnya di usia dini.
Dengan pendekatan yang menyeluruh, proses pembelajaran anak usia dini tidak hanya berfokus pada kemampuan akademik, namun juga pada tumbuh kembang emosi dan karakter yang kuat sejak dini.
Euis menuturkan, ada lima langkah yang bisa dilakukan orang tua untuk mendukung proses belajar anak agar hasilnya maksimal.
Anak Bahagia saat Berangkat Sekolah
Dalam paparannya, Euis menjelaskan konsep neuro parenting, yakni pendekatan pola asuh berbasis ilmu otak. Salah satu bagian otak yang berperan besar dalam pembentukan karakter anak adalah otak amidala. Fungsinya sebagai pusat kendali emosi dan rasa ingin tahu.
Ketika anak berangkat sekolah dalam kondisi stres, kata Euis, amigdala menjadi "panas", sehingga otak tidak siap menyerap informasi meski anak sedang duduk manis di bangku sekolah.
“Berangkatkan anak ke sekolah dalam suasana hati gembira. Kegembiraan itu kunci kesiapan otak untuk belajar,” ujarnya.
Bentuk Imaji Kebahagiaan dengan Berkisah
Euis juga mengingatkan pentingnya membangun imaji kebahagiaan pada anak melalui kegiatan sederhana namun berdampak besar, seperti mendongeng. Ia menyoroti peran otak lobus insula yang merekam pesan emosional secara mendalam.
“Kalau ingin nasihat kita masuk dan diingat anak, sampaikan lewat kisah. Tapi hati-hati memilih cerita. Lagu seperti ‘Si Kancil Anak Nakal’ bisa memberi pengaruh negatif tanpa disadari,” jelasnya. Atau kisah Joko Tarub berpotensi mengajarkan anak perilaku negatif. “Orang tua bisa menggunakan narasi positif saat menuturkan kisah rakyat,” terangnya.
Orang tua didorong untuk rutin bercerita selama minimal lima menit sehari dan memperkenalkan lagu-lagu afirmatif seperti Aku Bisa untuk menanamkan rasa percaya diri anak.
Emosi Orang Tua, Cermin untuk Anak
Selain fokus pada anak, pembina Klinik Nikah Surabaya itu juga menekankan pentingnya pengendalian emosi orang tua. Kebiasaan seperti membentak atau menyalahkan saat anak membuat kesalahan akan membentuk pola perilaku jangka panjang. Bahkan, cara orang tua merespons kejadian kecil seperti anak terjatuh bisa berdampak besar terhadap perkembangan emosional mereka.
“Kalau kita bilang ‘kapok, kan!’, itu akan terekam sebagai memori negatif. Padahal anak butuh validasi perasaan, bukan hukuman emosi,” ujarnya.
Euis juga membagikan tips mengelola kemarahan dalam ajaran Islam. “Kata Rasulullah, kalau marah saat berdiri, duduklah. Kalau masih marah, berbaringlah. Kalau masih marah juga, ambil wudhu. Secara ilmiah, duduk dengan posisi kaki tergantung bisa membantu mengontrol emosi,” katanya.
Jadi Taat Bukan Penurut
Tak kalah penting, anak juga perlu dilatih untuk mandiri. Euis membedakan antara anak yang ‘nurut’ karena takut dengan anak yang ‘taat’ karena memahami dan menghormati nilai. Menurutnya, anak yang diajarkan taat akan memegang prinsip bahkan saat tidak diawasi.
Ajarkan Sosialisasi Sejak Dini
Anak tumbuh dalam berbagai macam karakter, ada yang sangat percaya diri dan mudah membangun hubungan dengan orang baru. Ada pula yang malu bahkan menangis saat menghadapi lingkungan baru. Menurut Euis, setiap anak memiliki bakat yang terlihat dari responsnya menghadapi lingkungan. Kendati demikian, anak tetap harus diarahkan untuk belajar bersosialisasi dan membangun hubungan dengan teman-teman baru.
“Orang tua adalah penanggung jawab utama pendidikan anak. Sekolah hanyalah mitra. Maka kerja sama keduanya sangat penting untuk menumbuhkan karakter anak yang sehat secara mental dan emosional,” tegasnya.
Kepala PG TK Islam Teladan Nusa, Suhaila, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen sekolah dalam menyambut tahun ajaran baru secara menyeluruh.
“Bukan hanya anak yang perlu siap belajar, tapi orang tua juga perlu dibekali agar proses pendidikan berjalan efektif di rumah maupun di sekolah,” ujarnya.
Posting Komentar untuk "Lima Bekal Siap Mental dan Emosional Hadapi Tahun Ajaran Baru bagi Anak dan Orang Tua"
Posting Komentar