Les Sejak Usia Dini untuk Kenali Minat dan Bakat Anak tanpa Kesampingkan Kebutuhan Dasar

menggapaiasa.com - Mengikutkan anak les sejak usia dini kini menjadi tren di kalangan orang tua muda. Mulai dari les renang, musik, bahasa, hingga coding. Semua itu ditawarkan dengan iming-iming menumbuhkan potensi sejak kecil. Namun, apakah semua anak usia dini memang perlu mengikuti berbagai les?
Menurut psikolog klinis anak dan remaja Firesta Farizal MPsi Psikolog, kebutuhan mengikuti les harus dilihat dari karakteristik dan keperluan masing-masing anak. “Ada anak yang cenderung aktif dan butuh banyak gerak. Untuk mereka, les yang mendukung motorik seperti menari, berenang, atau main bola justru bisa sangat bermanfaat,” ujarnya.
Namun, Firesta mengingatkan agar orang tua tidak langsung tergiur dengan banyaknya pilihan les. Hal utama yang harus diperhatikan adalah apakah aktivitas tambahan itu mengganggu kebutuhan dasar anak.
"Kebutuhan dasar seperti istirahat, bermain bebas, dan waktu makan yang cukup harus tetap menjadi prioritas, terutama pada anak usia dini yang masih dalam masa pertumbuhan pesat," kata founder klinik psikologi dan pusat terapi anak Mentari Anakku itu.
Tahapan perkembangan anak juga perlu menjadi acuan. Firesta menjelaskan bahwa anak usia 3–5 tahun lebih tepat jika mengikuti aktivitas yang menstimulasi motorik dan interaksi sosial. “Les pelajaran atau akademik di usia segitu kurang cocok. Yang tepat justru kelas-kelas simulasi, les motorik kasar dan halus, atau yang melibatkan interaksi sosial,” bebernya.
Yang tak kalah penting, pertimbangkan minat anak. Orang tua bisa memberi ruang eksplorasi melalui berbagai aktivitas agar tahu di mana ketertarikan si kecil. “Misalnya saat main, anak tampak suka menyanyi, paham nada, mudah menghafal lagu, mungkin bisa dicoba les musik. Kalau suka main bola, nendang-nendang bisa coba les sepak bola," tambahnya.
Bila dilakukan dengan tepat, les sejak kecil bisa membawa dampak positif. Anak dapat mengenal minatnya lebih dini, menambah kepercayaan diri, serta belajar menghadapi tantangan dan berproses bersama teman sebayanya.
Namun jika tidak terkontrol, dampaknya bisa sebaliknya. “Risiko kesehatannya besar, apalagi kalau anak terlalu capek, kurang tidur, atau makannya jadi terganggu. Anak juga bisa stres karena kurang waktu bermain bebas,” tegas Firesta. Beban psikologis ini kerap tak disadari karena anak belum bisa mengungkapkan dengan jelas rasa lelah atau tertekannya.
Kapan usia ideal untuk mulai les? Menurut Firesta, tidak ada usia baku. Yang penting adalah kesiapan dan kebutuhan anak. “Les itu semacam bantuan untuk menstimulasi anak. Kalau orang tua merasa belum bisa rutin memberi aktivitas yang mendukung stimulasi, boleh saja dibantu lewat les,” jelasnya.
Artinya, keputusan mengikutkan les harus berbasis observasi, bukan karena ikut-ikutan. Anak usia dini yang punya kebutuhan gerak besar atau ketertarikan tertentu bisa saja cocok mulai les lebih awal. Terkait pilihan jenis les, orang tua boleh saja memilihkan berdasarkan pertimbangan masa depan.
Namun, tetap harus memberi ruang eksplorasi dan melakukan evaluasi. “Boleh trial dulu. Tapi lihat juga reaksi anak. Kalau memang kelihatan tidak suka dan merasa terbebani, lebih baik dikaji ulang,” pungkasnya.
Posting Komentar untuk "Les Sejak Usia Dini untuk Kenali Minat dan Bakat Anak tanpa Kesampingkan Kebutuhan Dasar"
Posting Komentar